Minggu, 28 Juni 2015

Memanusiakan Binatang

Diposting oleh Rumah Kopi di 17.04 0 komentar
                 (ilustrasi dari internet) 

Siapa yang tidak mengenal anjing ras yang penampakannya hampir mirip serigala ini? Jadi ingat sama musuhnya Edward Cullin. Si Jacob Black yang tak lain adalah bangsa Quileute Wolfpack. 


Menurut saya, Siberian Husky merupakan anjing ras keren yang memang patut dijadikan peliharaan (meskipun saya tidak punya niatan memelihara anjing sih, dekat-dekat sama binatang inj aja takut). Selain penampakannya yang elegan, anjing ras yang dikembangkan oleh masyarakat Chukchi di daerah Asia Timur tersebut, juga dikenal sebagai anjing penarik beban. Kelamahan dari anjing ras adalah daya tahan tubuhnya yang lemah.

Semua orang pasti tahu dong, segerombol anjing jenis ini pernah mendapat penghargaan nasional karena berjasa menyelamatkan penduduk di suatu tempat? Yap! Pada tahun 1925 ketika demam DIPTHERIA melanda kota Nome, daerah terpencil di Alaska, tim astafet anjing Siberian Husky tersebut membawa serum penyelamat dari daerah Naena yang jaraknya cukup jauh. 




Selain si keren Siberian Husky masih banyak sekali jenis anjing peliharaan yang tentu saja harganya cukup fantastis. Dewasa ini, di negara yang notabene non muslim tempat saya tinggal, menurut survei di internet kebanyakan orang lebih memilih anjing sebagai sahabat sekaligus dijadikan keluarga dekatnya (baca: anak asuh) dari pada mengasuh bayi. Padahal, perawatan anjing ini sungguh bukan hal mudah dan tidak murah. 


Dimulai dari melatihnya ketika baru pertama kali sampai di rumah, karena anjing tidak terlahir dalam ke adaan terlatih. Hal ini tentu saja, bermaksud supaya dia paham dengan apa yang diharapkan majikan. 

Anjing juga membutuhkan nutrisi seimbang. Lemak, protein, vitamin, dan mineral harus diberikan dalam jumlah yang benar. Konsentrat dianjurkan sebagai pilihan utama. Sebab dalam konsentrat terdapat semua nutrisi yang tidak memberatkan pencernaannya.

Selain itu, anak anjing perlu di grooming bertujuan supaya lebih tenang. Perawatan gigi, cek kesehatan secara teratur, membawa jalan-jalan supaya dia berolah raga, serta masih banyak sederet hal lain yang merupakan ritual wajib demi memiliki anjing sehat dan pintar.

Sebaiknya, sampai di sini saja pembahasan saya tentang pemeliharaan anjing. Sebab saya benar-benar tidak menyukai binatang ini meskipun sebagian besar dari mereka amat menurut pada majikannya. Dan saya rasa, saya adalah salah satu majikan yang baik. Hihi. Tetapi, tetap saja saya tidak suka dengan binatang ini.

***

"Buruan, Sayang. Mommy udah pegel ini betisnya. Nungguin Chow-chow sih, dari tadi cuma pipis doang. Nggak lekas pup!"

Waktu itu saya berada di teras belakang. Lantai dua tempat saya tinggal. Malam sudah mulai tua ketika mendengar suara wanita berbicara entah dengan siapa? Ia berdiri di bawah teras.

Saya tak melihat siapa-siapa selain dirinya. Ia terus berbicara. Merinding? Tentu saja tidak. Mengingat apa yang baru saja disampaikannya tadi, saya langsung mengarah pada seekor binatang peliharaan. 

Di negara tempat saya tinggal, mekanisme memelihara anjing tercantum pada pasal 31 (perlindungan binatang). Bagi pemilik anjing yang tidak mendaftarkan binatang peliharaannya tersebut, akan dikenakan denda sebesar $ 3000 NT- $ 15000NT. Selain itu, bagi pemilik yang membiarkan binatang itu pup sembarangan di luar rumah, juga dikenakan sangsi. Oleh sebab itu, mereka yang membawa anjingnya jalan-jalan ke luar, tentu saja mesti membawa kantong plastik serta koran bekas, demi memungut kotoran dan membuangnya ke tempat sampah. Atau kalau tidak, denda sebesar $ 6000 NT yang kalau dirupiahkan sekita Rp 2.4 juta, dikenakan bagi majikan para anjing yang tidak mematuhi peraturan pemerintah.


MIRIS

Miris sekali. Bagaimana tidak? Saya sering menemui manusia yang notabene sudah berusia matang baik laki-laki maupun perempuan, begitu luwesnya memungut kotoran binatang peliharaannya, di sepanjang jalan di mana mereka berada. Tanpa merasa jijik. Apalagi malu. 

Padahal beberapa dari mereka, memiliki orangtua usia lanjut yang perawatannya justru diserahkan pada orang lain alias Care Taker. 

Bagaimanalah pula, mereka tahu berapa tensi darah mama atau papa yang telah mati-matian menjadikan mereka seperti sekarang ini, dari mana pula mereka tahu obat apa yang harus dikonsumsi mama-papa setelah makan malam dan satu jam menjelang tidur? Sementara di luar jam kerja, malah menggunakan waktu luangnya bermain bersama anjing. Manusia yang memanusiakan binatang. Miris.

Membayar gaji pada seorang Care Taker   adalah berarti menyerahkan seluruh tanggung jawab orangtua yang sudah berusia lanjut. Jangankan membersihkan kotoran orangtuanya, bagi mereka yang tidak tinggal satu atap dengan orangtua, kadang hanya berkunjung saat jadwal periksa ke dokter tiba. Menunggu di luar ketika dokter rutin mengecek kesehatan mama atau papa, karena sejumlah uang yang dibayarkan pada Care Taker dirasai lebih dari cukup mewakili keberadaanya. Tidak semua sih, tetapi kebanyakan memang begitu.

Beda halnya jika anjing peliharaan yang sakit, manusia-manusia itu tergopoh dengan raut muka panik seperti dihadapkan pada situasi eropsi Gunung Sinabung, membawa si kaki empat periksa ke dokter. Ketika berada di luar negeri, melesat pulang dengan pesawat super pagi manakala mendengar berita buruk anjing kesayangannya sakit keras. Sungguh saya pernah menjumpai situasi seperti ini.

Selain perawatannnya yang menghabiskan biaya kurang lebih $ 500 NT setiap hari (ya ampun hampir sama dengan gajinya akooh sehari) koleksi baju yang dimiliki oleh anjing peliharaan pun selalu up to date. 

Begitu tidak pedulinya dengan orang terdekat dan lebih memilih binatang menjadi sahabat. Padahal, jika mereka (manusia) itu meninggal kerabatlah yang mengurusi. Bukan binatang itu. Apa salahnya, memberikan sedikit waktu menunjukkan kepedulian pada orang di sekitarnya sebelum benar-benar saling berpisah karena maut telah menjemput dari salah satunya.

Manusia memiliki kecenderungan kemunduran pola pikir dan perilaku. Memanusiakan binatang. Dan tak jarang, malah berperilaku layaknya binatang. 

Semoga kita tidak termasuk golongan manusia seperti itu.

Taipe, 28 Juni 2015

Sabtu, 20 Juni 2015

Tersesat Di Ximenting

Diposting oleh Rumah Kopi di 16.50 0 komentar

Selalu menyenangkan jalan-jalan di pusat perbelanjaan yang terletak di area Wanhua District, Ximenting-Taipe. Taiwan. Siapa pun yang tinggal atau pernah berkunjung ke Taiwan, pasti tahu pasar malam Ximenting yang juga dijuluki "Harajuku Of Taipe" atau "Shibuya Of Taipe". 

Emm ... Jadi bagi kalian yang sudah pernah berkunjung ke Ximenting, bisa membayangkan dong, kira-kira keramaian Shibuya itu seperti apa?

Nama Ximenting, diambil dari posisinya di luar gerbang barat dari Taipe ke kota Bangka. Di era masa penjajahan, Jepang memutuskan mengikuti contoh Asakusa di Tokyo untuk mengatur sebuah daerah hiburan dan bisnis fasilitas hiburan paling awal yang dibangun pada tahun 1897. 



Akses menuju ke Ximenting sangat mudah. Jika naik MRT, turun di Taipe Metro Ximen Station lalu menuju exit 6. Jika naik taxi, bilang saja sama supirnya: Ximenting Comercion District. Bisa jadi, beberapa supir taxi kagak ngeh dengan bahasa inggris tetapi mendengar kata Ximenting, pasti kalian akan di antar ke pasar malam yang kalian maksud. Bukan di antar ke dukun bayi. Mau nyari batu akik kali ya, ke sana. :D

Theater Street

Ximenting merupakan pusat theater jalanan yang terkenal di Taipe pada tahun 1930. Dan tumbuh bahkan lebih makmur setelah kekalahan Jepang. Pada tahun 1950 kemudian secara bertahap, mulai bermunculan bioskop. Dan di jalan Wachang sendiri terdapat 10 bioskop. Namun pada tahun 1990-an sebagian kota Taipe, dikembangkan menuju distrik timur dan jauh dari Ximenting mulai kehilangan bisnis juga.


Pada tahun 1999 pemerintah mengadakan peraturan baru yakni, melarang masuk kendaraan di jalan-jalan kawasan toko-toko lokal, pada akhir pekan dan libur nasional. Sebuah langkah yang menarik bagi konsumen yang merupakan kalangan kawula muda. Dan hal ini menengarai bangkitnya bisnis di Ximenting. Saat ini di Ximenting terdapat 20 bioskop, serta 6 ribu vendor dan merupakan daerah populer untuk konser kecil, peluncuran album. Nggak ketinggalan pertunjukan jalanan. 




Ada cerita yang menyebalkan saat aku pertama kali berkunjung ke Ximenting, yang kebetulan nggak jauh dari tempat tinggalku. Aku ingat benar, waktu itu kali pertama diizinkan keluar seorang diri. Entah kali keberapa, pertanyaan seperti ini, "Apa kamu yakin bisa menghapal jalan?" menghampiri telingaku yang aduh membuatku jadi sedikit mengkal. 

Yaelah! Aku bukan anak kemarin sore yang bakal hilang dan nggak tau arah jalan pulang! Berhentilah mengkhawatirkanku seperti itu! 

Dalam hati, aku menyumpah-nyumpah akan kutunjukkan betapa hebatnya aku perihal mengingat jalan yang notabene belum pernah kulihat sebelumnya. Bahkan, aku hapal di luar kepala satu demi satu rute yang akan kulewati. Gimana kagak hapal, saben hari sebelum kepergianku ke sana, anak ke dua dari nenek semangat sekali menjadi guide tour pribadiku. Menjelaskan setiap sudut jalan di sana dengan menenteng selembar peta. ((Beuhh udak kek mau pergi mencari harta karun))

Hari Eksekusi

Akhirnya, Sabtu pukul 13:30 aku bersepeda menuju ke Ximenting. Senang rasanya, keliling kota naik sepeda yang belum pernah aku lakukan sewaktu tinggal di Indonesia. Kubiarkan embusan angin menerpa wajahku, menggerak-gerakkan poni kesayanganku. :D

Oh iya, kalau di Indonesia biasanya anak-anak SMP pergi ke toilet saja bawa sepeda motor. Beda banget dengan penduduk di sini. Bukan bermaksud membanggakan negara orang, tetapi ada baiknya hal ini ditiru. Hampir semua kalangan, lebih suka memanfaatkan fasilitas umum yang disediakan dari pada menggunakan kendaraan pribadi. Sehingga arus lalu lintas lancar. Begitu juga, polusi udara bisa sedikit berkurang. 


Lupakan hal itu. Mari kembali ke cerita. Aku semangat sekali mengayuh sepeda. Uwuwuu membelah jalan di antara orang-orang yang bergerombol memenuhi jalanan di Ximenting. Dan entah ini harus disyukuri atau di apain sih,  kebiasaan buruk yang ada padaku! Kalian tahu, aku sering kehilangan konsentrasi setiap berada di tempat yang memajang baju-baju cute. Pernak-parnik lucu. Tas dan sepatu menggemaskan. Nggak ketinggalan, penjual aneka makanan berjejer siap memanjakan perut. 

Saking asyiknya tengok kiri-kanan, lupalah aku dengan rute jalan pulang. Asal kalian tahu, setiap perempatan di pasar malam Ximenting itu suka PHP-in. Maksudku, semuanya hampir sama sehingga aku benar-benar kesulitan mencari arah jalan pulang. Nggak kebayang sebelumnya, aku bakal tersesat berjam-jam di labirin Ximenting. 

Beberapa orang, aku mintai tolong menunjukkan arah agar aku bisa segera pulang sebab, saat itu matahari sudah mulai menggelincir ke kaki langit. Namun, nggak banyak membantu. Dan yah, namanya juga panik tentu saja benda bernama HP yang terdapat fasilitas google map di dalamnya, terlupakan. 

Tuhan selalu bersama orang baik. Hihi
Setelah puas berpanik ria dan semacamnya, akhirnya ada titik terang. Ingatanku pulih. Aku dan sepedaku berhasil menemukan jalan pulang. Jika kalian berpikir itu adalah kali pertama dan terakhir, salah besar. Ada beberapa kali berikutnya, aku tersesat. Dan bahkan, pernah sampai nyasar di asrama polisi. Aduh! Culik aku, Kakak. :D






Kamis, 18 Juni 2015

Oh My God! Aku Disuapin Nenek Pas Lagi puasa

Diposting oleh Rumah Kopi di 05.55 2 komentar



Selamat pagi, Lalaland. Selamat menjalankan ibadah puasa di hari pertama. 

Banyak cerita menarik seputar perjalanan puasa yang mesti dijalani di tengah masyarakat yang notabene non muslim. Untuk saya pribadi, hal ini tidak berpengaruh apa-apa, ya! Justru di sini tantangannya. Ada bisikan-bisikan yang ganjil. "Eh, di sini kan tidak ada yang tahu kamu puasa atau tidak, gih makan. Toh kamu kan ke sini kerja bukan bermain. Perlu tenaga lho." Selain itu ada yang berbisik seperti ini, "Keimanan seseorang terletak dalam hati. Sama halnya bersetia yang meskipun tidak ada yang tahu kecuranganmu, tetapi Allah melihatnya." Terus begitu. Mengganggu.


Puasa itu menahan hawa nafsu. Nah, yang namanya godaan, pengaruh itu seperti jamur yang muncul di musim hujan. Kalau di Indonesia pada meributkan perihal bagaimana mekanisme warung yang tetap beroperasi selama bulan puasa, sementara itu di Formosa justru ke mana kaki melangkah, di situ mudah sekali menjumpai penjual makanan yang beroperasi hampir 24 jam.

Kembali pada si empunya niat. Yang puasa kan saya, jadi yang harus menahan godaan dan juga hawa nafsu ya saya juga dong! Lha ngapain saya mesti mencak-mencak saat melihat penjual sarapan yang menawarkan aneka kudapan lezat. Alih-alih puasa saya bakal hangus pahalanya karena tidak lulus memerangi hawa nafsu. 


Seperti biasa, setiap menjalankan ibadah puasa saya tidak pernah bilang pada nenek yang saya rawat. Birokrasinya rumit. Harus menjalaskan panjang kali lebar kali tinggi kali ini saya tetap memilih diam. Mereka yang bukan non muslim, merasa ganjil jika melihat orang seharian tidak makan. Takut mati, katanya. Saat disuruh makan, saya selalu mengiyakan. 

Tetapi sialnya, terkadang nenek menyuapi saya ketika ia makan sesuatu yang dirasainya enak banget. Di situ kadang saya merasa ingin berteriak 'oh My God'. Dengan terpaksa saya menerima suapan itu. Mengunyahnya dengan tampang yang aduh cengengesan tak jelas. Setelah itu, saya buru-buru lari ke kamar mandi. Karena makanan itu masih ada di mulut saya, segera saya muntahkan. Kumur secukupnya. 


Kembali lagi saya sampaikan, puasa di negeri orang itu selain banyak tantangan juga banyak ratapan. Bukan ratapan anak tiri melainkan ratapan harus mandiri. Bagaimana tidak? Karena saya orang yang susah bangun pas tengah malam, maka sebelum berangkat tidur terlebih dulu makan sahur dengan santapan ala kadarnya.

Tentu saja jauh berbeda dengan ke adaan di rumah sendiri. Tahun demi tahun ritualnya sama. Saya masih terlelap ketika ibu dan nenek sibuk mempersiapkan makanan. Dan yang jelas menunya disesuaikan dengan selera saya. Ketika semua hidangan sudah rampung, ibu membangunkan saya. Itu pun susahnya minta ampun. Keluar kamar jalan sempoyongan. Pindah ke sofa dan saya tidur lagi. Alhasil, ibu ngomel-ngomel. Dan omelannya mirip sekali dengan petasan. Baiklah! Akhirnya saya pun patah-patah berjalan ke kamar mandi. 

Betapa bahagianya berada di tengah keluarga. Tidak perlu susah payah. Berjejer gelas berisi susu hangat sudah tersedia di atas meja. Tinggal minum, eh terkadang malah saya tumpahkan karena mata ini masih amat ngantuk. Dan akhirnya, ibu mengalah. Meberikan jatah susunya pada saya. Uhhh i love my momm!

Keep spirit!






Rabu, 17 Juni 2015

Semacam Celoteh Yang Tidak Penting

Diposting oleh Rumah Kopi di 19.22 2 komentar





Karakter manusia terbentuk dari berbagai hal yang telah dilalui. Kita bisa saja mengecam seseorang; keras hati, bengal, berlebihan, dan segala macam keburukan lainnya. Namun, apa yang kita lihat bisa jadi itu adalah remah-remah jiwanya yang selama bertahun-tahun mengalami penderitaan yang hebat. Apa yang kita lihat merupakan caranya bertahan hidup. Sisa-sisa masa lalu yang menyedihkan. Dikemas apik dalam wajah tanpa beban. 

Bukan tanpa alasan. Ia mungkin paham itu, bahwa dunia ini dihuni oleh dua jenis manusia. Pertama, manusia yang pura-pura turut simpatik saat ia terpuruk. Tetapi sebenarnya hanya ingin mencongkel kembali luka-luka itu. Bertanya, bagaimana terjadinya? Detail. Seolah dengan begitu 'jenis manusia tersebut' bisa membantu membebat rekahan lukanya, mencarikan penawarnya, dan sebagainya. Padahal, yang terjadi sebaliknya. Bahwa, 'manusia jenis tersebut' hanya sekadar ingin tahu. Memastikan apa yang terjadi. Senyumnya palsu. Alih-alih bersimpatik, justru menertawai diam-diam. Bersorak atas penderitaan orang lain.

Kedua, 'manusia yang benar-benar tulus'. Menempatkan dirinya pada posisi orang lain yang kurang beruntung. Menawarkan segala yang bisa diupayakan. Demi terwujudnya kemanusian yang adil dan beradab. Apa pun itu, ia tetap dengan pendiriannya. Bersikeras memamerkan gelak tawa riang di wajahnya.

Lagi pula, untuk apa mengeluh pada dunia? Seolah tidak pernah mendapatkan jatah kebahagiaan saja! Atau jika memang seumur hidupnya hanya dilewati dengan jungkir balik pada tempat yang sama, bukankah Tuhan telah berjanji di tangan-Nya manusia akan mendapatkan perlakuan yang serupa. Jika hidup ini diibaratkan suatu perjalanan menuju suatu tempat, bukankah waktu terus bergulir merangkak menghantarkan kita sampai pada tujuan. 

Tekanan demi tekanan dilewati dengan menyisakan setitik hitam di sana. Di Hati. Titik-titik itu, kian lama kian menyebar. Barangkali, itulah yang tersisa. Kebencian. Muak. Apalagi? 

Seharusnya kita belajar dari ketabahan Ibu Kota yang meskipun tak sanggup menanggulangi kebebalan anak manusia penghuni setiap sudutnya, tetap mengizinkan siapa saja tinggal di sana. Meskipun tidak pernah menjanjikan masa depan yang lebih baik, Jakarta dengan segala hiruk pikuk mobilitas penghuninya yang beraneka ragam, tidak pernah membatasi atau bahkan menutup segala akses agar sesiapa sampai di sana. Harusnya kita, terutama aku belajar banyak dari sana. 

Manusia berkali-kali dipaksa menghadapi kenyataan bahwa ada beberapa hal yang paling tidak diinginkannya seumur hidup justru mengendap-ngendap menghampiri. Layaknya manusia yang tak tahu diri.

Suatu hari, perjalanan ini akan sampai pada masa, dimana kita akan menertawakan apa yang dulu ditangisi. Bahkan, merasa jijik pada diri sendiri. Begitu bodohnya, melepas air mata hanya untuk hal yang belakangan terungkap betepa berengseknya hal itu. Kemudian, langkah kaki juga akan sampai pada masa, dimana kita menangisi apa yang dulu telah disia-siakan.

Kamu mungkin mencibir sederetan realita ini yang tak ubahnya seperti omong kosong, dengung nyamuk penghuni gudang, derit pintu ketika dibuka, pekikan kanak-kanak yang diseret menjauh dari penjual balon. Tetapi, inilah kenyataan. Yang memang pantas dicibir karena menghadirkan perasaan yang menyebalkan. Dan menjadikanku manusia bebal.

Sulitnya berdamai dengan kehidupan yang menyebalkan ini. Sesulit membuka botol dengan alat pembersih sisik ikan. Lagi pula siapa yang menyuruh mempersulit diri sendiri? Kita sendiri yang salah mempergunakan alat. Kita tidak bisa mengelak akan nasib kurang beruntung ini, namun bukankah banyak kesempatan yang bisa diciptakan untuk mengupayakan hidup lebih baik. Bermimpi tentang masa depan adalah perkara yang tepat untuk mengalihkan pikiran dari hal-hal sialan. 

Tak akan lari gunung dikejar. Tetapi, kalau gunungnya meletus kita bisa apa? Maka dari itu, manusia dituntut untuk selalu kritis menyikapi segala sesuatu. Mencari segala peluang. Selo sih selo. Tetapi, akan lebih bahagia jika hidupnya mempunyai sebuah tujuan yang jelas. 

Tuhan adalah desaigner, sutradara, dokter, terhebat. Kau tahu itu. Aku paham ini. Seharusnya tidak ada lagi beban yang maha berat jika hati berserah pada-Nya. Seperti kenyataan bahwa sebentar lagi kita mesti berpisah, itu sudah ada dalam skenario-Nya. Jadi, untuk apa diratapi terlalu dalam? 

Ahmad Tohari dalam bukunya 'Ronggeng Dukuh Paruk' menuliskan sebuah kalimat apik yang sepertinya akan abadi di benakku. "Orang bahagia itu ia yang nrimo ing pandum."

Bahagia hanya milik orang yang bisa menerima apa pun yang terjadi di hidupnya. Tuhan tahu di sini, aku tidak punya banyak teman. Aku pun lebih suka menghabiskan waktu luangku untuk membaca buku. Apa saja! Yang jelas bukan buku nikah karena aku belum punya. 

Selain membaca, aku suka mengabadikan banyak hal dengan menceritakannya kembali lewat tulisan. Dari sini, aku tidak pernah merasa sepi. Tidak pula merasa bosan meski sendiri.

Punya saudara, jika kedekatannya hanya diwarnai dengan hasutan serta ucapan yang menimbulkan resah, mending menjaga jarak supaya hati tidak terus gelisah. 

Dalam hidup, ada beberapa fase yang mesti kulalui. Dari sanalah, aku belajar mengerti apa itu pengorbanan. Apa itu kewajiban. Bagaimana manusia harus bertahan hidup meskipun sepertinya semua jalan, buntu. Lalu, akhirnya pasrah pada ketetapannya. Bahwa hidup hanyalah serentetan perkara yang terus berkesinambungan. Apa yang terjadi esok, merupakan investasi dari perbuatan hari ini. Dan apa yang terjadi hari ini, adalah perkara yang telah aku perbuat sebelumnya.

KLIK DI SINI

Diposting oleh Rumah Kopi di 06.19 3 komentar

Satu hal yang aku tahu, seperti manusia pada umumnya, ia anti dibohongi. Dan aku menyembunyikan rahasia besar darinya selama ini. Tetapi, tentu saja aku memiliki alasan tersendiri atas apa yang hendak aku lakukan dengan hidupku. Bahkan, untuk menghadapi kemungkinan terburuk sekali pun, jauh hari sudah kupersiapkan. 

"Sebaiknya, kamu terbuka sejak awal. Dan jika selama ini masih enggan melakukannya, seenggaknya dalam waktu dekat ini kamu mesti melakukannya."

Anjuran seperti itu, sudah ratusan juta kali masuk ke telingaku. Sedikit pun aku tak tertarik untuk menuruti apa yang mereka sampaikan tersebut. 

"Ah, sebaiknya nggak usah. Nikmati saja dulu. Kamu berhak bersenang-senang." Salah seorang menasihatiku begitu. Dan aku mengamininya. 

Namun ternyata, menyembunyikan sesuatu lebih dari setengah tahun itu, seperti kau menggenggam telur rebus yang baru saja dicomot dari bejana dengan air mendidih di dalamnya. Panas. Dan bahkan kau ingin melemparkan telur itu kapan saja saking tak kuat merasakan permukaan kulit melepuh. Tetapi, tentang kesiapan menganghadapi kemungkinan terburuk itu hanyalah omong kosong belaka. 

Aku takut kehilangan kebahagiaanku. Kebahagiaan yang seperti fatamorgana itu. Maka sepanas apa pun, aku tetap menahan telur rebus dengan ke dua tanganku. Menjaganya supaya tak jatuh. Pecah. Kotor. 

Siapa yang bisa memprediksi hati? Bahwa akhirnya rasa yang kumiliki lama kelamaan menjadi lebih besar dari kepalaku sendiri, itu di luar kuasaku. Entah kapan tepatnya, ia menyebut aku dan kamu menjadi kita. Kian sering ucapan itu mampir di telingaku. Rencana-rencana masa depan pun selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas setiap waktu. 

Tentang rencana bulan madu. Tentang mensiasati macet saat mudik lebaran. Atau tentang bagaimana menghadapi ledakan emosiku ketika ia lebih banyak menghabiskan waktu berkumpul dengan teman-teman STM-nya dulu.

Ia, seseorang yang bahkan terlalu santai menghadapi segala hal itu, yang nampak tidak ingin mengakhiri masa lajangnya sampai seumur hidup tersebut, ternyata diam-diam merajut impian besar membangun keluarga kecilnya. Dan akulah yang ia pilih sebagai pendamping.

Aku? Aku yang selalu nampak konyol ini. Aku yang bahkan bisa mengamuk membabi buta saat cemburu. Aku yang bisa terbahak-bahak untuk hal yang tidak lucu amat. Aku yang mudah melepas air mata. Aku yang menghentakkan kaki saat keinginanku tidak lekas terpenuhi, ternyata memiliki tempat yang paling indah di hatinya. 

Ah! Sebaiknya, aku menyewa detektif guna menyelidiki apakah benar yang ia inginkan itu aku. Aku pikir ini tidak terlalu masuk akal. Mengingat, apa yang ada padaku bukanlah kriteria wanita yang diinginkan laki-laki dewasa sepertinya. Kecurigaan itu adalah dosa besar. Apa lagi curiga terhadap seseorang yang perhatiannya tak pernah terputus seperti aliran sungai Kapuas. Tetapi, aku berhak berjaga-jaga dari pada terlanjur mengungkap rahasia besar yang kusembunyikan selama ini dan ternyata ia tak lebih dari bocah yang baru khitan, ingin menjajal senjatanya. Bedebah. 

Aku bukan anak orang kaya raya. Lantas bagaimana bisa menyewa detektif swasta yang bayarannya kelewat gila!

Jika dahulu, Roro Jonggrang meminta seribu candi dalam waktu semalam, tentu aku tidak seekstrim itu demi mengetes seberapa seriusnya laki-laki itu padaku. Padahal, cinta ya cinta saja. Kenapa harus dites seperti ujian masuk menjadi anggota kepolisian atau semacamnya. 

Mungkin ini norak atau kolokan. Tetapi, aku tidak akan sembarangan membagi luka. Aku harus melihat dulu, bagaimana ia menghadapi persoalan pelik yang hadir setiap hari. 

"Berhenti. Aku nggak kuat jalan," ucapku di suatu hari ketika kita pergi libur. Jongkok. Memegangi tumit yang terbungkus sepatu. Membuka tali. Melepas benda yang berhasil membuat kulit kakiku lecet. Berdarah.

"Ya, ampun. Nanti beli kaos kaki."

"Kubilang, aku sudah nggak kuat jalan, 'kan?"

"Lalu?"

Aku menjatuhkan pandanganku tepat di ujung kakinya. Lalu mengalihkan tatapan memelas ke matanya. Ia membeku. 

"Jalan pelan-pelan sambil nyari toko yang ngejual kaos kaki."

Aku tak menjawab. Tidak pula bergerak hingga beberapa saat.

Ia menekuk lututnya. Jongkok. 

"Nih!" seraya menyodorkan benda putih yang baru saja ia lepas dari kakinya. Sekonyong aku menyambar kaos kaki yang terlihat masih baru itu. Tersenyum. 

"Terima kasih," ucapku tulus. Kurasa ucapan semacam itu bukan hanya kiasan atas perbuatan baik orang lain. Lebih dari itu tentu saja ada ungkapan senang yang selebihnya hanya disimpan dalam hati.

*

Hidup itu seperti gelombang amplitudo. Kau tentu tahu, gerakanya naik turun begitu. Sama halnya, hari-hari yang kerap diwarnai serentetan hal-hal yang tak pernah sama setiap saat. Ah! Jika ada yang serupa, hanyalah pertengkaran kecil akibat keegoisan masing-masing. Itu saja.

Aku mulai merasa ia bukanlah bocah laki-laki yang baru saja diwisuda. Tentu saja wisuda dalam hal ini, sama sekali beda dengan wisuda di instansi pendidikan. Ia lebih matang dalam memperhitungkan segala hal. Di luar dugaanku, hubungan yang sering diwarnai pertengkaran konyol ini ternyata memiiki tujuan. Menikah. Dan itu mengerikan. 

Untuk orang-orang yang pernah dan bahkan sering dikecewakan sepertiku, sulit mempercayai segala sesuatu. Apa pun itu. Termasuk ucapan darinya. Terhitung baru dua kali kesalahan fatal yang ia lakukan. Dan hal itu tak seharusnya membuatku berhenti menganggap bahwa ialah adalah lelaki yang baik.

Aku seperti orang kalap. Lebih tepatnya, orang yang berjalan tanpa arah dan tujuan. Namun aku terus melangkah. Entah sampai di mana kaki menjejak? Sementara itu, tanganku masih setia menggenggam telur rebus yang sumpah panasnya semakin memaksaku berkeringat di musim dingin. Aku takut dengan bayanganku sendiri. 

Semakin hari, aku semakin nyaman dengannya. Ia banyak berubah. Awalnya, aku pikir ia tidak peduli dengan apa pun yang kulakan. Ia terkesan, sangat asyik dengan dunianya sendiri. Sulit menyentuh hatinya. Selain egois, bagiku ia adalah seorang yang sangat angkuh. Menakutkan. Bahkan, untuk sekadar menelpon tanpa terlebih dahulu meminta izin padanya pun, aku takut. Itu dulu.

Jika kerasnya batu bisa terkikis oleh tetesan air. Dan besi baja pun dapat dibengkokkan oleh percikan api, begitu pula hatinya yang tak kalah keras dari ke dua benda itu, luluh.

Belajar dari pengalamanku selama ini. Banyak orang menyalahkanku karena terlalu menutut untuk diperlakukan dengan baik. Tanpa menanam kebaikan yang serupa. Aku pikir, aku masih muda. Dan aku sadar Tuhan mengaruniaiku tampang yang lumayan. Dan aku tidak bodoh-bodoh amat. Tidak sulit bagiku mendapatkan cinta jika aku mau. Tetapi, siapalah aku ini? Terlalu sombong jika berpikir seperti itu. 


Untuk menebus kesalahan masa lalu, aku bertahan menerima apa adanya laki-laki yang beberapa bulan ini hadir mengisi hari-hariku. Bagiku, dengan menerima orang lain dengan tulus--sama halnya membuka kesempatan pada diri sendiri supaya kelak orang lain juga bisa menerimaku apa adanya. 

Aku terus belajar segala sesuatu, bagaimana menjadi wanita yang baik. Sulit. Sampai saat ini pun belum juga berhasil. Tetapi justru ia yang banyak berubah.



Namun begitu, aku masih saja meragukannya. Ia yang saat itu mengambil beberapa lembar uang dari ATM lalu diberikannya padaku, sesaat setelanh kubilang 23 hari ke depan aku harus bertahan tanpa uang sepeser pun. 

Aku ragu pada orang yang untuk ke dua kalinya menjatuhkan lutut di depan banyak orang, memasangkan hansaplast di tumitku yang kembali lecet. Aku ragu pada ia yang selalu berusaha menyenangkanku tak peduli dengan keadaanya sendiri dan aku tidak menyadari hal itu. Aku ragu pada orang yang bahkan tidak marah meskipun aku berperilaku tidak sesuai dengan usiaku, manja. Aku ragu pada orang yang tidak sungkan mengikatkan tali sepatuku di hadapan khalayak ramai, begitu mendapati tali itu lepas. 


Sebenarnya itu bukan wujud dari keraguan. Melainkan, ketidaksiapan menerima kenyataan atas penolakannya ketika tahu siapa aku sebenarnya. Ah! Bukankah aku bukan wanita jadi-jadian? Bukan pula wanita penjaja kesenangan malam. 

*

"Apa kau yakin ingin menikah denganku?"

"Harus berapa kali pertanyaan itu kau ulangi?"

"Apa yang membuatmu menjatuhkan pilihan itu padaku?"

"Entahlah! Yang jelas, ada bunyi KLIK DI SINI setiap aku meyakinkan diri bahwa kamulah orang yang tepat menjadi pendampingku.

Aku tersenyum. Memeluk tubuhnya yang ringkih. Aku bahagia. Di sisi lain aku takut kehilangannya. Ia bukan laki-laki tanpa cela. Tetapi ....

"Sebaiknya segeralah jujur padanya. Semakin kaututupi, pasti tidak ada kebaikan karenanya."

Aku berpikir keras mendapat anjuran dari bapak waktu itu. Mengapa kalian tidak pernah memahami perasaanku? Aku bilang, aku belum siap berbagi luka. Dan siapa tahu lukaku segera bertambah jika setelah aku mengungkap segalanya, lalu ia lenyap dari hidupku. 

"Buru-buru menunggu apa? Ditunda juga untuk apa?" 

Aku kembali terdiam. Lemas. Tekanan demi tekanan menghampiriku. Seolah aku ini manusia paling salah sedunia. Kenapa mereka tidak membiarkanku bahagia sebentar saja sebelum aku harus kehilangan segalanya. 


Entah keberanian dari mana? Akhirnya, aku bertekad untuk berterus terang padanya. Tidak banyak yang aku sampaikan lewat pesan di HP-nya. Di antara pesan yang sedikit itu, aku menyelipkan beberapa gambar. Dari sana, ia tahu siapa aku yang sebenarnya. Ia tidak membalas meskipun telah membaca pesan itu. Gemetar tubuhku seperti over dosis obat. Detik, menit, jam terus berlalu. Dan inilah akhirnya? Seperti yang aku takutkan selama ini! Ia marah besar karena merasa kubohongi. 

Semoga kalian puas telah mencerabut kebahagian yang susah payah aku peroleh. Tidakkah kalian berpikir, aku juga berhak bahagia? Hatiku menjerit. Siap-tidak siap, aku melepaskannya untuk memilih jalan hidup yang bisa membuatnya bahagia. Sementara aku .... 


*

Beberapa pesan masuk ke HP-ku saat mata masih terpejam waktu itu. Mataku mengerjap-ngerjap saat benda itu tepat berada di wajahku. 

"Sudah makan belum? Jangan telat makan nanti sakit." 

Aku terlonjak. Ia mengirimkan pesan padaku dengan kalimat-kalimat yang biasa ia tulis. Takut-takut aku membalasnya. Berharap ini bukan mimpi.  Ah, apa istimewanya pesan seperti itu? Bukankah teman-temanku juga sering mengirimkan pesan serupa.

"Jangan berpikir macam-macam. Di antara kita nggak ada yang berubah. Aku masih menyayangimu. Sama seperti sebelum kamuengungkap kejujuran itu." 

Selesai 



Selasa, 16 Juni 2015

FESTIVAL KEBUDAYAAN DI JEPANG

Diposting oleh Rumah Kopi di 18.07 2 komentar
bendera bergerak


1. OBON MATSURI 

Menurut kepercayaan Budha Jepang, ini adalah waktunya buat mereka yang mati kembali mengunjungi bumi. Itu sebabnya, Obon atau Bon merupakan perayaan keagamaan saat semua keluarga berkumpul untuk mengenang mereka yang sudah mati. Malam pertama festival ditandai dengan menyalakan api unggun di luar rumah untuk menymbut arwah para leluhur. Di akhir festival, disiapkan makanan perpisahan dan api unggun kembali dinyalakan untuk mengawal para arwah kembali ke alamnya. 

2. OMISOKA [Festival Malam Tahun Baru] 

Hari terakhir di tahun yang lama dan malam di tahun yang baru, Omisoka menjadi perayaan paling penting di Jepang. Biasanya orang-orang berkumpul di rumah sambil menyantap soba atau udon. Menyeberang di tahun yang lama ke tahun yang baru adalah makna dari santapan mereka. Dekorasi khas tahun baru adalah, Kagami Mochi. Setiap rumah akan memajang dekorasi ini sebagai pembawa keberuntungan dan kemakmuran. Terbuat dari dua buah rice cakes berbeda ukuran dan daidai (sejenis jeruk) yang ditaruh di atasnya. 

3. SANNO MATSURI 

Salah satu perayaan Shinto terbesar di Jepang yang jatuh pada bulan Juni. Sejarah perayaan ini adalah festival pertama yang memperbolehkan Shogun memasuki kastil Edo di era kekaisaran Edo (1603-1867). Ratusan orang berpakaian kuno berparade sampai ke jantung kota Tokyo sambil membawa Mikhosi (sejenis kuil dengan hiasan burung phoenix di atasnya). Banyaknya orang yang terlibat membuat proses ini berlangsung sampai 600 meter panjangnya. 

4. KODOMO NO HI (Festival Hari Anak) 

Hari ke lima di bulan ke lima adalah bulan bahagia buat seluruh anak-anak di Jepang. Ini adalah hari perayaan buat mereka. Sekolah diliburkan dan mereka mendapat hadiah uang. Setiap keluarga akan menerbangkan layang-layang berbentuk ikan yang dikenal dengan nama Koinobori. Ikan merupakan lambang kegigihan dan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup, berenang melawan arus bahkan menerjang gelombang. 

5. HANAMI (Festival Bunga Sakura) 

Hanami adalah tradisi Jepang menyaksikan peristiwa mekarnya bunga sakura. Peristiwa ini menjaadi kegiatan keluarga yang menyenangkn. Menyaksikan mekarnya bunga sambil berpiknik ria atau barbekyu. Kata Hanami artinya 'meihat bunga' tetapi secara umum maksudnya adalah melihat bunga sakura. Biasanya jatuh pada musim semi, dari Maret sampai awal Mei. 

6. SHINCHI-GO-SAN (Tujuh-Lima-Tiga) 

Tujuh-Lima-Tiga, adalah umur-umur kritis dalam kehidupan seorg anak di Jepang. Anak perempuan pertama kali memakai OBI di usia 7 tahun. Sementara anak laki-laki pertama kali memakai celana HAKANA di depan publik di usia 5 tahun. Pada usia 3 tahun anak-anak lelaki dan perempun diperbolehkan menumbuhkan rambut. mereka. CHITOSE AME adalah sejenis permen yang dibagikan pada anak-anak diperayaan Shinchi-Go-San. Permen berwarna merah dan putih ini symbol dari pertumbuhan yang sehat dan umur panjang. Biasanya dibagikan bersama tas bergambar kura-kura dan burung bangau, lambang panjang umur. 

7. HINAMATSURI (Hari Anak Perempuan dan Hari Boneka) 

Anak-anak perempuan di Jepang mempunyai hari spesial yang dirayakan setiap tanggal 3 Maret. Setiap keluarga akan berdoa untuk anak-anak perempuan mereka agar mempunyai kehidupan yang sukses dan bahagia. Satu set boneka Hina-Ningyo akan dipajang untuk memperingati hari ini. Terdiri dari lima atau tujuh tingkat yang merupakan perwakilan dari kaisar, permaisuri, tiga dayang-dayang, lima musisi, dua menteri, dan tiga pelayan. 

8. SETSUBUN (Perayaan Pembagian Musim) 

Perayaan ini diadakan setiap tanggal 3 atau Februari, satu hari sebelum musim semi, berdasarkan penanggalan Jepang. Sejak dulu masyarakat Jepang melakukan ritual yang bertujuan untuk mengusir roh jahat di permulaan musim semi. MAMEMAKI adalah nama upacara ritual untuk mengusir roh jahat tersebut. Orang-orang melempar kacang ke arah pintu atau ke anggota keluarga yang memakai topeng Oni sebagai perlambang pengusiran roh jahat keluar dari rumah dan mengundang keberuntungan masuk. 

9. GANJITSU (Festival Tahun Baru)

Dirayakan setiap tanggal 1 januari. Pada tanggal ini orang-orang jepang mengadakan kunjungan simbolik ke Kuil Shinto atau Budha untuk menjadi yang pertama melihat matahari terbit. KADOMATSU adalah bentuk dekorsi yang paling sering dijumpai pada tahun baru. Terbuat dari batng pinus dan bambu. Biasanya ditaruh di depan rumah atau toko. Pinus simbol umur panjang sementara bambu adalah keteguhan dan ketulusan. Ditambah dengan ranting plum sebagai simbol hidup baru dan awal baru. 

10. JIDAI MATSURI (Festival Semua Umur) 

Festival yang diadakan untuk semua umur yang jatuh pada tanggal 22 Oktober di Kyoto. Jalannya perayaan sangat terorganisir dan terjadwal dengan sangat tepat waktu. Parade kostum dari Era Meiji sampai Era Heian, berjalan dalam urutan waktu kebalikannya. Sekitar 2000 orang mengenakan kostum yang mewakili era sejarah kekaisaran Jepang. Kostum yang digunakan tak hanya sesuai dengan era yang diwakili tetapi juga sangat memperhatikan detail sampai ke hal kecil. 

11. KISHIWADAN DANJIRI MATSURI 

Khisiwadan adalah menarik kereta berisi Danjiri (kuil yang terbuat dari kayu). Ratusan pria akan menarik danjiri ini sepanjang jalan. Festival ini dirayakan dua kali yaitu pada bulan September dan Oktober. Khisiwada adalah perayaan danjiri yang paling terkenal dan paling meriah. Melibatkan banyak penari dan musisi yang tergabung dalam orkestra. 

12. TANABATA (Festival Bintang) 

Bertemunya kembali Orihime dan Hikoboshi yang diwakili oleh bintang Vega dan ALtair. Menurut legenda, sepasang kekasih ini dipisahkan oleh sebuah komet sehingga mereka hanya bisa bertemu sekali dalam setahun. Pada hari perayaan orang-orang menuliskan permohonan mereka di Tanzaku, selembar kertas yang digantung di sebuah bambu. Bambu tersebut dihanyutkan ke sungai atau kadang dibakar setelah festival berakhir, tengah malam atau hari berikutnya. 

Nah, demikianlah ke-12 festival yang dirayakan di Jepang. Semoga bisa menambah wawasan tentang budaya negara asing. Tetap semangat.

Senin, 15 Juni 2015

Pendidikan Adalah Kesempatan

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.53 5 komentar




Sebelum membahas lebih luas tentang pendidikan, saya akan bercerita sedikit mengenai betapa pentingnya pendidikan bagi saya pribadi. Saat mendaftarkan diri masuk ke Universitas Terbuka di Taiwan, jujur saja saya tidak memiliki passion secara spesifik apa yang menjadi tujuan saya melanjutkan kuliah? Yang jelas, saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang belum tentu didapati oleh orang lain.

Apa sih, tujuan saya mendaftar menjadi mahasiswi? Apa sekadar untuk gaya-gayaan agar dibilang intelek dan terpelajar? Atau hanya mengejar gelar yang nantinya bisa dibanggakan di hadapan dunia?

Seiring berjalannya waktu, semua pertanyaan itu terjawab. Saya ingin kembali belajar setelah vacum beberapa tahun, bukan atas dasar seperti yang saya sampaikan tadi di atas. Universitas Terbuka sangat membantu saya yang notabene tinggal di luar negeri dengan segala keterbatasan ruang gerak serta kendala lainnya. Tetapi dengan adanya sistem belajar jarak jauh keterbatasan itu terbantahkan. Bagi saya yang kelak menjadi seorang ibu rumah tangga dan menjadi seorang ibu bagi anak-anak, adalah penting sekali mencerdaskan otak saya, merangsang motorik syaraf untuk selalu beripikir secara sistemastis, berwawasan luas, sebab nantinya saya akan menjadi guru utama untuk anak-anak saya. Maka pilihan untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi di Universitas Terbuka adalah pilihan yang tepat. Di jepang, adalah hal mahfum tujuan utama, seorang wanita menempuh pendidikan lebih tinggi hanya untuk mempersiapkan diri mendidik anak-anaknya, nanti.

Berbicara tentang pendidikan tentu akan terpecah menjadi beberapa bagian. Akan tetapai, lebih dari itu semua yang jelas pendidikan sangatlah penting bagi kelangsungan hidup. Kemajuan teknologi yang terus berkembang tentu hal itu berkaitan erat dengan pendidikan. Betapa pentingnya pendidikan untuk manusia. Pendidikan adalah kesempatan. Hal itu berarti, jika kita terdidik untuk mempelajari banyak hal maka kesempatan baik akan menghampiri.

Dahulu, pemerintah mewajibkan program pendidikan yang dipatok sampai 9  tahun. Menurut saya pribadi, tanpa harus diwajibkan sekali pun seharusnya orangtua menyadari bahwa pendidikan itu kebutuhan bagi generasi penerus bangsa. Sehingga, tanpa diwajibkan sekali pun, sudah seharusnya orangtua menyekolahkan anak-anaknya demi menimba ilmu yang kelak bisa dipakai saat terjun ke masyarakat umum. 

Dewasa ini, beberapa negara maju seperti Singapura, Malaysia, serta Taiwan pendidikan masuk dalam prioritas program kerja pemerintah yang mana, pendidikan itu sendiri nantinya memiliki andil besar dalam mengembangkan serta memajukan negaranya. Pendidikan yang cukup, skill yang memadai, serta modal yang mendukung menjadikan suatu negara, melesat maju dengan cepat. 

Sementara itu, di indonesia sendiri selain pendidikan yang sampai saat ini kurang merata serta minimnya kesadaran dari orangtua untuk menyekolahkan anak-anak generasi penerus bangsa, sehingga jumlah tenaga ahli demi mengolah hasil bumi yang melimpah pun sedikit.

Minimnya tenaga kerja ahli menjadikan kita tamu di negara sendiri. Bagaimana tidak? Sumber daya mentah diekspor ke luar negeri. Lalu kembali diimpor demi memenuhi kebutuhan kelangsungan kegiatan perekonomian di Indonesia, tentu harga yang ditawarkan beberapa kali lipat. Mau tidak mau karena butuh, terpaksa tetap dibeli. 

Mahalnya biaya pendidikan di negara kita, menjadi salah satu faktor penyebab terhambatnya generasi penerus mendapatkan pendidikan yang layak. Sebagian besar orangtua, yang berada pada perekonomian menengah ke bawah--enggan merogoh kocek demi membayar biaya sekolah. Bagaimana tidak? Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja kurang, lebih baik uang yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan perut. 

Lagi pula, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi toh bisa bekerja. Ungkapan itu benar adanya. Namun, tanpa skill dan pengetahuan yang cukup, maka pekerjaan yang didapat akan mengahasilkan pendapatan yang minim, bukan?

                                                                  (keakraban kebersamaan)

Universitas Terbuka mencetak generasi mandiri, berprestasi yang ingin maju. Di Universitas Terbuka, tentu saja mahasiswa dituntut lebih aktif, mengingat mahasiswa jarang bertatap muka dengan dosen secara langsung. Pendidikan yang ditempuh dengan sistem jarak jauh berbekal modul saja tentu tidak cukup. Beruntunglah seiring kemajuan teknologi, sangat membantu saya. Oleh karena itu berburu materi di internet menjadi salah satu alternatif untuk memperdalam pelajaran.

Antusiasme teman-teman seangkatan, menambah semangat dalam belajar. Berlomba memperbaiki prestasi. Saling menyemangati. Dari hal tersebut, kekraban antara satu dan yang lainnya mulai terjalin, layaknya keluarga besar. Kuliah di sela-sela kerja, tentu memiliki banyak kendala. Terkadang kesibukan dari aktivitas seharian menguras tenaga. Meskipun begitu, mulai dari tugas yang menumpuk, harus mengikuti kelas tetap muka oline, mengikuti diskusi di forum, tidak bisa dikesampingkan karena hal itu juga tidak kalah penting. Saya sendiri menyadari bahwa demi memperoleh sesuatu yang sangat bermanfaat, saya harus berkorban tenaga dan juga pikiran.

                 (berapa pun usia Anda bukan penghalang untuk belajar di Univeritas Terbuka)
    
Ada lagi yang menarik dari Universitas Terbuka ialah tidak adanya batasan usia bagi calon mahasiswa. Benar-benar memberikesempatan bagi siapa saja yang memenuhi persyaratan demi menjadi mahasiswa. Dalam angkatan saya, ada beberapa ibu-ibu yang usianya sudah berkepala empat, namun semangat belajarnya tidak kalah dari kami yang masih muda. Dan hal itu bisa menjadi contoh nyata bahwa tidak ada kata terlambat dalam belajar. Selalu ada wadah untuk menampung setiap keinginan baik. Terima kasih Universitas Terbuka. Saya bangga menjadi bagian dari sana.

                                                                              ***

"Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog Universitas Terbuka dalam rangka memperingati HUT Universitas Terbuka ke-31. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan."




Kamis, 11 Juni 2015

BUDAYAKAN MEMBACA

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.20 2 komentar


Hai, Lalaland. Aku absen tiga hari dari tantangan menulis random. Bukan karena tidak mood. Melainkan ada pertimbangan yang kurasa ini jauh lebih baik. Kau tahu, dalam friend list pertemanan FB-ku, sebagian besar pengguna aktif akun itu merupakan teman komunitas menulis. Dan bahkan, yang sudah merilis novel atau antologi. Tak jarang juga, seorang editor ada di antaranya. Rasanya, aku belum memiliki kepercayaan diri berbagi tulisanku di wall FB. 

Beda halnya kalau mengirim langsung ke redaksi majalah. Jika memang hasil tulisanku kurang bagus, resikonya ya, tidak akan dimuat. Itu saja. Tetapi, jika aku kepedean memposting tulisanku ke beranda, alih-alih mereka hanya melirik doang jika tulisanku dirasainya kurang bermutu. Dan itu berakibat fatal. 

Menurutku, supaya bisa diterima di masyarakat kuncinya harus merilis karya yang super baik. Sekali gebrakan, si penulis langsung mendapat tempat. Dan itu artinya, karya berikutnya ditunggu-tunggu. Tetapi, jika si penulis merilis karya yang tidak bagus-bagus amat, resikonya dia butuh kerja keras untuk mendapat apresiasi dari masyarakat umum. 

Nah, karena hal itulah aku berhenti mengikuti tantangan tersebut. Aku lebih fokus belajar menulis baik dari pada menulis demi suatu kepuasan semu. Maksudku, tidak menghakimi bahwa menulis random itu buruk. Baik sekali malah. Untuk mereka yang sudah memiliki jam terbang lebih tinggi dariku. 

Untuk mempersiapkan satu postingan menulis random, aku mesti menghabiskan waktu menulisku, hanya untuk hal itu. Sementara, cerpen serta sinopsis novel yang akan kugarap, malah terbengkalai. 

Oh, iya, Lalaland, kita beralih ke topik lain. Bicara hobi, seseorang pasti rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk memenuhi kebutuhan jiwa akan kecintaannya terhadap sesuatu itu. Entah apa? 

Buku. Demi benda yang satu itu, seberapa duit yang aku keluarkan, aku sama sekali tidak memperhitungkan. Karena banyak hal yang aku dapatkan dari sana. Dengan membaca, setidaknya aku terhindar dari kegilaan akibat jenuh. Pasti kamu juga pernah mengalaminya, Lalaland. Hampir seluruh waktu luangmu, kamu gunakan untuk menjatuhkan pandangan pada layar ponsel. Entah sekedar browsing internet, chatting, pindah dari satu timeline ketimline lain, nonton youtube. Membosankan. Sumpah.

Tetapi beda dengan membaca buku. Meskipun lembaran itu hanya berserak huruf tanpa gambar berwarna, tetapi aku merasa jauh lebih baik dari pada membaca artikel di internet. Buku menawarkan sensasi lain. Semakin ingin tenggelam dalam cerita yang disuguhkan. Sembari berimajinasi. Sadar atau tidak, dirimu akan melayang-layang ke dunia ciptaan yang sedang kamu baca. 

Merasai bahwa tokoh itu kamu. Sehingga, ketika membaca bukan hanya mendapatkn informasi melainkan terapi jiwa. Belajar mengembangkan imajinasi yang tidak kamu dapatkan saat memelototi video di youtube. Maka, membacalah supaya terhindar dari rasa jenuh yang aduh kadang membuatmu uring-uringan sendiri. 


Minggu, 07 Juni 2015

Wanita Adalah Perempuan Sejati

Diposting oleh Rumah Kopi di 18.42 4 komentar


Lalaland, wanita terkadang hanya dianggap sebagai sosok di balik layar dalam keluarga. Mendukung suami, mengurus rumah sambil mendidik anak-anak yang rupanya telah menjadi suatu stereotip--melukiskan kaumnya. Padahal  selain hal tersebut, wanita dapat menjadi sosok utama yang menggerakkan kegiatan perekonomian bernilai fantastis. 

Terkadang, wanita lupa bagaimana menghargai dirinya. Membiarkan haknya diabaikan, diinjak-injak oleh ego lawan jenisnya, yang begitu mengagunggkan logika bahwa laki-laki tidak seharusnya kalah atau mengalah dari wanita. Bahwa apa yang dilakukan selalu benar. 

Dalam sebuah hubungan, tidak ada namanya bersaing. Menunjukkan siapa yang lebih hebat. Siapa yang paling berkuasa? Bukankah, ke duanya merupakan tim yang harus kompak menghadapi segala persoalan. 

Cinta dan logika. Sebenarnya, bukan kapasitasku membicarakan masalah ini. Tetapi, sebagai manusia yang juga pernah mengalami jatuh cinta, tentu saja aku punya pandangan sendiri mengenai ke duanya. 

Ketika terjebak dalam situasi tertentu, emosi misalnya, logika kita sering gagal mamahami banyak hal. Katakan saja begini; laki-laki menganggap apa yang diputuskannya itu benar dan sangat masuk akal. Sementara wanita meyakini apa yang dipikirkannya itu, masih bisa dinalar. Jika dua-duanya saling memaksakan prinsipnya, sampai buaya berjalan dengan tegak, siput memiliki taring, anaconda doyan makan pizza, hal itu tidak akan pernah ketemu kata sepakat. 

Barangkali, film sejarah yang menceritakan perjuangan para pahlawan, mesti kembali diputar. Hal itu supaya masyarakat ingat bagaimana para Pahlawan mati-matian berjuang melawan musuh. Dengan begitu, jiwa Nasionalisme yang mati, perlahan-lahan bangkit. Tetapi, kurasa itu tidak perlu. Seharusnya, kesadaran itu tumbuh dari hati nurani masing-masing. Bagaimana perjuangan Pahlawan yang telah gugur mendahului kita tersebut, berdarah-darah demi kepentingan tanah air, serta semua yang ada di dalamnya. Tidak perlu diseret ke depan matanya, kan? 

Lagi pula, Pahlawan juga tidak butuh ucapan terima kasih. Namun, sebagai manusia yang memiliki hati nurani bukankah sudah selayaknya berbuat yang terbaik jika memang cinta terhadap tanah air. Lupakan! 


Kembali membahas tentang wanita, serta sejuta pesonanya. Kata Kak Fahd Pahdepie, “Cara berpikir, karakter, dan budi pekerti seorang istri akan membentuk keluarga dan membesarkan anak-anak, nanti. Sementara kecantikan, tubuhnya, serta status apa saja yang dimilikinya hanya akan membesarkan ego laki-laki.” 

Nah, berarti kecantikan fisik bukanlah segalanya. Wanita cerdas lebih menarik dari pada wanita cantik. Syukur-syukur jika memiliki paras rupawan dibalut dengan budi pekerti yang mengagumkan. 


Berikut ini beberapa contoh wanita hebat. Mungkin, sebagian dari kalian sudah terlebih dulu mengenal sosok mereka. Tetapi, tidak ada salahnya jika kutulis ulang demi menyemangati diri sendiri karena, yang telah mereka perjuangkan patut dijadikan motivasi bagi para calon ibu, maupun yang sudah menjadi ibu. 


• NANCHY METTHEW. E 

Dari pernikahannya, Nanchy Metthew. E dikarunia seorang bocah laki-laki. Kebetulan buah hatinya sedikit bodoh, serta pendengarannya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Suatu hari, ketika si anak berusia empat tahun—pulang sekolah membawa selebaran dari gurunya yang bertuliskan, ”Tommy, anak Ibu sangat bodoh. Kami minta Ibu mengeluarkan dia dari sekolah."

Sang ibu terhenyak membaca isi surat tersebut. Namun ia segera membuat tekad yang teguh, “Anak saya Tommy bukan anak bodoh. Saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia. Dia bersumpah. 

Sejak saat itu, Nanchy memutuskan untuk menjadi guru pribadi bagi Tommy, di rumah. Ia berusaha memulihkan kepercayaan diri putranya tersebut. Hal itu mungkin sangat berat baginya. Namun ia tidak sekalipun membiarkan keterbatasan membuatnya berhenti. Siapa yang menyangka bocah bodoh dan tuli itu akhirnya menjadi seorang genius?! 

Tommy tumbuh menjadi Thomas Alva Edison. Salah satu penemu terbesar di dunia. Dia hanya bersekolah sekitar tiga bulan dan secara fisik tuli. Namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju. 

Tidak banyak yang mengenal NANCHY METTHEW EDISON, memang. Namun jika mendengar nama THOMAS ALVA EDISON semua langsung tahu bahwa dialah penemu paling berpengaruh dalam sejarah. Seorang penemu dengan 1.093 hak paten atas namanya. 


• HEE KAP SUN 

Hee Kap Sun, seorang ibu asal Korea Selatan. Dia merupakan pahlwan bagi kehidupan anak gadisnya, Hee Ah Lee yang terlahir dengan 4 jari. 2 di tangan kanan dan 2 di tangan kiri. 

Selain itu, Hee Ah Lee juga terlahir dengan kaki yang cacat. Kakinya hanya sampai lutut. Dan yang lebih menyedihkan lagi, putri Hee Kap Sun tersebut, juga mengalami keterbelakangan mental. 

Bukan sampai di sini cobaan yang dihadapi Hee Ah Lee dan ibunya. Karena kondisi itu, dia pun dijauhi keluarga besarnya. Hee Kap Sun dengan kasih sayang penuh dan kesabaran, akhirnya berinisiatif mencari sekolah piano untuk anaknya. Sayangnya banyak sekolah yang menolak Hee Ah Lee yang tidak sempurna itu. Namun, ibunya tidak patah semangat. Ia terus berusaha mencari sekolah hingga ada yang menerima putrinya. 

Pada awalnya, Hee mengalami banyak kesulitan. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya belajar bermain piano hanya dengan 4 jari dan kaki sampi lutut. Untuk memainkan 1 buah lagu Hee Ah Lee harus belajar selama 10 jam lamanya. Dan untuk memainkan 1 buah lagu dengan notasi rumit, dia harus belajar selama 5,5 tahun. 

Sang ibu sampai berhenti bekerja sebagai seorang perawat karena ingin selalu menemani anak gadisnya belajar—memberikan dukungan dengan sepenuh hati. Pada akhirnya perjuangan sang ibu membuahkan hasil. Gadis kelahiran 9 Juli 1985 itu, bisa pentas di depan banyak orang dan membuktikan kepada dunia bahwa orang terlahir cacat juga bisa memiliki keahlian serta masa depan gemilang. 

Album pertama yang dikeluarkan oleh Hee Ah Lee bertajuk 'Hee Ah, A Pianist With Four Finger'. Dia juga sudah melakukan konser di beberapa Negara, seperti Amerika, Inggris, Jepang, China, Singapura, dan Indonesia. 


• MUTIARA SITI FATIMAH 

Ya, siapa sih yang tidak mengenal taksi? Padatnya penduduk di DKI Jakarta, membuat alat transportasi menjadi fasilitas krusial yang diperlukan untuk memudahkan mobilitas penduduk. Taksi menjadi lebih spesial dibandingkan dengan alat transportasi umum lainnya. Begitu banyak brand-brand taksi hilir mudik di ibukota. Tetapi, ada yang amat popular serta terkenal di kalangan masyarakat. Brand itu adalah BLUE BIRD. 

Mungkin belum banyak yang mengenal sosok wanita tangguh sang pendiri Blue Bird. Dialah Alm. Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono. Wanita kelahiran Malang, 17 Oktober 1923 ini merengguk kesuksesan bisnis sebagai buah dari kerja keras dan perjuangan hidupnya. Masa sulit Mutiara dimulai sejak sang suami dipanggil Tuhan. Berbekal sebuah kendaraan bemo yang diwariskan oleh almarhum suaminya, mulailah sang putra sulung yang bernama Chandra Soeharto menjadi penopang ekonomi keluarga dengan mengemudikan bemo tersebut. Dengan sang adik Purnomo yang belum memiliki SIM bertugas menjadi kondektor bemo. Karena jasa-jasa suaminya yang besar semasa hidup, Mutiara mendapatkan hadiah berupa dua mobil dari tentara dan polisi—pada tahun 1965. 

Dari situlah kemudian Mutiara serta ke dua anaknya memulai merintis usaha taksi yang diberi nama CHANDRA TAKSI. Karena dianggap belum berpengalaman, izin mendirikan taksi pun tidak dapat dikeluarkan. Mutiara tak kehabisan akal—meminta para pelanggan setia Chandra Taksi merekomendasikan layanan mereka. 

Akhirnya enam tahun beroperasi, Chandra Taksi mendapatkan izin. Setelah izin dikantongi Mutiara beserta ke dua anaknya mendirikan perusahaan taksi yang diberi nama BLUE BIRD. Kini Blue Bird telah menggurita sebagai slah satu bisnis transportasi yang sukses. Blue Bird menjadi taksi pertama yang menggunakan argometer dan radio komunikasi pada kendaraan ber-AC. 

• SUSAN WOJCICKI 

Susan Wojcicki sebelumnya sudah memegang peranan penting di perusahaan YOUTUBE dengan menjabat sebagai Senior Vice President For Adsand Commerce. Dedikasi dan loyalitasnya pada perusahaan YouTube akhirnya membawanya naik ke tingkat pimpinan perusahaan tertinggi, menggantikan SALAR KAMANGAR yang telah menjabat CEO YouTube sejak tahun 2010. 

Susan menyelesaikan jenjang sarjana di Havard Univesity pada tahun 1990 dan juga menerima gelar master ekonomi setelah menyelesaikan studi di University of California pada tahun 1993. Tak puas dengan dua gelar pertamanya, Susan juga memperoleh gelar master di bidang administrasi bisnis pada tahun 1998. Karena prestasinya yang sangat gemilang di perusahaan YouTube, tak mengherankan jika wanita satu ini dipercaya memegang jabatan tertinggi. Melalui masa kepemimpinannya di divisi iklan perusaan YouTube—Susan berhasil meningkatkan pendapatan YouTube hingga mencapai angka US$5.6 milyar di tahun 2013. Karena dedikasinya yang besar pada dunia teknologi, Susan pernah dianugerahi gelar sebagai salah satu “50 most powerfull women in business” versi Majalah Fortune pada 4 tahun berturut-turut (2010, 2011, 2012, 2013). 


 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting