Senin, 30 Desember 2013

Catatan kecilku

Diposting oleh Rumah Kopi di 16.11 0 komentar

Lama ya, kita nggak ketemu. Kamu apa kabar, Lalaland?

Mau cerita tapi nggak tau apa yang mau diceritakan. Tiba-tiba perasaanku terasa penat. Menganggap semua orang penghianat. Baik jika atau karena sesuatu. Hahh! Lantas, aku harus bagaimana? Apa iya, hidup dalam sepi? Tidak berteman, pun berkomunikasi. Kenapa aku.harus selalu berhati-hati memikirkan dan menjaga perasaan orang lain? Lalu, siapa yang menjaga hatiku?

Capek harus.berteriak menyapa satu persatu dari sekian ribu teman. Toh, mereka nggak pernah menyapaku lebih dulu. Apa harus begitu? Apa harus seperti itu? Supaya orang lain tau, kalau aku masih perduli. Buat apa aku melakukan semua ini?

Pergi sajaaaaa kalian semua! Enyahlah! Aku bisa hidup sendiri. Apa? Kenapa? Nggak terima sama ucapanku? Bodoh amat! Kalian juga nggak memikirkan perasaanku.

Taipe 30 Desember 13

Kamis, 19 Desember 2013

Diposting oleh Rumah Kopi di 18.19 0 komentar
Si Oneng Yang Songong (1)

”Lo tau nggak kenapa gue milih jomblo? Huhh, kok lo diem aja sih, May! Kelamaan mikir lo kayak pejabat yang mau nilep duit rakyat aja.”

Padahal baru saja aku mau buka mulut. Eh, dia udah nyerocos aja kayak beo habis makan tikus curut.

”Sebelumnya lo catet baek-baek ucapan gue ye, bukannya gue mau promosi. Lo pan tau, barang bagus itu nggak perlu promosi, udah pasti laku. Gue jomblo bukannya nggak laku, tapi memang selama ini pada takut ngedeketin gue. Secara yah, lo tau ndiri kan selera gue kayak apa?” Oneng menaikkan kedua alisnya di akhir ucapannya tersebut. Sumpah aku eneg lihat tingkahnya. Ku pandangi muka badaknya itu sambil menarik bibir ke kanan-kiri supaya terbentuk sinyum simpul. Aku baru sadar bahwasannya jadi penipu itu tidak gampang, mament! Buktinya pura-pura senyum aja bikin bibirku kram. Ya, sudahlah demi teman aku ngalah.

”Tapi ’kan lo bukan barang, Neng? Lagian lo bilang kek gitu di depan gue, juga kagak ngaruh. Amit-amit gue kagak bakal naksir elo, dah!”

Oneng tersenyum kecut mendengar ucapanku. Aku pikir dia sadar kalau sebenarnya males banget pagi-pagi dengar ceramah yang nggak bermutu. Bisa-bisa seharian aku sial karena aura negatif itu terus mengikutiku.

Baru saja aku bangkit dari tempat dudukku, dia udah kembali meracau tak karuan. Sambil menghela napas kasar, akhirnya aku kembali duduk. Bukan karena mau mendengarkan cerita dari dia sih, tapi satu porsi pizza baru saja dipesan olehnya. Nah, ini dia yang bikin aku rela kembali menaruh bokongku di kursi --Kafe Rere.

”Eh, betewe lo ’kan juga jomblo, May.” tanya Oneng tiba-tiba. ”Kalo gue ’kan punya alasan yang jelas kenapa sampe detik ini gue jomblo!” lanjutnya.

”Huaahaahaa! Gue tau sekarang!” si Oneng selain bermuka badak alias tidak tau malu, ternyata dia juga punya kelebihan lain, yaitu lebih sotoy dari pada teman yang lain.

”Lo jomblo karena cowok-cowok pada ilfeel sama lo yang nggak doyan mandi ’kan?”

Haah! Anjrit! Sumpah, berasa nelan kulit duren! Padahal pizza ini terbuat dari bahan-bahan yang lunak. Gara-gara ucapan Oneng, aku jadi tidak berselera lagi makan tuh pizza.

”Eh, gue tegasin sama lo ya, Neng. Denger nih, baek-baek! Gue nggak pengen jadi binatang gara-gara pacaran!”

Mulut oneng membentuk huruf O, dia penasaran dengan kalimat terakhirku. Sebelum dia minta penjelasan, buru-buri aku kabur ninggalin dia.

(to becontinue)

Jumat, 13 Desember 2013

Ketika Harun Pulang Kampung

Diposting oleh Rumah Kopi di 14.23 0 komentar

Oleh

Keyzia Chan

Langkahnya terhenti ketika sampai di ujung jalan, dia berdiri tidak jauh dari rumah sederhana itu. Ah, sebenarnya bangunan itu lebih layak disebut gubuk tua. Bagaimana tidak? Dindingnya hanya terbuat dari anyaman bambu, beratapkan daduk , dan berlantaikan tanah dengan penerangan  dari sentir. Sepeda tua itu juga masih ada di sana, alat transportasi yang mengantarkan bapak dan emaknya bepergian. Nampaknya tidak ada yang berubah semenjak kepergian Harun sepuluh tahun yang lalu. Ya, saat dia meninggalkan rumah tanpa pamit waktu itu.

Puas memandangi gubuk tua itu, dengan langkah gontai laki-laki berusia 30tahun tersebut berjalan menuju rumahnya. Benaknya menyimpan kerinduan dan juga penyesalan atas apa yang dilakukannya dulu. Tetapi bukan karena rindu orangtuanya, yang membawa Harun kembali pulang. Ayah dari empat anak yang masih kecil tersebut memiliki niat busuk terhadap orangtuanya.

Kebahagiaan nampak terpancar dari ke dua orang tua Si Harun. Tidak henti-hentinya bibir Mak Ijah mengucap syukur pada Gusti Allah, air mata pun tak terbendung--berjatuhan di pipi wanita berambut putih itu. Setelah puas melepaskan rindu pada anak semata wayangnya, Pak Joyo lantas memberondongi pertanyaan pada laki-laki berbadan kurus itu. Di sela-sela obrolan mereka, tiba-tiba saja Pak Joyo berteriak lantang. Kemudian suasana di gubuk tua itu menjadi tegang.

”Apa katamu? Tidak! Pokoknya tidak mau!”  ujar Pak Joyo, menolak. Laki-laki tua yang mengenakan sarung itu, reflek naik pitam lantaran ucapan anaknya.

”Dengarkan dulu, Pak. Kalau Bapak dan Emak ikut tinggal di kota, Harun merasa lebih tenang. Karena Istriku akan merawat kalian yang sudah semakin sepuh.” ucap Harun basa-basi, demi meyakinkan Bapaknya.

”Pokoknya Bapakmu ini ndak sudi kalau harus meninggalkan rumah ini, apa lagi sampai menjualnya.” teriak Pak Joyo, kemudian tangannya meraih cangkir yang berada di atas meja. ”Di kota itu panas, barangkali banyak setannya.” lanjutnya asal, setelah itu dia menyeruput kopi yang masih panas tersebut.

”Kata siapa, Pak? Bapak ini suka mengada-ada saja.” sanggah Harun. Dia bersikeras meyakinkan ke dua orang tuanya supaya mau menjual gubuk tua tersebut. Dengan uang itu dia bisa melunasi hutang--pada rentenir. Pikirnya.

”Itu buktinya, Si Mimin anaknya Mak Inah. Pulang dari kota rambutnya disemir merah, setiap hari pake rok mini. ”sahut Mak Ijah. ”kata Si Mimin di kota itu panas.”

Harun semakin jengkel dengan ucapan ke dua orangtuanya. Sikap kolot mereka masih belum hilang meski usia mereka semakin tua. Air muka Harun nampak merah padam, jauh-jauh dia datang dan hasilnya hanya penolakan.

Andai kalian mau menurutiku menjual gubuk tua ini, aku pun tidak sudi bersusah payah merawat kalian yang tidak berguna ini. Ujar harun dalam hati. Sumpah serapah pun ke luar dari mulutnya. Membuat ke dua orang tuanya sedih.

”Jangan, Run. Ini harta Emak satu-satunya!” teriak Mak Ijah tiba-tiba. Harun mencopot paksa cincin yang dikenakan Mak Ijah. Hal itu dia lakukan karena tidak memiliki uang sepeser pun untuk ongkos kembali ke kota. Tidak cukup itu, Harun mendorong laki-laki tua yang hendak menghalanginya mencopot paksa cincin Emaknya. Tak ayal darah segar ke luar dari pelipis Pak Joyo akibat terbentur meja ketika jatuh.

Hoalaah! Apa yang kamu lakukan, Nak. Teganya kamu berbuat ini pada kami. Ingat, Run. Becek ketitek, olo ketoro.” ujar Mak Ijah sambil terisak-isak.

Rupanya tekanan ekonomi dan kemiskinan membuatnya nekat, sehingga tega berbuat apa saja. Harun tidak berpikir bahwa perbuatan keliru yang dia lakukan, akan semakin mempersulit keadaan. Beberapa saat kemudian karena panik melihat keadaan Bapaknya, Harun lari tunggang langgang dan apesnya sebuah mobil menabrak Harun saat menyeberang jalan. Tubuhnya terpental sejauh 5meter.

Selesai.

Rabu, 04 Desember 2013

Catatan kecilku

Diposting oleh Rumah Kopi di 18.05 0 komentar
Dear Lalaland...
Ada satu pelajaran bau yang telah ku terima. Apa kau tahu? Bahwa suatu institusi bisa tercemar karena ulah kita sendiri. Hahhh! Jengah!
Semenjak awal kita kenal sampai sekarang yang sudah tidak ada lagi komunikasi, satu hal yang tak pernah kudapatkan darimu! KEPERCAYAAN!! Entah, apa yang membuatmu begitu. Apakah kamu adalah type manusia yang miskin kepercayaan atau diriku dan tingkah lakuku yang membuatmu begitu?
Anggap saja aku yang menjadi penyebabnya! Lantas di mana letak salahku. Oh, mungkin kamu bingung mengartikan bahasa tubuh dan bahasa bibirku yang kontra?
Ketika aku bilang lagi kurang enak badan, tapi nyatanya aku selalu ceria dan bergerak aktif seolah tidak terjadi apa-apa dengan tubuhku. Aku ngoceh dengan guyonan segar yang sudah jadi kebiasaanku, aku bergerak kesana kemari bangun kemudian rebahan dan terus bergerak sampai aku ketiduran. Nah, mungkin dari situ kamu berpikir ucapanku hanya omong kosong yang bermaksud menarik simpatimu. Salah! Kau salah besar. Aku... Entahlah, saat bersamamu seperti anak kecil yang digandeng Mamahnya berjalan masuk ke kelas. Kemudian menghambur bersama teman lainnya dengan perasaan nyaman karena merasa Mamahnya selalu menjaganya dari luar. Aku... Ya, sebisa mingkin aku menutupi kegetiran yang aku rasakan saat itu. Napas yang tiba-tiba memburu, sesak, jantung berdebar tak beraturan bahkan menahan sakit kepala yang nyaris mau pecah. Semua luruh saat kau menemaniku saat itu. Namun sayangnya semua itu justru keliru.
Ya, kau menganggapku berpura-pura saja untuk mendapatkan simpatik dan perhatianmu. Ini yang disebut institusi yang tercemar karena ulahku yang sebenarnya hanya mengekspresikan kebahagiaan yang luar biasa saat kau ada.
Hahhhh! Ah, suuudahlah! Semua sudah berlalu, terlepas bagaimana kau menilaiku waktu itu yang penting aku bahagia dan nyaman. Apakah kau merasakan yang sama sepertiku? Dan satu hal lagi yang ingin ku tahu, apakah kau masih mengingatku sampai detik ini?
Setahuku cinta tak bisa berhenti secepat saat aku jatuh hati. Dan bagaimana pun sikapmu sampai kini aku masih menyimpan rasa sayang untukmu. Lebih lagi saat aku sering jatuh sakit seperti akhir-akhir ini.
Taipe, 4 desember 2012

Selasa, 03 Desember 2013

Terlambat Sudah

Diposting oleh Rumah Kopi di 05.19 0 komentar



Oleh



Keyzia Chan


Jika menangis, meratap bisa menyelesaikan masalah, mungkin Anisa Maharani dan semua penghuni bumi ini tak perlu susah payah mencari solusi. Ini bukan dongeng namun cerita nyata anak manusia. Tekanan dan penghinaan yang datang dari keluarga Reyhan, membuatnya bepikir nekat. Dia memutuskan pergi  ke suatu tempat yang jauh, meninggalkan keluarga serta kekasihnya tersebut.

***


”Mamah dan Kakak perempuanku ingin berkenalan denganmu, Ran. Sabtu malam aku akan membawamu bertemu mereka.“ ujar Reyhan lembut. ”Malam minggu ini, nggak ada jadwal pentas nari kan?” lanjut Reyhan meyakinkan.


” Iya, nggak ada jadwal tapi aku belum siap bertemu dengan keluargamu, Rey. Aku takut mereka...” Rani menghentikan ucapannya. Dalam benaknya sejuta kekhawatiran membuncah, bayangan penolakan keluarga kekasihnya itu tiba-tiba menghantui. Gadis berlesung pipit itu menghela napas kasar di depan Reyhan yang sedari tadi menggamiti jemarinya. Rey menatap retina gadisnya dengan tatapan penuh harap. Cowok berwajah oriental tersebut tidak memahami apa yag dirasakan Rani. Jarak di antara ke duanya bagaikan langit dan bumi. Itulah momok besar penghalang hubungan dua sejoli tersebut.


”Ayolah, sayang. Ku mohon, jangan takut karena aku akan selalu ada di sisihmu.” ucap Rey, kemudian dengan lembut cowok itu mencium jemari Rani.




Malam yang mendebarkan itu akhirnya tiba juga. Pukul 19.00 WIB Rey menjemput Rani dengan mengendarai Toyoya Yaris warna hitam. Saat itu juga ke duanya berangkat ke kediaman keluarga Reyhan. Sesampainya di rumah berlantai dua nan mewah itu, mobil yang dikendarai Rey berhenti. Setelah memarkir mobilnya, cowok yang memiliki tinggi 180centi tersebut menggandeng tangan kekasihnya yang dingin dan berkeringat. Meskipun mengenakan blosh on namun pipi chuby Rani terlihat pucat.


Seorang wanita paruh baya nampak berjalan menuruni anak tangga. Sorot matanya tajam, tanpa senyum dia memandangi Rani dari kejauhan. Membuat nyali Rani semakin menciut. Rambut keriting sebahu dengan lipstick merah menyala adalah style yang melekat pada Mamah Rey. Setelah berdiri di hadapan Rani, akhirnya wanita itu tersenyum saat menjabat tangan calon menatunya itu, tentu saja senyum sinis tanda tak suka. Rani menggigit bibirnya kuat-kuat, nampaknya ada makluk lain yang tak kalah mengerikan dibanding Mamahnya Rey. Ya, dia adalah Malinda Indah. Kakak perempuan Rey. Tangan Rani semakin dingin, keringatnya membasahi kening sehingga poni kesayangannya itu nampak lepek. Sesudah semua hidangan selesai disajikn oleh pembantunya, mereka berempat bergegas menuju ruang makan. Tak ada canda tawa dan obrolan hangat menghiasi acara makan malam waktu itu.


”Jadi ini, gadis yang kamu pilih, Rey?” sorot mata Mamah Rey, bagaikan anak panah yang menghujam tepat di jatung Rani si anak seorang janda yang menjadi tukang jahit semenjak Rani bayi.


”Perbedaan antara kalian sungguh terlau jauh. Apa kata teman Mamah dan keluarga kita mengenai calon yang kamu pilih.” ujar Mamah Rey ketus, sambil mengerling ke arah Rani. ” Seorang pangeran Memeilih gadis kampung yang tak jelas asal usulnya.” lanjut Mamah Rey menghina terang-terangan di depan Rani.



***

Meski pun dengan berat hati, akhirnya Rey merelakan Rani untuk hijrah ke luar negeri sebagai perawat di panti jompo. Formosa adalah negara yang ia pilih. 

”Percayalah, Rey. Jarak nggak akan merubah kesetiaan dan cintaku padamu. Justru di sinilah semuanya diuji, jika kita mampu menjalani masa sulit ini maka tak ada lagi jarak di antara hatimu dan hatiku.” ujarnya sambil terisak waktu itu.

Saat ini dirinya sudah tinggal di Formosa. Rani adalah gadis manis yang tidak suka hura-hura. Kesempatan libur dua minggu sekali dia manfaatkan untuk mengasah kemampuannya menari. Tari tradisional lah yang ia kuasai. Gadis berhidung lancip itu sering tampil di acara yang diselenggarakan KDEI. Tak jarang dia didaulat menari di depan para Duta besar untuk memerkan salah satu tari tradisional yang dimiliki negara indonesia. Rani yang piawai menari sejak SD, tak ayal memukau para Dubes maupun para pejabat yang hadir pada event yang diselenggarakan.


Hampir dua tahun berjalan, tapi kelurga Rey masih tidak menyukai bahkan masih saja menolak mentah-mentah menerima Rani menjadi bagian dari anggota keluarga. Suatu hari tanpa sengaja Malinda membaca salah satu tabloit Ibu kota, menulis tentang perjuangan  BMI indonesia.  Bekerja di Taiwan, sekaligus berusaha memperkenalkan seni tari tradisional pada dunia. Dan sering menjuarai event yang diadakan di sana. Orang itu tak lain adalah Anisa Maharani. Dari situlah kesombongan keluarga Reyhan mulai terkikis. Mamah dan Kakak Reyhan sering menanyakan kabar gadis miskin itu pada putranya. Ini merupakan angin segar bagi ke dua sejoli tersebut. Nampaknya usaha Rani tidak sia-sia. Ribuan mil yang ditempuh kini mulai menghasilkan harapan kebahgiaan. Selaian mendapatkan modal finansial, beberapa penghargaan atas prestasinya. Akhirnya Rani memegang tiket untuk masuk ke dalam keluarga tersebut.




Jam menunjukkan pukul 10.45 WIB, namun Rey tak kunjung keluar kamar. Mamahnya nampak khawatir karena Rey belum pernah seperti ini sebelumnya. Wanita paruh baya tersebut bergegas menuju kamar putranya. Nampak sesosok bertubuh kurus meringkuk di dalam kamar mandi, terdapat bercak darah di lantai dan telapak tangan. Reyhan tidak sadarkan diri. Wanita berbadan gemuk itu berteriak memanggil Malinda yang tidak kalah terkejut melihat keadaan menyedihkan itu. Beberapa saat kemudian dengan mobil Ambulance, Rey dibawa menuju rumah sakit harapan kita. 



”Sebelumnya saya atas nama pribadi minta maaf, Bu Rusmi. Mungkin yang saya sampaikan adalah berita kurang baik” ujar dokter itu sesaat setelah memeriksa Rey yang tergeletak di ruang ICCU. ” tabahkan hati anda, Bu. Putra anda terkena liver akut dan prosentasi hidupnya sangat tipis.” ujar dokter itu lirih.


Kabar itu sampai di telinga Rani. Gadis itu! beringsut saat mendengar berita ini dari mamahnya Rey. Tubuh langsing gadis itu gemetaran. Sementara air matanya meleleh membasahi pipi mulusnya. Kembali lagi Rani diuji dan kali ini ujiannya luar biasa dahsyat. Kepalanya terasa berat bagaikan dihantam godem raksasa dan Rani pun terkulai tak sadarkan diri.


***

Kembali lagi hal sulit datang menghampiri Rani, susah payah dia mengajukan pemohonan cuti. Namun setelah mendapat izin, Gadis itu tidak diperkenankan meninggalkan Formosa karena TBC yang ia derita. Setelah menunggu 6bulan masa penyembuhan maka dia boleh meninggalkan Formosa.

Ya, Tuhan. Kuatkan hatiku dan beri kesempatan untuk bertemu dengan dia. Jeritnya dalam hati.

Siang itu Rani kembali mendapat kabar buruk bahwa kondisi Rey memburuk. Seperti menelan timah mendidih, dadanya terasa panas. Kali ini dia bersikeras untuk pulang ke indonesia dan usahanya berhasil karena 6bulan terakhir TBC itu mulai sembuh.


Tunggu aku, Rey. Ku akan pulang, maafkan keegoisanku telah meninggalkanmu pergi sejauh ini, sayang. Ujarnya lirih. Taxi yang ditumpanginya menuju rumah sakit, berjalan bak siput. ”Maklum, bukan Jakarta namanya jika tidak macet, Neng.” kata sopir taxi itu.


Gadis bermbut panjang itu berlari menyusuri koridor rumah sakit, dari kejauhan nampak Mamah dan Kakak Rey saling berpelukan. Rani memelankan langkahnya, dalam hatinya berkecamuk ketakutan yang luar biasa. Ah, tidak mungkin! Reyhan akan menungguku dia pasti baik-baik saja. Ia mencoba meyakinkan dirinya.

" Tante, Kak Linda. Bagaimana keadaan Rey?" tanyanya gelisah. Mamah Reyhan menghambur memeluk Rani dan menumpahkan tangisnya. Rani semakin bingung dibuatnya.

Sesaat kemudian suster keluar mendorong ranjang tempat Rey berbaring. Selimut bertuliskan Rumah Sakit Harapan Kita nampak menutupi seluruh bagian tubuh dari ujung kaki sampai menutup bagian muka lelaki muda yang Rani kasihi.



Gerimis tipis mengiringi pemakaman siang itu. Semua yang hadir kepemakaman Reyhan, sudah pergi meninggalkan tempat itu. Tinggal Rani seorang diri duduk bersimpuh dan memegangi batu nisan. 


"Sudahlah, tak ada yang bisa kamu lakukan di sini." suara itu sontak mengejutkan gadis berkerudung hitam tersebut. 


" Aaaaa... Reyhan...!" teriaknya, kembali terkejut melihat sesosok yang dia cintai berdiri di depannya. Rani berjalan mundur ketakutan. Sambil tersenyum cowok tampan itu mengulurkan tangan seraya berkata " Jangan takut, aku bukan hantu. Perkenalkan namaku Revan, saudara kembar Reyhan yang diasuh Om dan Tante sejak bayi." 

Kehadiran Revan sangat berarti untuk memulihkan semangat Rani. Di awal tahun mereka memutuskan menikah setelah 2tahun menjalin kasih.



Selesai



Minggu, 01 Desember 2013

Afraid

Diposting oleh Rumah Kopi di 23.27 0 komentar

Aku hanya ingin memeluk siapa saja yang ada di sampingku dan menumpahkan seluruh air mataku yang tersimpan lama sekali. Benar, ini seperti magma yang akhirnya keluar dari hati. Seharusnya aku tidak boleh menangis tapi aku tidak bisa lagi berpura-pura menyembunyikan rada sakit ini.

Apa? Tidak! Aku tak akan menghubungi Bunda di rumah. Pasti darah tingginya kambuh jika aku meraung-raung seperti ini. Biarlah malam ini kamarku basah, bahkan banjir dan menenggelamkanku. Yah! Aku tenggelam oleh genangan air mata. Aku tak mau membebani siapa pun karena ternyata masing-masing orang memiliki masalah yang tak kalah berat dariku.

Kau akan baik-baik saja key! Setidaknya pikirkan saja begitu. Coba ambil wudlu dan shalatlah supaya hatimu tenang. Bukankah air matamu tadi pagi sudh berhasil menaikkan suhu badanmu? Lantas jika kau meraung seperti ini, apa yang akan terjadi besok?
Tentu kau masih ingin bekerja tanpa tersiksa rasa sakit dan muntah besokk

Ya Allah lindungi dan jaga key

Tenang key tennnaaaaaaaaanggggg kau akan baik saja! Kau hebat kau tak perlu mencari siapapun untuk menjadi pelampiasanmu, Tuhanlah yang bisa menolongmu key

Catatan Kecil Awal Desember

Diposting oleh Rumah Kopi di 21.52 0 komentar

Hy Lalaland, apa kabar?

Embusan angin di musim dingin membuatku sering menggigil. Padahal berlapis baju serta jaket sudah membalut badanku. Aku yang masih muda saja sampa berkali-kali ambruk, lantas bagaimana dengan lelaki tua itu? Lelaki yang aku temui kemarin lusa di perempatan dekat 7-11. Kakek berudia 75tahun yang tak punya gigi, menunggui gerobak reotnya dengan beberapa lonjor tebu serta beberapa butir jeruk di atasnya. Wajah lusuhnya dipenuhi lipatan di sana-sini, tubuhnya tak mampu berdiri tegak. Mungkin tulangnya lapuk dimakan usia atau dia memang punya penyakit osteoporosis. Entahlah! Jika aku amati lebih dalam sepertinya dia tak pernah cukup makan, selain membungkuk dia tetlihat kurus. Sungguh aku iba melihatnya. Bajunya lusuh, apalagi dia hanya beralaskan sendal jepit yang tipis. Mungkin dia juga kedinginan? Bahkan pasti lebih dingin dariku. Yang membuat aku semakin miris manakala aku ingat tumpukan sepatuku yang sekoper gede itu. Tumpukan pakaianku yang bahkan aku tak ingat kapan belinya? Huft, semakin jengkel karena di dalam almari tak juga kutemukaan jaket yang bisa dipakai Kakek itu. Apa lagi sepatu?
Maafkan aku ya, Pak Tua. Aku hanya bisa membelikanmu makan siang dan mengalungkan syal di lehermu, yang kemarin aku beli. Do’aku kau sehat selalu karena aku tau itulah modal satu-satunya bagimu, untuk bertahan hidup di dunia ini.

***

Kemarin berkoar-koar untuk berhati-hati di musim dingin. Ah! Ternyata aku malah sudah berkali-kali tumbang karenanya. Huaaaaaaa! Gimana bisa jadi perawat yang hebat kalau diri sendiri kedodoran. Paling tidak aku bisa merasakan lega setiap mampu melewati satu masa sulit.
Oh, tidak! Bahkan aku pernah hampir meregang nyawa dalm keadaan sendiri meringkuk di atas kasur yang tipis ini. Bersyukurlah, Key! Masih ada, bahkan lebih banyak yang lebih tidak beruntung darimu. Kamu masih lebih enak dengan apa yang ada pada dirimu. Tengoklah sekelilingmu yang kesulitan secara ekonomi, dan lain sebagainya.
Semangat key, kamu tidak harus meratapi dirimu. Bukankah tahu, semua itu justru akan membuatmu sakit untuk yang ke dua kalinya, sakit jiwa serta raga.
Jika menangis bisa mengurangi beban dan meratap adalah solusi dari sebuah masalah, maka semua orang akan menangis dan meratap. Ini konsekuensi yang pasti sudah harus kamu.pertimbangkan jauh hari sebelum kamu menginjakkan kaki di sini.

Kenapa aku menangis dan iba terhadap nasip orang lain? Dan berpikir aku tidak boleh berpangku tangan! Perasaanku begitu sensitif dan jika bisa, aku ingin menolong semua orang yang membutuhkanku supaya sisa waktuku berguna.
Biarlah jika mereka yang dulu memanfatkan kenaifanku, mungkin memang jaannya begitiu agar aku bisa begini.

Yang jelas aku banyak bertemu orang hebat akhir-akhir ini! Orang hebat yang merangkulku dan menguatkan tanpa memandang siapa dan apa yang ada di diriku. Sayang sekali, semua datang di saat segalanya sudah sampai di penghujung. Ah, sudahlah! Semua adalah rahasia dan kuasa Tuhan untuk membuka hati dan jalan pikiranku agar  bersyukur atas apa yang terjadi di diriku

Kau bukan santa clause yang membagikan permen dan coklat pada semua orang supaya bisa ikut mengecap manisnya. Kau tidak lebih dari lilin yang berusaha menyinari sekitar sehingga diri sendiri meleleh. Setidaknya berdo’alah agar mereka diberi kekuatan dan mampu menjalani semua ini dengan baik. Termasuk juga kamu.

Kau cukup bersyukur dan bahagia karena tawa Bunda di rumah selalu menjadi penyemangatmu, Key. Bunda, Anakmu akan selalu baik-baik saja, dan kau akan bangga pada gadismu ini!


Senin, 25 November 2013

Catatan kecilku

Diposting oleh Rumah Kopi di 15.30 0 komentar

Terisak sendiri di sudut kamar meratapi nasib jauh dari keluarga. Sebenarnya sih, biasa. Hanya saja ketika raga ini sedang tak berdaya ingin hatiku menjerit sekuat tenaga. Lalu kembali merenung, lantas apa yang kau peroleh dari jeritan itu, kawan?
Terdiam dan berfikir menjawab pertanyaan dari hati sebelah kiri. ”Tak ada!” jawabku singkat. Justru itu akan menambah penderitaanmu karrna meratapi nasibmu. Ini pilihan hidupmu sendiri jadi jalani saja apapun yang terjadi.

Hahhhh! Aku sakit lagi, lagi-lagi aktivitasku terhenti. Kreativitasku kalah dengan kondisi fisikku yang sering ambruk. Ini bukan mauku, juga bukan inginku! Tapi ini adalah bagian dari diriku yang tak nisa dipungkiri.

Oh, iya! Ternyata sendiri itu tidak selalu sepi dan menyedihkan. Nyatanya banyak hal yang bisa dipelajari saat sendiri. Sifatku yang selalu tergantung uluran tangan dari orang lain, pelan-pelan yerkikis oleh kebiasaan menghadapi segala hal sendirian. Sunnguh menyedihkan ketika sehari muntah-muntah lebih dari 10kali. Jangankan melangkah ke dapur untuk mengambil air, membuka mata dan bergerak sedikit saja mual itu kembali menyerang. Saat itu rasanya Malaikat maut dekat sekali denganku tapi nyatanya Tuhan berkehendak lain. Dari kejadian buruk kemarin aku belajar untuk kuat menyikapi segala hal seorang diri. Tak perlu menjerit untuk diperhatikan, tak usah bersusah payah memohon pertolongan karena nyatanya Tuhan selalu mendampingibdan menjadi penolong yang terbaik.

Baik, aku lebih siap menjalani hari-hariku ke depannya! Aku yakin bisa menjadi wanita dewasa yang lebih tegar dari sebelumnya.

Taipe 25, november, 13

Selasa, 19 November 2013

Catatan kecilku

Diposting oleh Rumah Kopi di 19.49 0 komentar

Dear my laland... Apa kabarmu hari ini? Brrrr! Dinginnya!

Lalaland, kenapa aku jadi gundah seperti ini? Aku takut tertinggal jauh dari temanku yang lainnya. Bukan, ini bukan perasaan iri! Hanya saja kenapa aku tidak serajin mereka? Menulis, menulis, dan menulis!

Oh, my Lalaland! Apa kau tau? Sebenarnya aku juga ingin seperti yang lainnya. Rajin dan produktif, tapi sungguh kondisi fisikku tak bisa dipaksa untuk berlari. Kalau kepala sudah pusing, jangankan menulis? Buka mata saja beratnya minta ampun. Setiap orang pasti ingin memiliki catatan yang lebih baik dari kemarin, tapi kembali lagi harus menyadari bahwa nggak semua orang mempunyai fisik yang sama.

Mungkin ujiannya di sini! Saat kondisiku baik, dan aku sudah siap untuk menulis terkadang keadaan tidak memungkinkan dan sebaliknya.
Dan sialnya lagi, kemarin malah nggak bisa ikut ngirim naskah ke Kak WN. Uh, nyesel banget!
Tau nggak sih, Lalaland. Padahal ini kesempatan baik naskahku bisa dibaca seorang WN. Sialnya aku malah nggak tau kalau ada pengumuman itu.
Lagi-lagi, gara-gara sakit aku kehilangan banyak kesempatan! Menyedihkan!

Hahhh! Kembali bernapas panjang dan berkata, akulah yang paling tau keadaanku. Biarlah orang lain menyangka seperti apa yag mereka lihat. Mereka tidak salah karena memang dari luar aku seperti tak pernah serius dengan apa yang telah aku pilih. Tidak konsisten dengan jalanku sendiri. Tapi sebenarnya aku pun sama dengan mereka, berlatih dan terus menulis. Meskipun tulisanku hanya mengendap di draft-draft!

Biarlah-biarlah!

19-11-13

Senin, 28 Oktober 2013

Catatan kecilku 25,10,13

Diposting oleh Rumah Kopi di 07.20 0 komentar

Kalao saja hp, masih masuk akal. Paling tidak masih dapat dinalar jika barang sekecil itu lupa naruh. Tapi masalahnya ini tablet 10”! Bagaimana bisa barang segede gajah itu aku tak tau di mana rimbanya. Key.... Ini sudah kelewatan! Kamu bukan hanya pelupa tapi juga ceroboh. Nggak hati-hati, nggak teliti.

Mau jadi apa kamu?

Apa iya semua perlu di ikat di jidatmu atau di gantung di kuping agar nggak lupa naruh.
Huaaaa...!!!! Kemana aku harus mencari, seharian nggak ketemu sama si putih kesayanganku. Huft -_&

Lelah hati, otak, jiwa dan raga.

Minggu, 27 Oktober 2013

Catatan Di hari Minggu

Diposting oleh Rumah Kopi di 11.05 0 komentar

Dear my Lalaland, apa kabar?

Cuaca mulai dingin, rentah terserang flu. Nggak perlu diingatkan harus bisa jaga kesehatan. Ingat ya, modal terbesar dalam hidup adalah nafas dan kesehatan ini. Jadi, harus pintar merawat diri. Berhenti jadi anak mami, karena nanti aku akan jadi mami. Ahihi

Pejamkan mata, tarik nafas kemudia hembuskan pelan-pelan. Tenang, pikirkan satu persatu hal baru, yang hendak dilakukan. Intinya dalam hidup ini aku harus punya tujuan, supaya semua yang dilakukan bisa terarah. Sekali lagi, tenang lalu pikirkan satu-persatu. Yang harus diingat semua hal butuh keseimbangan antara dunia dan akherat. Boleh kok bermain, boleh bergaul tapi ibadah dan pekerjaan serta pendidikan harus diutamakan. Ingat key, menyesal itu nggak akan mengembalikan keadaan, namun dengan berhati-hati lantas jika kedepannya ada yangvtak berkenan dihati, mungkin jalannya memang seperti ini.

Hari baru, jiwa baru, semangat baru!
Aku pasti bisa melakukannya, dan pasti akan kuberikan semua yangbterbaik untuk masa depanku. Cinta, materi, serta prestasi. Semua masih dalam tahap pencarian. Aku nggak akan main-main lagi dengan masa depanku. Hari ini cukup bangga setelah melihat saldo tabunganku. ^_^

Jadi tambah semangat...!
Ayo Key, belajar selangkah demi selangkah. Jangan mengandalkan orang lain. Boleh minta bantuan asal nggak menggantungkan harapan, semangat dan cinta pada orang yang hanya ingin bersenang-senang denganmu saja.

Keyzia yang berantakan sudah terlelap dalam tidur abadinya, Keyzia yang bisa bertanggung jawab pada diri serta masa depannya, kini sudah lahir kedunia.

Semangat...! Yuhu...!!!

Taipe 27,11,13

Kamis, 24 Oktober 2013

Catatan kecilku Kamis 24,10,13

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.28 0 komentar

Hari yang melelahkan. Bangun tidur perutku sakit luar biasa. Aku pikir ini gejala mau dapet haid, ternyata bukan. Emmm penyebabnya pasti karena akhir-akhir ini aku tidur di lantai yang beralaskan permadani, tepatnya aku memilih tidur di ruang tamu. Pasti aku masuk angin.
Semua hanya karena supaya bisa bangun lebih pagi.

Huaaa....! Dasar penyakit bawaan dari orok! Meskipun tidur di kolong jembatan sekalipun pasti bangunnya kesiangan. :( kalao malam susah tidur, begitu terlelap susah bangun. Berasa menjadi putri saja, bangun tidur ketika matahari berada tepat di atas kepala. Begitu membuka mata makanan sudah tersedia di atas meja. Kadang-kadang nunggu disuapi dulu baru makan!!

Ayolahh... Kamu bukan putri raja, melainkan cinderella dan ingat... Cinderella tanpa sepatu kaca.
Kamu harus berubah key berubahlah... Kamu nggak mau dibilang terlambat menjalani proses dewasa kan, hanya karena selalu berada di zona nyaman.

-_-”

Rabu, 23 Oktober 2013

Catatan ke-3

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.46 0 komentar

Wahh...! Hari ini rajin sekali menulis dan membaca. Ini sesuatu hal yang baik tapi ini bukan diriku.Tak seperti biasanya aku seperti ini! Emmm....! Apa yang terjadi denganku, ya? Semua baik-baik saja, tapi aku merasa aneh! Ini perumpamaan saja. Aku seperti ikan asin yang gagal. Bagaimana tidak? Kucing yang harusnya langsung mencabik-cabik kemudian menelan ikan asin yang ada di depannya, tapi kali ini kucing tersebut hanya numpang lewat setelah berhenti dan melihat.

Wooee...! Tapi aku bukan ikan asin, aku lebih mirip putri duyung. Kenapa? Karena dia tak punya jati diri. Bagaimana menggolongkon spesiesnya? Manusia bukan, ikan juga bukan! Bisa bernapas di dalam air, pun begitu pula di daratan.

Ah..sial! Kenapa aku mengutuki diriku sendiri dan menyamakannya dengan makluk dari dalam air. Entahlah, yang jelas hari ini aku sungguh merasa tak berkarakter dan tak punya jati diri. Emmm.. Barangkali aku bunglon yang bermetamorfosis menjadi manusia? Ih..serem banget! Ini lebih parah jika menyamakan diriku dengan makluk melata itu yang mempunyai kulit tak rata. Huaaa...! Membayangkannya saja membuat tengkukku merinding.

Ayolaah... Ada apa denganku? Aneh..ini sangat aneh! Biasanya aku tak pernah serisao ini, aku....
Apa aku harus membandingkan diriku dengan hal yang aneh hanya karena merasa tak berkarakter! Sudahlah, sudahi menenggelamkan dirimu di samudra nan maha luas, sadari bahwa sejatinya kamu belum mampu berenang di lautan bebas. Ya... ya... ya...!! Tujuanmu nanti bermuara di sana! Di samudra biru itu. Tapi sebelum kau tenggelam di dasarnya, sebaiknya belajar berenag di hilir sungai yang mempunyai arus yang dangkal, agar tubuhmu tak terseret dan hilang. Semangatmu sudah bagus, hanya saja kamu merasa dan takut terlihat bodoh di depan semua orang.

Paling pintar di antara orang bodoh ~>sama juga bohong kawan....
Bodoh di antara orang pintar~>ya, jika ingin sejajar maka kamu harus terus berlatih dan belajar

Apa gunanya sih, mengutuki diri sendiri. Mereka dulu juga tak sekeren saat ini. Mereka juga mengawalinya sama denganmu. Yang membedakan adalah, mereka konsisten dengan apa yang di gelutinya. Tidak seperti dirimu, yang masih terus senang bermain-main. Itulah sederet umpatan yang aku tujukan untuk diriku.

Heiii...! Masa depanmu ada pada dirimu sendiri, apa yang kamu perbuat saat ini sangat menentukan ke depannya nanti. Ingat ya, suksesmu nanti sangat tergantung dari apa yang kamu persipkan sejak dini. So mau menjadi manusia yang berhasil atau menjadi manusia yang gagal, tergantung pada dirimu, paham?

Hemm.... Apakah aku tergolong sebagai ABG labil? Aku selalu tergesa-gesa, seperti dikejar waktu. Padahal aku yang selalu meremehkan waktu dengan dengan menunda semua yang bisa aku lakukan saat itu juga.n.n.

Ku pandangi diriku di cermin, terus mengamati setiap bagian pada wajahku. Mata yang sedikit sayu dengan lingkaran hitam di sekitarnya, serta kantong yang menggelambir di bawah mata itu, mendeskripsikan aku tak pernah bisa istirahat dan tidur dengan puas. Hemm selalu saja berantakan dan mengkhawatirkan hal yang belum terjadi.

Jam sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari, saat itu mataku juga belum ingin terpejam. Yang pasti besok siap-siap minum obat penghilang rasa sakit kepala. Karena kebiasaan bergadangku memaksa aku menjadi pengkonsumsi aspirin setiap sakit kepala ini menyerangku.

Taipe 23,10,13

Catatan ke 2

Diposting oleh Rumah Kopi di 16.07 0 komentar

Bukan Puisi

Mengutuki sepi, menafikkan keramaian
Heii... Apa yang Kau inginkan, Kawan...
Mencari yang tak ada, menjauhi yang perduli
Ahh..kau tak lebih dari seorang yang tak punya jati diri

Manusia harus punya prinsip dan berdiri di atas pendiriannya sendiri
Jangan selalu berubah haluan hanya karena terpengaruh lawan maupun teman
Biarkan saja mereka dengan warnanya, dunianya
Dan kamu, pilihlah warnamu sesuai dengan ciri khas yang mencerminkan pribadimu

Jangan risau...
Yakinlah dirimu juga bisa asal terus berlatih dan berusaha
Semua hal kuncinya hanya pada hati dan keyakinan
Angan-angan bisa tercipta asal ada usaha untuk mewujudkan

Ayolaahhh... Jangan resah...
Kamu bukan bodoh, tapi belum mengerti karena masih terlalu dini
Tenang...! Tenang saja, suatu jari kamu pasti bisa.

Taipe 23,10,13

Catatan kecilku

Diposting oleh Rumah Kopi di 11.08 0 komentar

Aku menulis karena aku suka, aku ingin bercerita menuangkan imajinasiku dalam sebuah coretan. Ini hobby bukan ambisi. Ini sesuatu hal yang menyenangkan jadi belajarnya pelan-pelan nggak usah tegang. Aku hanya ingin menghasilkan suatu karya yang semoga bisa dinikmati orang lain. Aku kurang paham apa itu sastra, aku hanya mengerti dasar-dasarnya saja.
Tolong jangan paksa aku mempelajari hal yang rumit lagi. Karena waktuku bukan hanya untuk ini.

Sekali lagi aku bilang, menulis itu hobby bukan untuk mngejar materi dan popularitas. Aku nggak mau ikut-ikutan berlari seperti mereka yang memang punya jam terbang menulis lebih lama dariku.

Dan kalaupun toh aku memilih menulis genre teenliet populer yang berunsur romantic komedi, ini juga bukan karena sesuatu yang berunsur komersil. Tidak..! Sama sekali tidak! Aku memilih karena aku suka dan nyaman menjalaninya.

Bersyukur Tuhan memberiku kesempatan mempelajari banyak hal sambil kerja.

Senin, 30 September 2013

Catatan kecilku

Diposting oleh Rumah Kopi di 18.03 0 komentar
TENGGELAM



Kali ini akan aku bertahu dirimu, apa yang telah aku lakukan untukmu?

Lima puluh tahun air mata telah kutumpahkan

Berteriak, berdusta, dan berdarah untukmu

Dan masih saja kau tak mendengarkanku, aku tenggelam

Tak ku inginkan bantuanmu kanli ini, aku akan selamatkan diriku sendiri

Mungkin suatu saat aku akan terbangun, tak tersiksa setiap hari, tersakiti olehmu

Saat ku sangka ku tlah sampai dasarnya, Aku sekarat lagi

AKU TENGGELAM, TENGGELAM, TENGGELAM dalam dirimu

Aku terus terjatuh, terjatuh, harus ku terobos, aku tenggelam

Samar dan campur aduk antara kenyataan dan dusta

Hingga aku tak tau, mana yang nyata dan semu

Selalu bingung dengan pikiran di kepalaku

Hingga aku tak percaya pada diriku sendiri lagi

Aku sekarat lagi, aku tenggelam, tenggelam terus terjatuh

Harus ku terobos

Maka teruskanlah dan berteriaklah, aku sudah jauh

Aku tak mau hancur lagi, aku harus benafas aku tak boleh tenggelam

Tenggelam dalam dirimu, aku terus harus bangkit lagi


#

Now i will tell you what i've done for you

fifty thousand tears i've creid

screaming, deceiving  and bleeding for you

And you still won't hear me, i'm going under

Don't wan't your hand this time i'll save my self

Maybe  i'll wake up for once

No tormented daily, defeated by you

Just when i thought i'd reached the bottom

I'm dying again, going under, i'm going under, drowning in you

 I'm falling forever, i've got to break throught, i'm going under

Blurring and stirring the truth and lies

So i don't know what's real and what's not 

Always confusing, the thoughts  in my head 

So i can't trust myself  anymore

i'm dying again, im going under, drowning in you

I'VE GOT TO BREATHE  I CAN'T KEEP UNDER 
 



 

 

Minggu, 29 September 2013

Catatan kecil pribadiku

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.42 0 komentar

Catatan kecil_ fiksi mini

Oleh

Keyzia Kencana

# Dengan dendam membara ku bangun kekuatan yang mutlak lahir dari diriku sendiri

# Dengan kesadaran tinggi aku memilih menyendiri untuk menemukan jati diri

# Dulu aku rajin mengumpat pada mereka yang meninggalkanku sendiri dalam keadaan sekarat, namun kini ku sadari bahwa dari sini aku bisa belajar untuk mandiri

# Lelah meneriaki mereka yang menggores luka hati, diam adalah cara yang terbaik menghargai diri sendiri.

#Bukan marah ataupun benci, justru terimakasih pada sederet nama yang telah kluar masuk hati ini.
Karena mereka kini aku termotivasi untuk lebih baik dari hari ini.

# Beruntung aku menemukan orang baik sepertimu, sialnya aku tak bisa keluar begitu aku mulai memasuki gerbang hatimu.

# Tersenyumlah, karena kini aku sanggup menepati janji untuk berhenti mencari-cari.

# Karakter yang terlanjur melekat padaku, penilian buruk tentangku darimu,
semoga suatu hari kau menyadari telah keliru menilai diriku.

# Dendam!! Aku dendam setengah mati, namun akan aku balas kau dengaan memperlakukanmu secara baik nanti.

# Seperti tata cara menulis, akupun juga akan mengalami proses perubahan secara alami, sengaja ku biarkan jiwaku berkelana menjelajahi bumi cinta agar kelak ketika tua aku sudah tidak penasaran lagi tentangnya.

# Inilah aku sebenarnya, optimis dan yakin dengan masa depan yang memang sudah aku persiapkan jauh hari sebelumnya.

# Hati ini setipis kertas, namun sekuat baja menerima luka demi luka untuk menuju bahagia selamanya.

***

Sabtu, 28 September 2013

Tanda Tanya

Diposting oleh Rumah Kopi di 19.54 0 komentar

Oleh

Keyzia Kencana

”kenapa lagi..!” Tanyanya ketus.

”nggak apa-apa.” jawabnya, sembari mengobati luka di jarinya yang berdarah.

”masih kepikiran dia..?” adiknya mencoba mengintrograsi, seperti layaknya jaksa dan terdakwa.

Dia terdiam dan masih melanjutkan aktivitasnua. ”apa sih yang bisa membuatmu seperti ini! Bukankah...”

”berhenti mengurusi masalah pribadiku!”  suaranya terdengar lantang, sembari beranjak pergi dari ruang keluarga, lalu masuk ke dalam kamar.

Brukk...! Ran menghepaskan tubuhnya di atas ranjang, matanya memandang ke langit-langit.

Pikirannya melayang kesana-kemari.
Tentang dia, tentang orang-orang yang mencoba mendekatinya.

”Kenapa aku ini?” gumamnya.

”Apa ada yang salah dengan syarafku?

Bukankah ini aneh...? Aku masih memikirkan, dan berputar-putar bermain dengan lingkaran api!
Yang setiap saat membakar hangus hatiku!” rintihnya.

”Kenapa aku tak bisa menerimanya, orang yang jauh lebih perduli padaku! Bodohnya aku!” ucapnya lirih. Sejurus kemudian matanya terpejam, air matanya tumpah sudah!

”Apa yang dia inginkan?
Apa maksud semua ini, jika aku memang tidak pantas di pertahankan, sudahlah.

Sudah ku bilang, aku bisa dan akan baik-baik saja tanpamu!

Kamu juga nggak perlu sibuk mencuri waktu untukku.

Tanpamu, tanpa dia, tanpa siapa-siapa. Yang aku butuhkan hanya kedamaian. Hatiku butuh istirahat..

Sudah, sudah...!

Ku mohon, kasihani aku!
Jangan pernah kamu datang lagi padaku. Biarkan aku hidup dengan jalanku.

Pergilah, kembalilah dengan jalan yang sudah kamu pilih.

Ya Allah, kuatkan hatiku.
Aku tak mau muluk-muluk, aku tak ingin berangan terlalu jauh.

Aku hanya ingin jadi orang yang kuat, dengan berpegang dengan agama-Mu.

Amin,” sederet do’a yang Ran panjatkan seusai menghadap Tuhan-Nya.

Selesai

Tokyo Daigaku

Diposting oleh Rumah Kopi di 15.17 0 komentar

Oleh

Keyzia Kencana

Fiuuuhhhhh.....! Ini menakjubkan......!
Dulu aku hanya bisa melihatnya dalam adegan drama seri di tivi. Tapi kini aku mengalaminya sendiri.

Bersepeda menyusuri jalan menuju Universitas Tokyo tempatku menempuh ilmu setelah lulus dari SMA.

Berawal dari hobyku menonton anime dan drama seri jepang, mendorong kuat ke inginanku untuk menginjakkan kaki di negeri yang mempunyai julukan matahari terbit itu.

Bermodal dari lolos test beasiswa Mitsui-Bhusan, akhirnya aku sampai juga di negeri sakura tersebut.

Meski selama 4 tahun aku harus berpisah dengan keluarga tercinta, aku yakin mampu menjalaninya.

Kini tak terasa 2 tahun sudah aku di sini. Malam ini tiba-tiba rinduku pada Bunda, membuncah memenuhi rongga dada.
Rasa gundah menggelayuti hati dan pikiranku.

Seusai belajar, aku bermaksud menelfonnya. Namun berkali-kali aku hubungi, tak juga ada jawaban dari seberang sana.

“Aneh, tak biasanya rumah sepi malam begini? Pada kemana mereka?” tanyaku dalam hati.

Kemudian aku mencoba menghubungi hp Om ku, namun hasilnya juga nihil.

”mereka pada kemana? Kira-kira apa yang terjadi dengan keluargaku, kenapa hatiku gelisah seperti ini..!” pertanyaan itu terus berkecamuk dalam hati.

Malam ini tak sekejappun mataku bisa terpejam, padahal subuh hampir tiba.

Beberapa saat kemudian, aku di kagetkan suara nada dering hp ku.
Satu pesan  masuk dari om ku, isi pesan itu mengabarkan bahwa kesehatan Bundaku sedang memburuk. Sejak kemarin sore, semua keluarga menunggui beliau di sana.

Leherku seperti tercekat! Tubuhku bagaikan di aliri arus listrik jutaan watt.

”Setahuku Bundaku dalam keadaan sehat walafiat, kenapa tiba-tiba mendadak jatuh sakit?”
Gumamku dalam hati.

Tangisku pecah tak terbendung! Aku ingin pulang saat ini juga!
Aku ingin melihat keadaan Bunda! Namun bagaimana mungkin bisa?

Nalarku tak bisa berfikir, aku tak tau apa yang akan aku lakukan selanjutnya?

                                                                         ***

Di sela-sela isak tangisku, tiba-tiba ada yang menepuk punggung sembari memanggil namaku. Aku terperanjat dari tempatku semula.

Nenek menyuruhku beli chen cu nai cha. Aku pun bangkit dan  bergegas pergi.

Selesai

Senja Sore Itu

Diposting oleh Rumah Kopi di 11.58 0 komentar

Oleh

Keyzia kencana

Cinta itu seperti warna langit yang tak selamanya sama, kadang berwarna biru, kadang jingga, dan kadang menghitam pekat. Cinta bisa mematikan juga bisa menghidupkan, semua tergantung bagaimana menjalaninya.

Gubraakk....!
Suara pintu di tutup dengan kencang. Kemudian terdengar suara isak tangis dari dalam kamar. Dia adalah Nura gadis yang sudah duduk di bangku kelas l SMA, tapi kelakuannya satu level dengan anak SD. Pembawaanya selalu ceria, tapi di imbangi dengan  cengeng yang luar biasa.

Sejurus kemudian mamahnya masuk ke dalam kamar ” kamu kenapa lagi, pulang sekolah bukannya makan malah nyanyi”, canda mamahnya yang berusaha mecairkan suasana sambil memungut tisue yang berserakan di lantai.

”Bangun, cuci muka ganti baju lalu mamah tunggu di meja makan.”

”Nura nggak mau makan, biarin Nura sakit.”

”Eh, anak mamah kok ngomongnya kayak gitu, siapa yang ngajarin?
Mamah nggak akan ngulangi apa yang barusan mamah perintahkan, Nura sendiri janji mau berubah untuk nggak manja lagi kan?”
Setelah mengucapkan kata itu, mamah keluar dari kamar.

Nura masih terisak-isak, ucapan Affan tadi pagi masih terngiang-ngiang di telinganya. Tak hanya membuatnya sedih, tapi juga malu karena di bentak-bentak di depan banyak orang. Apalagi Cindy saingan berat Nura ada di sana, di kantin tempat Affan dan Nura berselisih tegang.

Setelah cuci muka dan ganti baju, gadis berhidung mancung itu melangkah menuju meja makan. Wajahnya masih cemberut, mata sipitnya kelihatan tampak aneh seperti habis di tonjokin bajak laut. Bengkak dan merah.

“Kalao ada masalah, jangan langsung di sikapi dengan emosi. Cobalah tenangkan hatimu, cerna baik-baik ucapan yang masuk dan ambil positifnya.” ujar mamahnya  yang sudah menunggunya di meja makan dari tadi.

”Coba cerita sama mamah, ada apa? Mamah akan mencoba menengahi dan akan besikap obyektif, tidak memihak siapa-siapa. Pasti berantem lagi sama kak Affannya, kan?”

Nura mulai bercerita sambil makan siang bersama mamahnya.

        
                                                       ***

Pagi itu nggak seperti biasanya, Nura berangkat seorang diri ke sekolah. Affan pacar sekaligus bodyguard pribadinya, nggak datang menjemputnya.

Selama ini apapun yang Nura inginkan, Affan berusaha menurutinya. Namun omelan-omelan yang panjang kali lebar selalu meluncur dari bibir pacarnya itu jika sedikit saja Affan keliru.

Cemburu itu boleh tapi jika tanpa dasar yang kuat, bisa jadi boomerang dalam suatu hubungan.

Manusia nggak mungkin selamanya sama, jika ada perubahan asal masih dalam taraf wajar harusnya bisa saling menyesuaikan.

Akhir-akhir ini Affan jarang ada waktu untuk Nura, kesibukannya dengan tim basket dan persiapan menghadapi ujian akhir sekolah, memaksa Affan sedikit mengacuhkan Nura.

Hal ini yang sering memicu pertengkaran di antara mereka, sifat kekanak-kanakan Nura tak ayal bikin Affan emosi dan sedikit keras menghadapi Nura.

Bukannya menyadari, emosi Nura justru semakin menjadi-jadi. Nura berfikir kekasihnya sudah nggak sayang sama dia lagi, sedangkan Affan sendiri mulai bosan dengan omelan Nura yang tak beralasan.

Dia memilih diam jika Nura sudah mulai ngambek, sementara menghindar agar nggak terjadi perang dunia ke v dengan pacarnya.

Namun bagaimanapun Nura, dia tetap menjadi gadis bawel kesayangan Affan.
Terbukti sampai saat itu, Affan nggak pernah meninggalkan Nura dan mencari penggantinya.

”Ra, kok sendirian pagi ini?” tiba-tiba Uly mengejutkanya dari arah belakang, Uly adalah sahabat Nura satu-satunya.

”Iya, aku mau belajar mandiri biar nggak di katain mirip bayi gorila seperti tempo hari.”

”huahaha..!” Uly tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi Nura.

”Siapapun orangnya, pasti juga akan menganggapmu demikian, ra?

Kamu ingat nggak, kamu hilang di keramaian pasar malam tempo hari. Kamu ketakutan dan terisak menangis sambil menelfonku minta di jemput.”

”Ah...! Siapapun juga bisa tersesat di keramaian seperti itu, apalagi aku kan baru pertama kali ke sana!”
Mukanya langsung masam.

”Emmm...! Kamu tau, Affan benar-benar berubah sekarang.” curhatnya pagi itu.

”Dia rajin nyuekin aku tau nggak? Mungkin dia udah punya gebetan baru, dulu dia selalu ada waktu buat aku, tapi kini hanya marah-marah mulu kerjanya tiap ketemu aku.” ocehan Nura panjang nggak ada putusnya seperti kereta api, membuat Uly pusing mendengarnya.

”Mungkin saja dia sibuk belajar, lagian tim basketnya kan sering ikut pertandingan?” Uly mencoba menenangkannya.

”Tapi setidaknya dia ngasi kabar kek ke aku, kalao lagi sibuk dan nggak mau di ganggu. Jangan seenaknya saja main ngilang, udah kek jelangkung aja! Dia nggak bisa menghargai perasaanku sama sekali!”
Mungkin putus lebih baik kali ya?

”Yakin nih..? Uly memicingkan matanya, air mukanya berubah serius mendengar ucapan terakhir Nura.

“Nggak yakin juga sih....!” Nura menghela nafas panjang.

                                                      ***

”Besok aku ulang tahun, pengennya di temani dia. Tapi, jangankan muncul di hadapanku pesannya aja nggak pernah aku dapati lagi memenuhi hp ku. Dia benar-benar semakin menjauh.” kali ini giliran diary nya yang menjadi sasaran untuk mencurahkan isi hati gadis itu.

”kalao tau begini, aku nggak akan bawel lagi supaya dia nyaman denganku! Kalao kayak gini, aku juga yang susah. Mana pake acara kangen segala.
Mau menghubunginya lebih dulu, akunya nggak berani, lagi” dia masih asik melanjutkan menulis kata demi kata di buku hariannya, sampai akhirnya terlelap ketiduran.

Keesokan paginya,

Dia terperanjat bangun, matanya terbelalak ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.15 WIB. Berarti otomatis jam masuk kelas udah lewat 15menit.

”Hari ini aku kan jadi petugas pengibar bendera di upacara bendera senin ini, matilah aku.” dia terus menggerutu di sela-sela kesibukannya mempersiapkan buku pelajaran.

Setelah mandi dan mengenakan seragam sekolahnya dia langsung cabut dari rumah, berlari menuju ke halte.
Sialnya tak satupun bus yang lewat padahal sepuluh menit sudah dia berdiri di sana.

Keringatnya bercucuran, nafasnya tak beraturan. Bayangan hukuman dari pak Bagus, guru BP sekaligus wali kelasnya sudah menari-nari memenuhi pikirannya.

Degub jantungnya semakin kencang ketika jam tangannya menunjukkan pukul 08.00 WIB.

Puas hampir pingsan berdiri di sana, akhirnya bus yang di tunggu datang juga.

Tampaknya hari ini nasip sial benar-benar masih betah bersamanya.
Karena ada demonstrasi, jalan yang biasa di lewati bus yang mengantarkannya ke sekolah. Harus mengambil arus alternetif, agar bisa sampai di tempat tujuan.
Tentu saja hal ini memakan waktu beberapa menit lebih lama untuk sampai di sekolah.

Wajahnya tampak seperti mayat hidup, keringat dingin membanjiri seluruh tubuhnya nggak kebayang lagi apa yang akan terjadi dengannya setelah sampai di sekolahan nanti.

Setelah turun dari bus, dia mempercepat langkahnya menuju gerbang sekolah. Dia tampak kebingungan, pagar di kunci dari luar.

Dari kejauhan terlihat tak ada aktivitas di sekolahan.

”Mungkinkah para siswa sudah pulang sekolah, apa aku tadi ketiduran di dalam bus?” dia bertanya-tanya dalam hati.

”Neng, ini kan hari libur. Kok eneng masuk sekolah” tegur abang becak yang parkir di sebelah gerbang sekolah.

Nura baru sadar kalao hari ini tanggal merah, pantas saja mamahnya nggak ngebangunin dia tadi.

”Apaa.........!” teriaknya histeris.
Matanya melotot, dia masih nggak percaya dengan ucapan yang baru saja di dengarnya.

”Oohh betapa pikunnya aku....!” ucapnya lirih, ”padahal aku sudah bersusah payah untuk sampai di sekolah, ternyta...?

Oh mamah, tolong anakmu...!”

Ping..! Ping..! Dua pesan masuk di BB nya.
Tertulis nama Affan di sana. BBM Affanitu berisi, meminta Nura hadir di pertandingan basket yang dia ikuti sore ini.

Setelah turun dari bus, langkahnya gontai menyusuri jalan menuju ke rumahnya.

                                                   ***

Di temani Uly sahabatnya, Nura pergi ke pertandingan basket sesuai permintaan Affan.

Sesampainya di sana, dia di buat kesal oleh pacarnya itu. Bukannya di sambut dengan hangat malah di cuekin dan  di bikin keder.

Affan tampak asik duduk berdekatan sama Cindy yang notabene adalah adik sepupunya.

Kedahsyatan Boom yang di rakit teroris, mungkin masih belum sebanding dengan ledakan marah Nura sore itu.

Bibirnya langsung manyun, air mukanya berubah menyeramkan.

Uly berusaha menenangkannya, untuk menahan diri jangan bikin keributan di tengah orang banyak.

Akhirnya mereka memilih duduk di kursi penonton. Puas Nura menggigit bibirnya menahan geram, akhirnya acara pertandingan selesai juga dan tim basket Affan juara pertamanya.

Sedikitpun wajah Nura nggak tampak turut gembira, waktu tim nasket pacarnya jadi juara utama.

Tiba-tiba,,

”Mohon perhatiannya sebentar teman-teman, jangan dulu meninggalkan tempat ini.“ suara affan terdengar lantang.

”Hari ini adalah hari ulang tahun gadis kesayanganku, mohon do’a nya agar dia menjadi lebih baik lagi ke depannya. Panjang umur dan sehat selalu tentunya!”

Gemuruh dan tepuk tangan penonton sore itu membuat Nura yang tadinya emosi jadi tersipu malu-malu.

Cindy membawa kue ulang tahun berjalan menuju tengah lapangan basket, Affan menjemput Nura dari kursi penonton lalu berjalan turun ke tengah lapangan.

”Maafkan kakak ya, bawel..!” ujarnya

Diamku, bukan untuk menjauhi dan berarti nggak perduli. Tapi memberimu kesempatan untuk belajar mandiri, supaya nggak terlalu tergantung sama orang-orang di sekitarmu.” lanjutnya.

”Happy birth day to you, my little angel.. I love you…!”

Gemuruh tepuk tangan kembali meramaikan acara surprise untuk Nura, sore itu.

Setelah meniup lilin, kecupan kecil di jidat Nura dari Affan, menjadi pelengkap kebahagiaan di ujung senja sore itu.

Selesai.

Selasa, 24 September 2013

Catatan kecilku

Diposting oleh Rumah Kopi di 11.33 0 komentar

Kadang sibuk mengkritik, sibuk menyalahkan, sibuk ini itu yang sekiraranya nggak perlu di lakukan.
Sampai-sampai lupa bahwa kenyataannya diri sendiri nggak lebih baik dari orang lain.

Kenyataannya menggunjing lebih mudah, tapi ketika mencoba apa yang di anggap sepele ternyata luar biasa susah.

Setelah benar-benar tau dan menyadari, keknya nggak lagi-lagi dah sembarangan mengkritik orang!

Huft!!

Menempatkan diri pada posisi orang lain itu sangat penting, agar nggak banyak menuntut orang lain mengikuti kemaun pribadi.

Sekian,

Keyzia

Minggu, 22 September 2013

Menghela Nafas

Diposting oleh Rumah Kopi di 21.29 0 komentar
aku tak ingin di tinggalkan, jarak adalah temanku
menarik nafas di dalam jaring-jaring dusta
tlah ku habiskan sebagian besar hidupku, kendarai ombak bermain akrobat
bertinju dengan bayangan, belajar cara bereaksi
tlah ku habiskan sebagian besar hidupku

menarik nafas, merelakannya
menarik wajah ku demi pertunjukan
kini telah kau tau inilah hidupku, aku tak mau di beritahu apa yang harusnya aku lakukan
menarik nafas, tak kan kubiarkan mereka menghalangi ku
kini semuanya begitu sederhana

hati yang berat, kini berubah tanpa beban
kan ku habiskan sisa hidupku meluangkan waktu demi orang-orang yang menganggapku berharga dan yang aku anggap berharga!

tertawa keras dengan jendela yang terbuka, tinggalkan jejak kaki di seluruh penjuru kota
percaya bahwa karma akan terjadi, 
tak akan ku habiskan sisa hidupku untuk membenci dan marah-marah lagi


i don't want to be life behind, distance was a friend of mine
catching breath in web of lies
i've spent most of my life, riding waves playing acrobat
shadow boxing the other half, learning how to react
i've spent most of my time, catching my breath letting it go
turning my cheek for the sake of the show

now that you know this  my life, i won't be told what's supposed to be right
i ain't got time for that catching my breath won't let emget me down
it's all so simple now

keeping faith karma comes around 
i won't spend the rest of my life 

pada akhirnya melepaskan beban adalah akhir dari sebuah pilihan
ketika apa yang di upayakan tak kunjung mendapatkan sambutan

seperti seharusnya, 
jangan di sesali terlalu dalam karena semua akan menjadi sebuah masa lalu dan kenangan

berhenti melukis di atas air, 
simpan tenaga untuk memahat di atas kerasnya permukaan batu meski lelah hasilnya bisa terlihat 







Sabtu, 21 September 2013

Simple Quotes

Diposting oleh Rumah Kopi di 23.06 0 komentar

oleh

Keyzia

Dear Lalaland ...

Hari baru, cerita baru, masalah baru! Ya, seperti itulah hidup dan kehidupan manusia.

Hai, kamu!

Jika kamu memutuskan untuk tidak akan baikan lagi, baik aku juga tidak akan pernah menaruh harapan atas apapun padamu!

Terima kasih untuk kamu sosok sederhana yang hebat, yang pernah hadir mengisi hidupku. Inilah akhir cerita antara aku dan kamu! Tidak sedih juga tidak bahagia. Tapi, banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan dari sini, mungkin kamu juga?

Cinta mungkin bisa di paksakan, tapi tidak dengan takdir dan kehidupan

Cinta adalah sesuatu yang abstrak, semua orang mempunyai arti  berbeda untuk memaknai cintanya.

Bagiku cinta itu adalah rasa, ketika aku bahagia bersamamu dan ketika aku sedih karena kehilanganmu.

Bagimu cinta adalah realita ketika kamu tak bisa menjajikan apapun selain cinta. Maka, kamu memilih pergi dengan dia. Berbahagialah. Aku pun akan mencoba bahagia dengan jalan hidup yang aku pilih.

CINTA

ketika kamu menyuruhku bertanya pada diriku, kini aku tak mampu lagi menjawab pertanyaan ku sendiri.

Aku kalah. Aku telah salah mengartikan dan menjawab keraguan atas cinta.

CINTA

Ketika CINTA tak berpihak padaku, aku tak akan memicingkan mata saat aku menemukan bayanganku di cermin. Bukan berarti dia lebih baik dariku, dan aku tidak lebih beruntung dari orang yang kamu kenal sebelum hadirku. Akan tetapi, ini berarti dari awal takdir kita hanya di pertemukan sebagai sepasang kekasih. Bertemu untuk berpisah.

Selesai sudah selesai semua sepenggal cerita cinta kita.

Aku tidak harus berteriak menjelaskan semua padamu. Semoga suatu hari kamu tau kebenaran dan kejujuran hatiku.

CINTA

Tidak pernah ada alasan untuk mencintai, cinta yang sebenarnya tidak akan pernah bisa berubah jadi benci. Pun begitu juga aku padamu.

 

Sepenggal Cerita Cinta

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.22 0 komentar

Oleh 

Keyzia Chan 

Aku tidak pernah berniat melupakannya, kenangan tentang dia biar tersimpan rapi dalam hatiku. Meskipun tidak bisa lagi menyentuh raganya, tapi jiwanya masih selalu bersamaku.

Ku sandarkan kepala di pinngir jendela, mataku menerawang jauh memandang derasnya hujan yang turun sore itu. Setiap kali aku mengingatnya,  tidak terasa air mata ini jatuh membasahi pipi.Memoryku kembali ke peristiwa lima tahun silam. Minggu pagi itu seharusnya menjadi hari bahagia, malah berubah menjadi hari na’as pembawa malapetaka.

                                                                    ***

Seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya, aku hendak liburan ke puncak bersama Rizky kekasihku. Kami sengaja berangkat pagi karena ingin menikmati sejuknya udara pegunungan yang bebas dari hiruk pikuk aktivitas kota, bebas asap kendaraan bermotor serta kepulan asap pabrik. Hari ini cuaca sangat bersahabat, mentari bersinar cerah.
Hangatnya menyentuh permukaan kulit.
Hamparan kebun teh yang meghijau bak permadani yang menyelimuti bumi.
Aku begitu menikmati perjalanan itu. Rizky juga tampak bahagia, terlihat dari senyumnya yang terus mengembang di sepanjang jalan.
Lagu romantis kesukaan kami mengiringi perjalanan ke puncak pagi itu.

Hari ini setahun kami jadian dan berniat merayakannya berdua di villa milik orang tua Rizky.
Rizky cowok yang baik, dewasa dan sabar.
Perhatian dan kasih sayangnya membuatku tidak pernah mampu berpaling darinya.
Walaupun di kampus banyak cowok lain yang berusaha mendekatiku, tapi tidak ada yang bisa menggeser ke dudukan dia di hatiku.

Aku belum pernah sesetia ini sebelumnya. Kulit putih, hidung mancung, bentuk bibir yang sensual adalah ciri fisik yang ada padaku. Aku tidak menyia-nyiakan  anugerah Tuhan.
Rajin gonta-ganti cowok adalah hobbyku. Rasa mudah bosan mendorongku untuk selalu mendapatkan gebetan baru. Kehadiran Rizky mampu merubah segalanya.
Dia dengan segala pesonanya mampu mengikat hatiku untuk khusuk pada satu cinta dari dirinya.

Namun tidak ada gading yang tidak retak. Di dunia ini setiap manusia pasti punya masalah dalam hidupnya.
Begitupun dengan cerita cintaku bersama Rizky.

Sebenarnya dia sudah dijodohkan, bahkan setatusnya adalah tunangan orang. Sampai ketika Namira tunangan Rizky selingkuh.
Dia memilih menjalin hubungan dengan seorang yang lebih kaya dari Rizky yang hanya seorang mahasiswa.
Semenjak itu Rizky mulai mendekati dan akhirnya menjalin hubungan denganku. Tapi dihadapan  kelurganya Rizky dan Namira tidak pernah bercerita tentang keadaan hubungan mereka yang sudah retak.

Aku pun tidak pernah mendesak Rizky untuk segera membersihkan setatusnya dari seorang tunangan Namira.
Biarkan waktu dan keadaan yang membuka semua tabir ini. Yang terpenting dari ini semua,  Rizky selalu sayang padaku, bagiku itu sudah lebih dari cukup.

”Hari ini kamu kelihatan cantik sekali, Dania...!“ tiba-tiba suara Rizky membuyarkan lamunanku.

”Kalao aku nggak cantik, kamu nggak bakal mau jadi pacarku!” timpalku.

”Paling-paling aku hanya jadi penggemar rahasia yang setia mengikuti jadwal acaramu.
Ngintip dari balik buku, senyum malu-malu ketika kamu menabrakku waktu kita berpapasan, padahal aku memang sengaja menabrakkan diri lo, buat nyuri perhatian kamu.” lanjutku sambil tertawa.

”Hahaha...! Kamu paling bisa bikin aku tertawa, sekarang kamu bukan hanya berhasil mencuri perhatianku tapi seluruh isi hatiku.” ujarnya diiringi senyum manis sambil sesekali melirik ke arahku.

”Aku ingin selalu menjagamu, menyayangi dan mendampingimu menjadi wanita terhebat.
Nanti jika aku nggak ada di sampingmu lagi, kamu nggak boleh sembarangan menjatuhkan cintamu pada orang yang hanya memuja fisikmu. Kamu harus pandai menjaga diri, aku akan selalu ada di setiap hembusan udara yang kamu hirup.” ucapan Rizky panjang lebar membuatku tercengang.

Aku memicingkan mata ke arahnya. Kupandangi dia puas-puas karena ucapannya barusan sangat aneh.
Reflek sekujur tubuhku merinding mendengarnya, tapi aku tidak merasakan firasat apa-apa.

Kuulurkan tangan kiriku dan mencoba menyentuh keningnya.
”Padahal kamu nggak lagi demam lo, kok tiba-tiba ngomongnya ngaco.
Kamu nggak akan pergi, aku nggak akan mengijinkan kamu menjauh dariku barang sejengkalpun, Riz.”
ucapku.

                                                                                    ***

Sesampainya di villa, aku menghambur keluar dari mobil.
Lari kecil kesana kemari bagaikan anak ayam yang lepas dari kandang.

”Wooow...! Indahnya pemandangan di bawah sana..! Rizky cepat kesini.” triakku sambil melihat-lihat pemandangan yang memang jarang aku temui sebelumnya.
Maklum di Jakarta mana ada tempat yang seperti ini.
Puas jalan-jalan sekeliling villa membuatku lelah. Matahari tidak ramah lagi, bukannya menghangatkan tapi sinarnya mulai membakar permukaan kulit.

Ku lihat jam di tangan sudah menunjukkan pukul 11.45 WIB pantas saja perutku keroncongan,
sebab tadi pagi aku tidak sempat sarapan.

”Biar aku yang masak buat kamu sayang, kamu mandi gih biar segeran. Dari tadi asik lompat kesana kemari, liat tuh peluh kamu bercucuran seperti habis main bola aja..!” ujar Rizky sambil mempersiapkan sayur yang akan di masak siang itu.

Deg! Deg! Deg..!

Kenapa sikap Rizky aneh sekali, dia memang selalu baik dan perhatian denganku.

Tapi...

Jantungku tiba-tiba berdebar-debar, bukannya bahagia karena di layani seperti putri tapi entah kenapa aku merasa takut kehilangan cowok yang sedang sibuk di dapur itu.

Aku melangkah menghampirinya yang membelakangiku, kemudian memeluk tubuhnya dari belakang.
Ku tenggelamkan wajahku di punggungnya.
Aroma parfum ini, wangi tubuh ini..sungguh aku tidak mau kehilangannya.

Aku mengasihinya, aku mencintainya sepenuh hatiku.

Siang itu perasaanku tidak menentu, entah kenapa aku tidak mau jauh-jauh darinya.
Setelah mandi dan selesei makan kami tiduran di atas karpet permadani di depan tivi.

Aku berbaring di sampingnya beralaskan lengannya, wajahku menghadap ke dadanya. Tangannya membelai lembut rambutku sesekali kecupan mesra mendarat di keningku.

Rasanya ingin tidur, tapi aku takut ketika terlelap tidak bisa lagi melihatnya. Merasakan detak jantungnya.

“Rizky..! Rizky...! Keluaaarr..! Aku tau kamu berada di dalam bersama gadis manja itu!”
Tiba-tiba kami di kagetkan suara gaduh seorang wanita,  yang berteriak memanggil serta menggedor pintu villa.

Kami terperanjat bangun dan berlari menuju pintu. Namira berdiri di sana, dia menyelonong masuk tanpa di suruh.
Aku tidak heran kalao dia juga tau tempat ini, secara dia adalah mantan tunangan Rizky.

”Apa yang kamu lakukan di sini, ha..? Oh...jadi gadis kecil ini yang membuatmu berani berpaling dariku.” celoteh Namira.

Ocehan demi ocehan ngelanturnya membuatku mulai gerah, lipstick warna metalic yang tebal, eye shadow warna gotic membuat wajah judesnya jadi semakin tampak menyeramkan.

Permen karet yang terus di kunyah di sela-sela ocehanya, rok mini serta jacket kulit warna hitam yang membalut tubuhnya membuat dia persis seperti preman.

Bibirku serasa mau putus karena terus kugigit kuat-kuat menahan luapan amarah. Kata demi kata yang dia lontarkan memancing emosiku. Ingin rasanya aku lempar asbak ke arah muka judesnya,  geram sekali aku di buatnya.

”Kamu mabuk ya...! Bukannya kamu yang memilih bos kaya raya itu dari pada aku?
Kamu yang lebih dulu merusak hubungan tunangan ini, sekarang kamu memutar balikkan fakta seolah aku yang bermain gila.” triak Rizky pada mantan tunangannya tersebut.

”Aku hanya ingin membuatmu cemburu, aku nggak bermaksud menjalin hubungan serius denganya, Riz...!” Namira mencoba meyakinkan kekasihku.

”Aku nggak mau kehilanganmu dan nggak rela gadis menyebalkan itu mencuri hatimu.
Aku ingin kita baikan lagi Riz..!” Ujarnya diringi isak tangis.

Namira membuatku muak....berani sekali dia menghujatku, padahal aku sama sekali tidak menyalahi dia.

”Kamu pikir aku bodoh...! Aku tau bos itu sekarang jatuh miskin, makanya kamu kembali mencariku.” Rizky kembali berbicara dengan nada tinggi.

”Aku tau kamu sudah pernah hamil dengan laki-laki itu bukan? Akhirnya kamu mengaborsi bayi yang nggak berdosa itu demi menutupi aibmu!” lanjutnya.

“Itu fitnah, semua nggak benar...! Aku, aku mana mungkin berbuat senekat itu? Kamu jangan percaya hasutan dia!” Sangkal wanita judes tersebut.

Kembali Namira memancing emosiku, dengan menunjuk ke arahku serta mengkambing hitamkan diriku.
Tanganku meraih vas bunga yang ada di atas meja ruang tamu.
Rasanya kali ini sudah tidak tahan lagi! Ingin aku memberi pelajaran padanya.
Belum sempat aku melakuknya, Rizky meraih pinggangku dan menahanku melakukannya.

”Mira, kamu pergi saja! Di antara kita sudah nggak ada yang bisa di pertahankan. Farah sahabat karibmu sudah menceritakan semua padaku. Jadi kamu nggak perlu repot berkhotbah di depanku”
Pergiii kataku..! Atau aku seret dan melempar kamu keluar dari sini!” emosi Rizky mulai memuncak, dan aku melihat Namira mengeluarkan sesuatu dari dalam tas LV nya.

Oh Tuhan, dia membawa pistol dan mengacungkannya ke arah kami.
Keringat dingin mulai membanjiri tubuhku.
Kakiku serasa lemas tak bertulang.

”Jika aku nggak mendapatkanmu kembali, maka gadis kecil itu juga nggak berhak memilikimu!“
Hardik Namira. Tatapan tajamnya membuat syarafku mati rasa.

Kali ini aku benar-benar kaku di buatnya. Dia mengarahkan pistol ke arahku. Jantungku serasa berhenti berdetak meskipun belum di tembak.
Aku mematung di tempat yang sama, tubuhku tak bergerak dan bibirkupun kelu.

“Mira, kamu jangan gila! Kamu bisa di penjara, kamu masih muda masih banyak laki-laki yang lebih baik dariku!” ucap Rizky mencoba menenangkan Namira.

”Diam kamu Rizky..! Atau kamu juga aku tembak biar nggak ada yang bisa memilikumu!”
Kita bertiga mati di sini, kita bertiga nggak ada yang saling memiliki.”

Tiba-tiba suara Namira terdengar pilu, hardikannya yang tadi sadis kini berubah menjadi tangisan sendu.
Entah apa yang terjadi dengannya?
Akupun terbawa perasaan dan bermaksud menenangkanya, aku melangkah mendekati Namira. Tapi apa yang terjadi?

Dia kembali mengacungkan senjatanya ke arahku, tiba-tiba suara ledakan keras seperti petasan keluar dari pistol itu.

Tubuhku terpental jauh, seperti ada benda keras yang menghantam kepalaku kemudian aku tidak  ingat apa-apa lagi.

Aku tidak tau berapa lama pingsan. Ketika membuka mata aku mendapati tubuh ini berbaring di atas ranjang kamarku.
Mamah duduk di sampingku memegangi tangan serta tak henti mengusap keningku sambil menangis tersedu.

Aku meraba kepalaku yang terasa berat sambil mencoba mengingat apa yang terjadi.

”Rizky di mana mah..?” suaraku terdengar lirih.
Aku mencoba mencari tau keberadaan kekasihku, mamah hanya menangis sambil memeluk tubuhku.
Aku terus histeris dan bertanya pada mamah.

Mamah bercerita bahwa Rizky menghembuskan nafasnya beberapa jam setelah peluru yang di tembakkan Namira berhasil menembus jantungnya.
Dia meninggal, operasi yang di lakukan oleh tim dokter tidak mampu menyelamatkan nyawanya.

Pelan-pelan aku mulai mengingat kejadian itu.
Seingatku Namira hendak menembakku, lalu Rizky mendorong tubuhku kuat-kuat sampai aku berhasil terhindar dari bidikan senjata api tersebut.

Oh  Tuhan..!
Rizky menyelamatkanku dan mengorbankan nyawanya sendiri.

Aku tidak yakin Rizky secepat itu meninggalkanku.

Bagaikan tersambar petir mendengar apa yang mamah tuturkan padaku.

”Nggak mungkin, mah...! Ini semua nggak benarkan, mah...?” triaku histeris berusaha menyangkal kenyataan ini.
Tiba-tiba aku merasa ada kekuatan besar yang menindih dadaku, rasanya nafasku sesak sekali. Lalu aku kembali tak sadarkan diri.

                                                                                                             

                                                                               ***

Namira mencoba bunuh diri setelah mengetahui mantan tunangannya tak bernyawa lagi di tangannya. Namun usahanya berhasil di gagalkan oleh penjaga villa. Suara gaduh dari dalam vila membawa langkah penjaga tersebut masuk untuk memeriksa apa yang terjadi?

Mang Udin mendorong tubuh Namira ketika dia mengarahkan pistol kekepalanya sendiri. Peluru berhasil lepas dari dalam pistol, tapi meleset dan hanya melukai pelipis kanannya.

Akibat terbukti melakukan pembunuhan berencana, Namira di jebloskan ke dalam jeruji besi dan di jatuhi hukuman mati.

Sungguh tragis kenyataan ini. Aku masih tidak percaya, ini bagaikan mimpi buruk.

Tapi inilah kenyataan menyedihkan yang harus aku alami.

Mungkin aku bisa merubah cinta Rizky ke Namira beralih kepadaku.

Tapi aku tidak mampu merubah takdir dari Tuhan atas nasipku.

Selesai

Senin, 16 September 2013

Aku bukan gadis kecil lagi, tepi belum jadi perempuan dewasa

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.58 0 komentar
dulu aku pikir, aku punya jawaban untuk semua tanya
tapi kini aku tau, hidup tak selalu berjalan sesuai dengan mauku
rasanya aku terperangkap di tengah-tengah, itulah saat aku sadari  

aku bukan gadis kecil lagi, tapi aku juga belum menjadi wanita dewasa

yang aku butuhkan hanyalah waktu, saat benar-benar menjadi milikku
ketika aku berada di antara keduanya.
 inilah saatnya aku belajar menerima kenyataan ini seorang diri
banyak yang telah aku lihat dari pada yang aku tau

jangan menyuruhku menutup mata
tapi jika kau melihatnya dengan seksama,  kau akan melihat di mataku 
gadis ini akan selalu temukan jalannya



aku tak lagi gadis kecil, jangan kau beri tahu aku mana yang harus aku percaya dan tidak
aku hanya berusaha temukan perempuan dalam diriku

 aku bukan gadis kecil, tapi aku juga belum menjadi wanita dewasa

aku masih mencari apa yang sebenarnya aku inginkan...
ketika aku mendapatkan hal yang sesuai kemauanku,
 justru aku merasa aneh karena aku memperoleh sesuatu itu bukan berasal dari sumber yang aku mau
 

Minggu, 15 September 2013

Catatan kecilku ( kepompong merah jambu )

Diposting oleh Rumah Kopi di 19.50 0 komentar
Huft...!!
Hatiku perlu istirahat, aku tak bisa terus seperti ini
Aku butuh orang yang menguatkan bukan yang menjatuhkan
Aku tak mau tergesa-gesa, nanti ujungnya malah nyiksa!!
Biarkan semua berjalan perlahan-lahan,,
Hatiku bukan terbuat dari kabel dan komponen-komponen elektronik yang bisa di program
Hatiku juga tak sama dengan televisi, yang jika di remote bisa hidup juga bisa mati..
Suatu hari,,

Sabtu, 14 September 2013

catatan kecilku,

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.22 0 komentar
kadang aku seperti tidak mengenali diriku sendiri
kadang aku tidak tau apa yang sebenarnya aku lakukan..
bagaimana bisa aku merendahkan diriku seperti itu?
jika ingat rasanya aku benci diriku yang tidak bisa mengendalikan emosiku!

aku tau ini bukan cinta, tapi obsesi
seperti halnya sesuatu yang ingin aku miliki, dan ketika aku bisa mendpatkan sepenuhnya pasti aku     menyerah, menyerah untuk bisa menjaganya!

aku salah besar telah menuruti kata hati
kau tau, kadang kata hati itu menipu!
seperti halnya fatamorgana,,yang seolah ada tapi tidak nyata

oh Tuhan betapa bodohnya aku,
aku terlalu lama memunafikkan diriku sendiri
aku paling benci berbagi kenapa aku bisa serendah ini?

yang aku tau, aku terlalu lemah...sangat tidak bisa bilang TIDAK pada siapapun
sehingga aku selalu mengikuti bahkan selalu berusaha memenuhi permintaan orang lain, saudara sendiri yang akhirnya membuatku jadi lelah

lantas ketika aku tak berdaya, mereka menghilang entah kemana...



Catatan kecilku,

Diposting oleh Rumah Kopi di 10.06 0 komentar

Maaf Yang Tak Pernah Terucap

Sejuta alasan akan aku ciptakan untukmu agar kamu benar benar membenciku,
Sejuta kata yang menyakitkan akan aku ucapkan agar kamu menjauhiku,

Aku lelah menjalani semua ini,
Aku sudah kehabisan cara membuatmu untuk tidak menoleh kembali padaku!

Bukan karena cinta yang telah memudar
Tapi waktu dan keadaanlah yang membuatku berfikir, bahwa ini semua harus di akhiri!

Untuk mu?
Untuk dia?

Bukannn.......!!!!

Aku bukan orang sebaik itu yang merelakan begitu saja!!

Kau tau,,
Saat aku melukaimu, hatiku juga sakit
Saat aku memakimu lewat tumpukan pesan itu, air mataku tak terbendung mengiringi jari-jariku menulis kata kasar padamu!

Entah siapa kamu?

Yang jelas,
hatiku terlalu sempit dan bahkan tidak ada tempat untuk menaruh sederet nama yang telah melukaiku!!

Aku pernah terluka, luka yang sama lebih dari ini..
Tapi aku bisa melewatinya,, lewat tanpa belajar memperbaiki kesalahan
Maka yang aku dapatkan kesakitan dan luka yang sama!

Pergilah,,
Tutup telingamu ketika kami mendengar jerit kesakitan hati, ketahuilah itu hanya setan yang mencoba menggoda iman!

Imanmu, keyakinanmu, kedamaianmu!!

Pergilah,,
Lupakan aku,,

Benci saja, jika dengan membenci bisa membuatmu bahagia!

Siapapun kamu, apapun anggapan orang tentangmu...
aku akan tetap menghormatimu sebagai orang yang lebih dewasa dariku,
tidak aku ingkari..hadirmu juga membuatku banyak berubah jadi kebih baik!

Kita sudah sama-sama dewasa
Tidak seharusnya berpisah lalu saling membenci, tapi biarlah sementara berjalan seperti ini!!

Nanti pasti akan ada saatnya masing-masing dari kita saling menyadari!!

Tanyakan pada hatimu,
mampukah kamu membenci jika benar-benar telah jatuh hatimu untuk mengasihi!!

Rabu, 11 September 2013

Catatan kecilku

Diposting oleh Rumah Kopi di 06.31 0 komentar

Dear..God,

Bawa pergi luka ini, pergilah...menjauhlahh..!!

Aku baik-baik saja, aku bisa bertahan walau tanpa siapa-siapa!
Terkutuklah aku jika menukar hati dengan materi,
Sempurnalah dosaku jika aku menghancurkanmu agar kita sama-sama sakit hati.

Tidak!
Tidak akan aku kotori diriku lebih dari ini,,

Lihat saja di mataku, tiada dendam tiada duka!
Do’aku semoga kau bahagia..

Benci saja jika membenciku bisa membuatmu bahagia,
Lukai saja bila melukaiku bisa membuatmu puas atas segala salahku padamu
Hina saja jika dengan menghinaku bisa menaikkan derajatmu,

Tuhan yang maha pengasih, Engkau yang paling tau bagaimana hambumi ini bukan?
Tuhan,
Ampuni dosa dia untuk hamba
Tuhan,
Bukakan pintu maaf buat dia

Tuhan,
hukum hamba jika sampai balas dendam pada siapapun yang menghancurkan hamba..

Ini salahku,
Ini semua salahku,

Biarkan saja dunia tertawa, mereka tau apa?
Biarkan saja dunia menerka dan buruk sangka, mereka bukan segalanya!

Peluk kuatkan hamba Tuhan,,

Pasti bisa jauh lebih baik dari ini..

Selasa, 10 September 2013

Catatan kecilku,

Diposting oleh Rumah Kopi di 18.43 0 komentar
Dear my lalaland,,
Jantungku seharian ini berdebar-debar tak karuan..
Apa yang kiranya akan terjadi?
Ah....aku nggak boleh jadi manusia piktor!!
Semoga aku dan semua orang yang aku sayang selalu dalam lindungan-Nya!
(Aamiin)
Tapi sungguh aku gelisah,,
Aku sudah tidak begitu menghawatirkan tentang nasip cinta-ku!
Dia sudah meyakinkanku, semua akan baik-baik saja..
Aku percaya dia tidak akan melukaiku, dan aku yakin Tuhan selalu menjaga hatiku.
Akupun harus belajar untuk menjadi wanita dewasa seperti yang dia harapkan!
Sekarang nggak akan lagi menuntut, tapi belajar menerima
dan..
aku harus belajar menjadi dan meberikan yang terbaik untuknya agar dia nyaman dan bangga memiliki-ku!
Lalaland,,,
Kau tau, untuk mencapai tahap ini banyak peristiwa yang sudah aku lalui!
Banyak sudah air mataku mengiringi semua hal kurang menyenangkan yang telah terjadi,
Sekarang bukannya pasrah dan menyerah, tapi lebih banyak mencoba berfikir dan bertindak dengan hati
Bukan sembarangan mengumbar emosi!
Satu hal yang harus di ketahui,
emosi dan ucapan kasar hanya akan melukai diri sendiri!
Apa yang di peroleh dari marah”…?
Lega, bangga, hebat????
Bukan, itu semua salah..
Marah membuat adrenalin dan seluruh syaraf pada tubuhku bekerja lebih keras dari biasanya,
akibatnya pembuluh darah atau bahkan mungkin jantungku berhenti bekerja karena terlalu lelah!
Mati! Itulah jawabannya.
Lalaland,,,
Jika dulu aku sudah bisa melalui ujian yang lebih berat dari ini,
Semoga aku juga bisa menjalani semua yang terjadi dengan hati yang damai!
Iklas??
Entahlah, mungkin aku belum mampu mencapai titik itu.
Hanya saja belajar melepaskan semua beban,
karena ada banyak hal yang sekiranya walaupun di pikirkan sampai ubun-ubun ku keluar asap hal itu tak mampu merubah apapun.
Kembalikan saja pada Yang Maha Esa...
Aku percaya Dia (Allah ) , di tangan-Nya semua akan baik-baik saja!
Setelah ujian demi ujian berhasil aku lewati,
Kesakitan dan penderitaan sudah aku lalui Dia pasti menggantinya dengan kebahagiaan yang luar biasa.
Lalaland,,,
Di dunia ini semua hal bisa terjadi, dan apa yang akan terjadi manusia tak akan pernah mengetahui.
Jika ingin tau jawabannya..
Yang harus di lakukan adalah Berani menghadapi masa depan dan siap menerima kenyataan!
Aku percaya, jika aku berbuat baik maka aku juga akan menerima kebaikan pula..
Jika aku jahat, maka bersiap siap menerima lahnat!
Semua hal yang aku jalani, terlebih dahulu aku minta restu dari Bundaku!
Mungkin aku di anggap tidak dewasa karena tidak berani memutuskan sendiri masa depannya..
Tapi aku tidak perduli, bagiku restu Bunda adalah Ridho Tuhan..
Jika aku mengantongi Restu Bunda insyaAllah, Dia akan mempermudah jalanku..
Thanks alot for everything God...
My heart talking about..
Keyzia

Senin, 09 September 2013

Catatan kecilku

Diposting oleh Rumah Kopi di 21.07 0 komentar
Oh my lalaland,,,,, penatnya otakku!
Kau tahu, terlalu tergesa-gesa ketika hendak melakukan sesuatu itu justru malah nyiksa.
SEGALA HAL HARUS BERJALAN SECARA SEIMBANG
Mungkin dalam diri terdapat potensi yang bisa di kembangkan untuk menjadi sesuatu yang berguna, tapi jangan di pungkiri bahwasannya manusia harus punya skill untuk mengasah kemampuannya.
Keduanya harus saling melengkapi, supaya bisa merubah hal kecil menjadi besar.
Yang harus di perhatikan lagi, walaupun kelihatannya klise tapi memang kenyataannya seprti ini
~ >hidup itu adalah proses, sebuah karakter yang terbentuk adalah bagian dari pengalaman yang sudah di lewati.
Seperti halnya ...
**Kumpulan dari beberapa atom lah yang bisa membentuk suatu partikel**
Proses kehidupan manusia juga demikian...
hal kecil harus di pelajari untuk menggapai sesuatu yang besar.
** merangkak, berdiri, berjalan pelan-pelan, ketika sudah mampu berjalan dengan baik baru di perkenankan lari!
My lalaland....
Kau tau, untuk melihat pelangi, kamu harus menunggu hujan terlebih dahulu
Yang harus di ingat, tidak semua hujan yang turun mempersembahkan pelangi untukmu!
Butuh sinar matahari untuk memantulkan cahaya air, butuh angin untuk menggeser mendung menjadi awan biru.
Maka dari itu, harus selalu sabar menunggu!
※Sama halnya dengan kebahagiaan dan keberhasilan※
Ketika sudah belajar dari hal kecil untuk menggapai yang besar, kamu juga harus bersiap bahwa mungkin saja ketika semua sudah di pelajari, kebahagiaan dan kesuksesan belum juga di dapati!
Kembali lagi, harus selalu berusaha dan belajar menunggu!
Potensi berkembang karena rajin mengasah kemampuan, tidak hanya berambisi memaksa untuk selalu menjadi yang terdepan!!
Lalu ketika bakat sudah di asah oleh skill yang memadai, keduanya masih butuh satu hal lagi yaitu sarana sebagai wadah atau media penyaluran.
Jadi, tetap seperti kodratnya manusia pada dasarnya adalah makluk sosial yang tidak bisa hidup secara individual.
Butuh rekan, relasi atau partner yang bisa mendukung agar bakat dan skill menjadi sesuatu yang istimewa!!
Just intetmezo,
By
Keyzia

Senin, 02 September 2013

Belajar dari apa yang sudah pernah di alami

Diposting oleh Rumah Kopi di 08.28 0 komentar

”Dear....my lalaland!!”

”Tak terasa ya kita sudah berada di awal pekan pada bulan baru tahun ini,

Apa yang sudah kamu lakukan untuk memperbaruhi hidupmu?
Hal besar apa yang sudah kamu capai sampai saat ini?
Berhasilkah kamu menjadi pribadi yang banyak di sukai, bukan sekedar yang di puja dan di puji?

Pertanyaan sederhana yang wajib di jawab oleh setiap pribadi yang menginginkan perubahan pada dirinya!!

”Sering terlambat menyadari apa yang menyebabkan kejadian yang sama kembali terulang dalam hidup ini?”

  Ketika sedang di uji, dengan ujian yang sama yang selalu muncul dari hati ini adalah ” Tuhan, kenapa aku selalu menderita begini, Tuhan kenapa cobaan seperti ini kembali datang lagi?”

Perhatikan bahwa apapun kejadian dan apapun hal yang telah kamu lakukan, itu tu..pasti ada gunanya (hikmah) walau bukan untuk saat ini suatu hari nanti kita akan menyadari.
Tuhan memberikan ujian bukan hanya untuk di lewati, bukan hanya jika sudah mampu bertahan berarti kita lulus ujian. Melainkan Tuhan menyuruh kita ”aku” untuk belajar dari setiap kesalahan yang datang sebagai cobaan..

Kini baru sadar, apa yang menyebabkan diriku berulang kali mendapat ujian yang sama. Karena aku tak pernah mau belajar memperbaiki diri. Bagiku setelah senyumku kembali mengembang itu tandanya aku sudah menang.
Tapi salah besar, jika aku sudah pintar Tuhan akan mengujiku dengan tingkatan yang lebih tinggi lagi, bukan dengan hal yang sama seperti sebelum ini!!

Intinya::

*Setiap perjalanan pasti akan ada tujuan
*Setiap akhir dari pembelajaran pasti ada ujian, dan jika belum mampu menerapkan apa yg di pelajari maka bersiaplah kembali di uji dengan hal yang sama!!

Gambaran::

Sebagai murid sekolah, di tahun akhir lulusan pasti akan ada ujian
Lalu jika ternyata tidak mampu mengerjakan materi, tentu saja di nyatakan tidak lulus dan harus kembali belajar mengulang dari awal..

Jika sudah siap..
kembali si murid tadi di ikut sertakan mengikuti ujian..dan jika masih belum mampu menyelesaikan soal ujian dengan benar, maka bersiaplah untuk mengulangi lagi dari awal apa yang sudah di pelajari sebelumnya!!
” mungki  seperti itu gambaran buat diri ku, ketika harus sering mengalami ujian yang sama!!”

Keyakinan dan tekad serta usaha yang sungguh-sungguh pasti akan menghasilkan sesuatu yang istimewa nantinya!!

Biarkan orang memandang sebelah mata, nanti jika kamu berhasil dan jadi lebih baik dari nya mungkin dia akan memajamkan ke dua matanya
Bukan karena tak mau melihat ke arah mu, tapi dia malu karena ternyata cara pandangnya terhadap mu selama ini salah!!

Keyakinan yang kuat adalah modal awal yang wajib di miliki!!

seperti hal nya manusia wajib yakin adanya Tuhan walaupun belum pernah kita melihat wujudNya, tapi apa yang Tuhan berikan kepada kita adalah sebagai wujud imbalan atas sebuah Keyakinan tentang ke beradaan-Nya!!

Sugesti hati yakin bisa menjadi apa yang di ingini, tempatkan impian tepat 5cm di depan mata!!
Pikirkan setiap saat, lakukan usaha agar menjadikan angan-angan menjadi nyata!!

Go Go Go..... Power Full
Try to be the best to changed the world,, and be the winner for yOur self!!

Kamu punya segalanya,,yang orang lain tak punya!!
Jadi jangan sia-siakan kesempatan yang ada..

Dewasa bukan yang tak pernah menangis, bukan yang tak pernah mengeluh
Tp..
Yang bisa bangkit kembali setelah terjatuh tanpa mengandalkan orang lain karena semua kekuatan ada pada hati sendiri!!

YAKIN aKAN CINTA mu YAKINKAN SEGALANYA
PERLAHAN DAN PASTI AKU AKAN MELANGKAH MENUJU DAMAI JIWA!!

Melihat ke atas, untuk menyemangati diri agar lebih maju..
Melihat ke bawah untuk merendahkan hati bahwa masih banyak yang tak betuntung dari diri ini!!

Catatan kecil ku,
By
Keyzia



Minggu, 01 September 2013

Kembalikan Lagi Senyumku

Diposting oleh Rumah Kopi di 17.17 0 komentar

Dear my lalaland....

Hujan mengingatkan aku pada satu wajah, yang memeluk lembut tubuhku ketika jiwaku tak bergairah..
Suaranya, nasehatnya, perhatiannya!!

lalaland.....
Ku tutup mata, hati , jiwa ku dari keramaian dunia!!
Ku biarkan hatiku kosong hanya Papah - Bunda di sana
Aku terus berjalan sesekali aku berlari dan berlalu!!
Tapi kali ini aku terjatuh luka lama terbuka lagi....

sakit setiap ku ingat sakit ku ingat lagi sakit dan lagi lagi lagi,,,,,
ku hanya memiliki tubuh ini, yang harus aku jaga sendiri
aku hanya memiliki jantung yang berdetak terlalu cepat..yg mengharuskan ku rajin minum obat

Saat aku belajar kebaikan... Tuhan membawa kebaikan itu pergi
Sarafku seperti mati rasa,,
Pura_pura tersenyum tapi tetap saja manyun
Mencoba tegar justru air mata yeng keluar.......!!

kali ini sakit sakit sngat sakit luar biasa sakit sungguh sakit........
kau tau, terlanjur ku titipkan hati semangaat serta keberanian ku pada mu!!

bawa dia kembali pada ku TUHAN.......

Sabtu, 31 Agustus 2013

Bercermin dan Bersyukur

Diposting oleh Rumah Kopi di 10.28 0 komentar

Good morning my lalaland....

Di  sabtu pagi yang mendung di sertai rintik hujan, kira-kira  ada yang masih belum bangun nggak ya...
Wake-up guys!!
Segera awali pagi mu dengan aktivitas yang bermanfaat, hidup ini teralalu berharga jika di lewati dengan melalukan hal yang tidak berguna.

Walaupun mungkin ada di antara kita ada yang lagi kecewa, jangan di jadikan alasan untuk berhenti berkarya. Mungkin di sinilah jalan kita ”aku” seharusnya berada. Tuhan selalu sayang pada umatnya, masing-masing dari kita akan bahagia jika sudah tiba waktunya dan janji Tuhan tak pernah ada yang di ingkariNya.

Yakinkan diri, pacu kreatifitas lewat keberanian untuk mengeksplor bakat yang terpendam.
Aku kamu sempurna, jadi tak ada alasan untuk tak bahagia.
Bercerminlah lihat wajahmu di sana, coba cemberut dan pasang wajah marah lalu ganti lagi dengan ekspresi senyum yang merekah.
Kira-kira enak yang mana di pandang mata??

Jika merasa hidup kita ”aku” sangat menyedihkan, lalu apa yang harus di ucapkan bagi mereka yang mempunyai bentuk tubuh yang tak sempurna!
Jika mereka yang kekurangan secara fisik saja, tak ada alasan baginya untuk hanya berpangku tangan lalu apa iya kita yang sempurna hanya bisa bermalas-malasan karena hatinya sedang merasa tak bahagia.

guys...
Jangan sedih dan langsung terpuruk jika ada seseorang mengatakan hal buruk. Yakin saja mereka itu sedang menciptakan peluang dalam hidupnya untuk mendapatkan perlakuan yang sama.
Hebat sekali jika ada yang bilang ”benci”  pada dirimu juga padaku, apa yang sudah dia punya sehingga berani menghakimi sesama.
Manusia saling mengingatkan jika ada yang berbuat kesalahan, bukan untuk di kutuk sampai tetpuruk.
Ingat-ingat ya, manusia pada dasarnya makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri. Jika kita menjaga hubungan baik antar sesama ketika mendapatkan masalah bukankah lebih mudah minta bantuan untuk menyelesaikan.

Jangan bikin hidup yabg singkat ini jadi ribet. Salah itu biasa, tapi menyalahkan itu hal yang luar biasa. Luar biasa dalam arti tidak nenyadari bahwa dirinya juga manusia biasa yang tak luput dari dosa.
Jika kamu hebat, tempatmu bukan di bumi tapi di akherat. Karena hanya Malaikat yang tak pernah salah ataupun khilaf.

Just intermezo,
Keyzia

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting