Jumat, 31 Juli 2015

Ternyata Kalian Tertipu

Diposting oleh Rumah Kopi di 09.18 0 komentar
Ada yang bilang kalau pekerjaan saya itu gampang. Gampang selfie, gampang online, gampang jalan-jalan. Yakali kalau saya anak orang kaya raya. Juragan minyak kenyong-nyong. Apalah. Apalah.

Hadoh! Kalian perlu membaca hal ini sampai tuntas deh! Biar tidak terjerumus dalam fitnah. Namanya bekerja itu tidak enak. Ah ya, apalagi diupah yang nominalnya segede kandang gajah. Majikan mendatangkan pekerja, tentu butuh tenaga kita, kan? Nah, kalau tidak terperas keringatnya ya barangkali air mata kita yang kering. Kesabaran menjalani hal sulit, itulah bentuk kedewasaan. Mengeluh boleh. Menyesali atau meratapi basib, jangan ah!

Saya pribadi, malas menceritakan hal buruk atau semacamnya pada khalayak ramai. WHAT FOR? Emang bisa mengurangi beban? Atau bisa menambah penghasilan! NO WAY

Jadi, selama saya bisa mengubah kesedihan menjadi cita rasa kehidupan yang menyenangkan, kenapa saya mesti memamerkan hal yang tidak enak. Mengapa diratapi terlalu dalam jika yang terjadi hari ini akan menjadi tumpukan kenangan di masa depan.

Kira-kira, apa kamu betah tinggal di gudang? Maksud saya, tinggal di kamar yang notabene merupakan tempat penyimpanan barang tidak berguna? Padahal, banyak kamar yang nganggur. Tapi kalau saya sih, betah. Mending begitu dari pada tidur sekamar dengan pasien. Bernapas aja harus hati-hati. 

Apa kalian tidak sedih, jika setiap makan hanya dijatah. Diambilkan dipiring. Dengan jumlah yang amat sedikit. Kadang hanga sisa-sisa gitu? Saya sih santai saja, asal punya uang saya bisa membeli makanan di luar. Kalau tidak punya uang ya, itung-itung diet. Haha

Apa kalian terima, salah tidak salah tetap disalahkan. Pokoknya ya, dinyinyirin sepanjang hidup kalian di rumah majikan itu. Apa yang kalian lakukan, selalu diawasi. Bukan takut maling bandanya dia. Entah apa untungnya, mencerca orang lain yang dianggapnya tidak sesuai dengan dia (si majikan itu) 

Ah jika disampaikan pasti malah lebih sedih. Tetapi saya bisa sabar menjalaninya. Saya pikir, ini hanya sementara. Bagian dari episode di hidupku. Saya akan menyimpannya untuk dijadikan pelajaran, supaya saya tidak memperlakukan orang lain seperti itu karena sungguh menyakitkan.

Lagi pula, setiap sisi memiliki dua hal. Baik-buruk. Siang-malam. Hujan-panas. Dan lain sebagainya. Nah, saya juga berpikir seperti fenomena alam. Meskipun saya di sini menderita secara batin, tetapi untung saya digaji lebih. Untung saya bisa nyambi kuliah. Untung dan selalu merasa lebih beruntung dari pada orang di bawah saya. Dengan begitu, saya bahagia. 

Kamis, 30 Juli 2015

Masa Depan Anak Masa Ditunda?

Diposting oleh Rumah Kopi di 07.01 0 komentar



Beberapa tahun lalu ketika saya masih berada di Indonesia, hampir setiap hari didatengi tetangga yang seorang agen asuransi. Saya malas sekali meladeni Mbak Mamik (nama agen itu). Bukan tanpa sebab. Saya paham benar reputasi seorang agen asuransi yang pasti memiliki kelebihan. Yap! Benar sekali. Kebanyakan dari mereka memilliki kelebihan 'bicara'. Jika tidak begitu, mana bisa memprospek nasabah supaya tertarik dengan jasa asuransi yang ditawarkan.

"Yah ... Nikah aja belum masa ditawari asuransi pendidikan buat anak," ujar saya sambil garuk-garuk jidat.

Selain hal itu, saya pernah mendengar kabar burung bahwa ketika insured telah selesai mengangsur premi sesuai kontrak yang telah disepakati, uang yang diinvestasikan tersebut susah cair. Tidak tepat waktu. Dan lain sebagainya.

Mbak Mamik pantang menyerah rupanya. Entah apa yang membuatnya yakin bahwa saya akan luluh dan menandatangani polis asuransi yang ditawarkan. Saya memintanya menjelaskan tentang tetek-bengek mengenai keuntungan apa saja yang akan saya dapatkan dari investasi ini. Bagaimana jika saya tidak dapat melanjutkan membayar premi? Apakah uang saya benar-benar aman? Apakah ada jaminan uang saya pasti bisa dicairkan nanti?

Bukan satu atau dua orang yang dekat dengan saya, menilai bahwa saya ini orangnya ribet. *emot cedih*

Saya akui, saya memang orang yang perfeksionis. Apa yang saya lakukan harus benar-benar terencana, detail, dan hasilnya harus mendekati sempurna meskipun kenyataan, sampai saat ini apa yang saya lakukan hasilnya jauh dari kata sempurna. *kesempurnaan hanya milik-Nya* 

Seumuran saya, kebanyakan belum berpikir bagaimana nasib anak-anak kelak. *yaiya nikah aja belom* 

Saya berani taruhan bahwa penghasilan yang mereka dapatkan hanya ditabung di bank begitu saja dengan suku bunga standar. Padahal setiap tahun, biaya pendidikan kian melambung tinggi. Kita bisa saja mematok nominal sekian juta untuk biaya pendidikan anak, kelak. Tetapi, banyak kemungkinan perencanaan kita meleset sebab itu tadi, biaya pendidikan tidak sama setiap tahunnya.

Akhirnya, setelah menimbang dan menimang (bayi kaliya ditimang hihi) saya memutuskan untuk ikut asuransi. Selain tertarik dengan hal-hal yang ditawarkan dari AJB Bumi Putra, saya adalah orang yang selalu berpikir jauh ke depan. *Yakali, itu wajar. Siapa juga yang mau berpikir kebelakang kalau nggak pas ingin .... Ah sudahlah!*

Yang saya maksudkan tentang 'berpikir ke depan'; saya mulai mempersiapkan asuransi pendidikan buat anak-anak, sejak dini. Saat ini alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk bekerja. Tetapi dalam jangka 10 atau 15 tahun lagi, siapa yang akan tahu apa saya masih seproduktif ini? 

Untuk mensiasati segala kemungkinan yang akan terjadi nanti, saya memilih menyisihkan sebagian pendapatan saya untuk ikut asuransi. 



(Foto by Internet)



MITRA CERDAS                                        

Dari sekian banyak program asuransi pendidikan yang ditawarkan oleh AJB Bumi Putra, akhirnya saya memilih Mitra Cerdas. Mitra Cerdas bukan hanya untuk perencanaan pendidikan tapi juga bisa sebagai investasi pribadi.

Mitra cerdas dirancang khusus untuk mengembangkan dana yang saya alokasikan untuk pendidikan anak-anak, kelak. Berbeda dengan asuransi pendidikan pada umumnya yang hanya menawarkan proteksi dan tabungan, melalui program ini saya juga mendapatkan kesempatan memperoleh hasil investasi yang kompetitif dari pengembangan dana premi asuransi yang saya bayar.



Keuntungan Program Mitra Cerdas dari Bumiputera
  1. Jaminan memperoleh hasil investasi 4.5% per tahun dari akumulasi tabungan premi.
  2. Tambahan hasil investasi jika dana investasi yang diperoleh Bumiputera melebihi hasil investasi yang dijamin.
  3. Santunan tutup usia (kepada ahli waris) sebesar 100% uang pertanggungan.
  4. Bebas premi bagi polis bila yang tertanggungnya (investor) tutup usia. Jadi ahli waris tidak terbebani pembayaran premi sementara dana anda yang diinvestasikan terus berkembang dan akan dikeluarkan untuk ahli waris pada saat jatuh yang telah ditentukan atau ditarik dananya seluruhnya. disamping uang pertanggungan yang telah dipilih pemegang polis.  

      (Iistrasi penghitungan pembayaran premi dan jumlah uang yang kita terima)

Bagaimana Jika Saya Tidak Mampu Melanjutkan Membayar Premi? 

Program Mitra Cerdas memberikan kelonggaran pembayaran premi selama 30 hari yang disebut masa leluasa (grace period). Apabila saya menghentikan pembayaran Premi setelah masa leluasa berakhir, perusahan asuransi memberikan opsi sebagai berikut :

· Saya dapat menarik hasil pengembangan dana yang ada. Nilai tunai sesuai tahun saya memutuskan untuk berhenti. Tertera pada sertifikat polis yang diberikan pada saya. 

· Jika hasil pengembangan dana tidak ditarik, dana yang ada tetap dikembangkan paling lama hingga akhir masa asuransi

· Tidak diberikan santunan meninggal.
· Program Mitra cerdas dapat dipulihkan kembali dengan batas maksimal 2 (dua ) tahun. 

Apakah dana yang tertera pada polis dapat dijadikan Agunan?

Bisa! Polis yang bisa dijadikan agunan telah melewati masa 3 tahun, atau masuk tahun ke-4 program Mitra Cerdas.

Yah .... Meskipun saat ini saya bekerja menjadi buruh migran, setidaknya kelak anak-anak jangan sampai seperti saya. Putuskan generasi menjadi buruh. 

Saya orang yang ribet. Tetapi dari sini setidaknya saya tidak bakal meribetkan anak-anak kelak.

Sekian nyinyir saya hari ini. Sampai jumpa lagi besok. 😊




Selasa, 28 Juli 2015

Wanita Masa Kini Masa Gitu

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.49 0 komentar

Kemarin, ada teman curhat. Pacarnya hilang. Sejak Sabtu sore sampai Minggu siang, sama sekali tidak ada kabar. Padahal, sebelumnya tidak pernah ada kejadian seperti itu. Temanku panik. Pokoknya sudah seperti induk ayam yang kehilangan anak-anaknya. Aku kebagian menjadi penasehat yang sebenarnya tidak sehat-sehat amat. 😁

Pacarnya pamit menginap di rumah teman. Sementara, temannya itu sedang pergi ke luar kota. Nah, ini sudah tercium aroma tidak beres.

Laki-laki itu memiliki catatan buruk. Sepengetahuanku dari curhatan temanku itu, sebut saja Amel. Sebelum menjalin hubungan dengan Amel, dia (Ayok) masih memiliki ikatan dengan gadis, berasal satu kampung dengan Ayok. 

Suatu hari, Amel mendapat inbok dari seseorang yang mengaku pacaran sama Ayok. Amel pun memberanikan diri bertanya langsung. Ayok mengakui kesalahannya. Selama ini berbohong sama Amel. Pasca kejadian itu Amel dan Ayok tetap melanjutkan hubungan. Gadis yang satu kampung itu konon diputus. 

Nah, Sabtu sore kemarin ternyata Ayok kembali berulah. Setelah didesak dia mengakui bahwa dirinya berbohong perihal menginap di rumah teman. Dan dia juga mengaku menjalin hubungan dengan wanita lain (selain gadis sekampung dengannya). Rupanya, Amel adalah pacar kesekian dari Ayok. Amel menangis jejeritan. Sakit hati tentu saja. Dan ternyata, gadis di kampung halaman sana, belum resmi diputus. 

Bukan Ayok kalau tidak berhasil merayu Amel. Meyakinkan Amel bahwa dia segera melamar ke orangtuanya. Tetapi ke dua pacarnya masih dipelihara. Ayok berdalih mencari waktu yang tepat memutuskan ke duanya. Aduh Ayok kamu mah serakah amat. Sumpah demi leluhur, aku geram setengah mati sama Amel yang masih mau menerima Ayok. 😈

Logika Harus Dipakai Ketika Cinta Lebih Banyak Menguras Air Mata.

Dalam kasus percintaan (udah kek detektiv aja ngomongin kasus) sepertinya wanita lebih banyak menjadi korban. Mungkin ini karena harfiahnya, wanita lebih menggunakan perasaan, sementara laki-laki bertindak atas dasar nafsu. Logika. 

Wanita masa kini mana boleh selemah itu. Mentang-mentang cinta, malah membiarkan diri sendiri dijajah laki-laki. Ayolah! Wanita tidak hanya bisa menangis. Menerima begitu saja perlakuan buruk. Kalau almarhumah RA. Kartini sampai mengetahui perihal ini, beliau bangkit dari istirahat panjangnya. Jitakin si Amel yang tak bisa menjaga diri supaya jangan sampai diperlakukan tidak adil oleh laki-laki.

Wanita adalah pelindung bagi anak-anaknya kelak. Memperjuangkan kebahagian, pendidikan, serta memperjuangkan hal baik lainnya bagi keluarga. Aku pikir, wanita musti lebih kritis dan bijak sana. 

Kita sebagai makluk Tuhan, tentu harus bisa memaafkan kesalahan sesama manusia. Terlepas dari itu, pilihan untuk kembali menjalin hubungan terhadap pengkhianat, bagi saya sama saja bunuh diri. Bukan tidak mungkin laki-laki itu kembali berulah di kemudian hari. 

Baiklah. Tidak adil rasanya, berprasangka buruk pada hal yang belum terjadi. Namun bayangan wanita lain yang tidur seranjang dengan laki-laki yang kita kasihi, saya rasa itu lebih mengerikan dari apapun.

Bagaimana bisa dia melanjutkan hubungan dengan laki-laki yang notabene telah berbohong berkali-kali? Bagiku, lebih baik menjomblo dari pada memelihara laki-laki "lincah". Mungkin sulit memutuskan untuk meninggalkan laki-laki itu. Kembali lagi, pilihan ada pada diri sendiri. Orang lain hanya memberi gambaran sebab akibat dari pilihannya.

Berani jatuh cinta, tentu harus siap patah hati dan terluka. Namun tidak semua cinta melukai. Hanya saja, harus berhati-hati memilih laki-laki yang tepat dijadikan tambatan hati.

Isi Kepala Wanita Masa Kini Seharusnya Begini;

1. Sayangi diri sendiri sebelum menyayangi orang lain. 

Masa depan bukan terletak pada pasangan kita. Saat ini jika tidak bekerja, tidak bisa memenuhi kebutuhan diri sendiri, bukan? Malu kali jika masih minta-minta sama orangtua. Lagi pula, apa iya pasangan yang masih sebatas pacar itu bersedia menanggung seluruh biaya hidupmu? Jawabnya geleng-geleng kepala. (bukan dugem lho ...

2. Kebahagiaan itu tidak bersumber dari satu arah. 

Jangan takut kesepian karena tidak atau belum memiliki pasangan. Bersabarlah. Sibukkan diri dengan hal positif yang mana kelak akan menjadi nilai lebih bagi kita.

3. Cinta sekonyong-konyong sih, boleh. Tetapi jangan bego.

Cinta itu harusnya menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Mungkin ini klise. Tetapi, apa sih, nilai guna dari pacaran jika hanya mendatangkan air mata, coba telaah lebih lanjut! Pasanganmu itu manusia apa bawang bombai. Pacaran seharusnya menjadi penyemangat. Bukan mendatangkan kiamat lebih cepat.  Ketika mencium gelagat kurang baik dengan hubungan yang dijalani, lekas hentikan. Percayalah, di luar masih banyak pasangan yang bisa dijadikan pendamping. Dia untukmu. Dan kamu satu-satunya baginya.

Aku rasaasa cukup sampai di sini nyinyir hari ini. Sampai jumpa lagi. Besok ya. 😊






Senin, 27 Juli 2015

OMONG KOSONG PERIHAL ULANG TAHUN

Diposting oleh Rumah Kopi di 07.13 0 komentar



Aku pikir ada yang lebih penting dari pada memaknai bertambahnya usia dengan melakukan hal-hal tidak berguna, semisal merenung sejenak meraba ingatan atas pencapaian apa saja yang telah didapati selama ini?

Ulang tahun bukan perkara memejamkan mata mengucapkan permohonan di depan seloyang kue tart dan lilin yang membentuk angka mewakili jumlah usia. Tuhan tidak senaif itu yang lantas tertipu oleh ingar bingar kemeriahan pesta, gegas mengabulkan permohonan tadi.

Omong kosong tentang keinginan yang akan digenapi kelak, setelah lilin itu padam. Atau barangkali jika permohonan tersebut benar-benar dikabulkan, jangan berharap banyak sebab kautahu cahaya lilin terlalu lemah untuk itu. Lalu kenapa tidak mulai berpikir, mengganti lilin dengan obor di atas kue tart supaya keinginan-keinginan besar seperti memiliki Toyota Alphard bisa segera terealisasi.



Ulang tahun memang perkara sederhana, nisbi. Tidak ada yang boleh memaksa mengingat tanggal di mana seseorang di lahirkan. Namun tidak mesti menyepelekan begitu saja dengan dalih lupa ketika puluhan kali hal itu sudah disampaikan. Menengarai hubungan antar sesama entitas, 'lupa' memang tidak ada hukumnya. Sebuah pragmatis yang hakiki.

Ketika berhadapan dengan orang yang berkata bahwa dirinya 'lupa' sebaiknya mengalah saja. Mencoba menerima dari pada berdebat atau menjelaskan perkara sepele omong kosong tentang sebuah makna, karena itu sama halnya memukul tiang listrik menggunakan besi. Bunyi yang ditimbulkam dari perbutan itu sangat menyebalkan. Tetapi sialnya benda yang dipukul keras tadi tetap geming. Kokoh menjulang tinggi.

Lupakan tentang hal bodoh perihal ulang tahun. Lalu mulai mencoba menepis kebenaran dari artikel yang banyak mengendap di benak. Artikel tentang kriteria pasangan yang baik. Artikel ciri-ciri pasangan yang benar-benar saling mencintai. Di mana salah satu poinnya menyebutkan: Seseorang yang mencintai tidak akan melupakan hal penting yang berkaitan dengan pasanganya. Semisal, kapan hari ulang tahunnya.

Setiap manusia memiliki cara masing-masing dalam upaya menggenapi perasaannya. Satu dengan yang lainnya tentu berbeda. Jika selalu sama, barangkali kauperlu curiga bahwa dia adalah ciptaan perusahaan raksasa seperti Iphone atau Samsung. Pasangan yang mendampingi selama ini, bukan smart phone yang meskipun berbeda type dan merk tetapi fitur-nya rata-rata sama.

Tidak ada patokan tentang bagaimana caranya memperlakukan atau menunjukkan ketulusan seseorang dalam mengasihi. Sudahlah. Lupakan tentang omong kosong perihal ulang tahun. Siapkan maaf dan senyuman yang tidak terdapat di timeline. Jangan menjadi manusia bebal dengan merawat bibit dendam. 




Sabtu, 25 Juli 2015

PERAYAAN SAMPAH

Diposting oleh Rumah Kopi di 09.43 3 komentar
Membahas tentang disiplin berarti berbicara tentang sifat dasar manusia, yakni cenderung bermalas-malasan, ingin hidup seenaknya, mengikuti berbagai keinginan tidak mau mematuhi peraturan. *Itu sih, saya banget.*

Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita lakukan berulang-ulang dan terus menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. 

Sementara dalam KBBI, disiplin berarti: Melatih batin dan watak supaya mematuhi tata tertib.

Ngomong-ngomong tentang disiplin dan tata tertib, sepengamatan saya selama tinggal di Taiwan, masyarakatnya memiliki jiwa disiplin yang tinggi. Penerapan kedisiplinan diwujudkan melaui budaya antri yang sering kita jumpai dalam berbagai kesempatan. Bahkan, ketika menaiki elevator pun mereka rela mengantri. Ini pemandangan yang jarang saya jumpai di Indonesia. Tertib dan rapi.

   Poto by: Cris

Menurut saya, jiwa disiplin inilah yang berperan penting dalam kegiatan kemajuan industri serta perekonomian di Taiwan, sebab persaingan yang pasti tidak dapat dihindari dalam suatu perusahaan—dilakukan secara sehat. Tidak saling menjatuhkan. 

Di negara yang penduduknya sadar hukum, maka menerapkan ketertiban bukanlah pekerjaan yang merepotkan bagi aparat yang terkait. Mengenakan helm saat berkendaraan bermotor dengan dua spion tetap berada di tempatnya, adalah pemandangan sehari-hari yang bisa dijumpai di sini.

Selain itu, selama beberapa tahun di Taiwan saya belum pernah melihat, anak yang belum cukup usia (17 tahun) mengendarai sepeda motor. Tentu saja bukan karena tidak punya, melainkan sadar hukum karena memang peraturannya melarang mereka berkendara seperti sepeda motor sebelum usia 17. Hal ini kontras sekali dengan Indonesia. Anak kecil dibiarkan berkeliaran di jalan raya, dengan berboncengan sepeda motor kadang-kadang tidak hanya berdua. Melainkan bertiga. Nah lho, kalau terjaring razia mereka bakalan nangis jejeritan. Masih bagus hanya ketemu razia polisi, bagaimana jika sampai bertemu malaikat maut?

Kembali lagi, sebenarnya ketertiban dan kedisiplinan dibuat bukan ditujukan demi kebaikan pencetusnya, melainkan untuk demi kebaikan kita. Tetapi kenapa sih, susah sekali menerapkan hal itu dalam praktek kehidupan sehari-hari?

Membahas tentang disiplin, saya jadi ingat tentang fenomena tahunan menengarai perayaan kemenangan Iedul Fitri. Orang Indonesia nyampah di negeri antah berantah. *memalukan*



   Foto by: Lina

Jika definisi dari disiplin itu melatih mental dan watak supaya berperilaku baik, berarti mereka yang nyampah di TMS kemarin adalah orang-orang yang tidak terdidik, mentalnya buruk dan wataknya ndeso

Dewasa ini, saya rasa manusia memang mengalami kemunduran berperilaku. Seperti makluk berkaki empat. Makan dan minum di tempat lalu meninggalkan sampahnya begitu saja. Ya, kan kalau punya pikiran modern seharusnya malu kali nyampah di tempat umum. 

Dari beberapa orang yang ditemui, menyatakan bahwa di sana sulit sekali menemukan tempat pembuangan sampah. Jika alasannya karena jumlah tempat sampah yang terbatas, lantas kenapa bekas bungkus makanan serta botol bekas minuman tersebut tidak di bawa pulang atau minimal dibuang di tempat sampah di luar TMS. 

Di Taiwan, meskipun jumlah tempat sampah sedikit, tetapi kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan sudah tertanam dalam diri masing-masing. Buktinya, beberapa penjuru kota yang pernah saya datangi nampak bersih dan rapi. Terus kalian yang hanya pendatang, apa tidak malu menunjukkan mental buruk anti mematuhi peraturan yang berlaku di negeri orang. Yakali, boleh sembarangan nyampah kalau itu dilakukan di rumah masing-masing. Tidak akan merusak pemandangan bagi orang lain.

    Kawasan industry di Tucheng

Kalian sadar kan kalau di sini pendatang. Harusnya turut menjaga nama baik Indonesia dan menghormati tuan rumah yang notabene tempat kalian mengadu nasib. Saya rasa dari tahun ke tahun, belum ada perubahan. Setiap lebaran mesti nyampah. Perilaku kalian seperti orang bar-bar. Dan jangan sampai momen hari raya yang suci diindentikkan dengan lautan sampah atau lebaran sampah--oleh penduduk lokal.

Tentu saja perkara yang sulit jika mengubah kebiasaan buruk yang telah menganak pinak, pada masyarakat luas. Tetapi hal itu masih bisa diatasi jika masing-masing dari kita sadar diri. Sadar betapa pentingnya mematuhi ketertiban. Berdisiplin. Dengan begitu, paling tidak berkuranglah satu dua orang yang bermental buruk. 

Taipe 25 Juli 2015


Rabu, 15 Juli 2015

TIDAK MUDIK TETAP ASYIK

Diposting oleh Rumah Kopi di 12.00 15 komentar
Beberapa hari ini, saya sengaja log out dari akun FB. Alasan utamanya adalah mudik. Bukan saya sibuk mempersiapkan ritual mudik. Saya sedang malas ketika membuka beranda, membaca status teman-teman yang tak jauh dari kegiatan pulang ke kampung halaman. Bukan masalah mudiknya, melainkan mengenai hal lain yang sedikit berlebihan menengarai peristiwa tahunan itu. Yah, mungkin saya memang jealous. Bukan hanya mungkin, memang iya. Saya cemburu. Entah sudah berapa kali lebaran, saya tidak bisa merayakan bersama keluarga?

Alasan ke dua malas buka FB adalah status berdarah-darah penghuni dunia maya yang notabene para perantau itu, membuat saya kesyeelll setengah tiang. Yah, itu sih hak mereka untuk mengekpresikan kesedihannya karena tidak bisa pulang merayakan lebaran. Tetapi, mbok ya yang biasa saja. Tidak usah pakai banjir air mata segala. (dosa nggak sih, nyiyirin orang ke gini*emot bertanya-tanya*)
Paling kesel juga kalau ada yang bertanya di inbok, “Nggak pulang ya? Apa nggak pengen gitu, lebaran di rumah? Betah sekali tinggal di negeri orang?”

Hallo! Siapa juga yang betah jauh dari orang-orang tercinta. Tetapi ada yang lebih penting dari itu. Saya bertahan di sini bukan karena betah. Melainkan butuh. Sampai kapan pun keluarga tetap menunggu saya ketika saya pergi, tetapi masa depan cemerlang tidak bisa datang sendiri tanpa dijemput. (sok bijak banget T_T)

Kembali ke topik mudik. Tiga tahun lalu, planning saya 2015 ini bisa merayakan lebaran di rumah. Kontrak kerja saya selesai dan kebetulan kuliahnya sedang libur. Tetapi, itu hanya ekpektasi saya. Kenyataannya, saya harus pulang sebelum kontrak kerja selesai, memperpanjang visa. Setahun lebih awal. Jadi, hangus deh impian bisa merayakan lebaran di tengah keluarga.

Lebih dari itu, saya sendiri menyadari bahwa inilah konsekuensi dari apa yang telah saya pilih. Seperti berdagang, kalau tidak untung ya rugi. Namun, kerugian di sini bukanlah dimaknai dengan hilangnya sejumlah materi. Sedangkan keuntungannya, juga bukan melulu berwujud harta. (mesti ora mudeng to … ndak usah panic sik tak jelasne)

Jadi begini, ketika saya memutuskan untuk meninggalkan keluarga yang memberikan kehangatan dan perlindungan (kek iklan apa ya, kehangatan dan perlindungan …. Rexona, bukan?) sejak saat itu saya sudah memikirkan resiko apa saja yang akan menghampiri. Salah satunya, rasa sedih ketika menyambut puasa dan juga lebaran jauh dari orangtua serta saudara-saudara saya. Wajar sih, semua orang yang merantau juga akan mengalami hal ini. Kehilangan momen-momen seru dimana biasanya saya paling rempong bareng Ibu ngurusi semua hal. Dari baju yang akan dipakai Bapak, Nenek, serta anak-anak. Masakan apa yang akan dihidangkan di hari pertama (kalau untuk urusan ini biasanya saya cuma pesen doang, minta dimasakin apa gitu dan chef-nya ya, Nenek sama Ibu).  




Tetapi, ada kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan apa pun. Senang sekali rasanya ketika jerih payah saya bisa dinikmati oleh anggota keluarga di rumah. Terutama anak-anak yang jumlahnya sekompi. Tahun ini Allah sedang memberi ujian pada Tante. Ia jatuh dari lantai dua rumahnya. Tulangnya patah. Entah di bagian yang mana saja. Yang jelas, Tante tidak bisa berjalan. Hari-hari hanya duduk di kursi roda. Meskipun ada harapan bisa kembali berjalan, namun tidak normal seperti dulu. Puluhan juta sudah dikeluarkan oleh Om demi memulihkan keadaan isterinya sampai-sampai tidak mampu lagi sekadar membelikan baju baru untuk anak-anaknya.



Lebaran tidak musti memakai baju baru. Sayangnya statement itu tidak masuk dalam logika anak-anak. Rizky, keponakan saya yang sudah SMP mungkin bisa memaklumi keadaan orangtuanya. Meskipun dalam hati ia juga menginginkan baju baru sebagai tanda lebaran, namun ia hanya diam. Keponakan saya yang itu memang penurut. Lain lagi dengan adiknya yang masih kelas 1 SD. Anak sekecil itu tahunya ada. Baiklah! Saya mengambil alih peranan kecil itu. Dengan uang dari saya, Ibu membawa anak-anak belanja baju. Mereka antusias sekali, kata Ibu. Saking antusiasnya ngebet sama salah satu baju muslim, Raysa yang berumur 7 tahun, gulung-gulung dan tentu tak ketinggalan nangis jejeritan ketika baju yang ia sukai tidak ada size yang pas dengannya. Masih dari kata Ibu, orang-orang setoko menatapnya dengan bertanya-tanya. Memalukan sekali. T_T



Tidak harus mudik untuk turut serta merasakan kegembiraan keluarga. (ini ucapan paling klasik untuk menghibur diri sendiri). Ketika baju anak-anak sudah terbeli, kue-kue di rumah sudah siap, uang kertas seribuan lima ribuan sudah disiapkan, ucapan terima kasih dari keluarga saya atas hal kecil yang saya lakukan untuk mereka, adalah hadiah lebaran yang menyenangkan. Saya juga bisa menikmati perayaan di hari kemenangan dengan cara saya. Mengapa mesti bersedih! Nikmati saja. Hidup akan lebih berwarna karena adanya banyak cerita.

SELAMAT MENYAMBUT LEBARAN. MINAL AIDZIN WALFAIDZIN. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.

TOLONG JANGAN ADA KALENG BISKUIT BERISI KERUPUK DI ANTARA KITA. ^_^

Kamis, 09 Juli 2015

Tidak berbahaya Tetapi Menyusahkan

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.29 2 komentar




Untuk menangani penyakit pasiennya, seorang dokter ahli sekali pun mesti tahu tentang keluhan pasiean. Mengamati gejala, memahami permasalahan yang dirasai. Dengan begitu, tahu langkah atau tindakan  apa yang harus dilakukan. Obat apa yang mesti disediakan. 

Seorang panglima perang, sebelum maju ke medan pertempuran, butuh mempelajari kakuatan lawan dan lain sebagainya. Itu merupakan upaya supaya bisa menaklukkan musuh.

Begitu pula suatu hubungan. Tidak akan pernah bisa berjalan mulus jika ke duanya tidak berusaha saling memahami karakter dan kebutuhan jiwa satu dengan yang lainnya.


Sedikit tentang kepribadian temperamental. 

Judul Bab di buku ini: 

Hati-hati dengan kepribadian temperamental 

(byYusuf Al-Uqshari).

Kepribadian yang temperamental atau orang yang mempunyai sifat temperamental adalah sebuah kepribadian yang sama sekali berbeda dengan orang yang emosional atau pemarah. Meskipun secara sekilas dalam pandangan orang banyak ada hubungan yang menyatukan mereka, tetapi jika ditinjau realitasnya dan secara ilmu psikologi, bukan seperti itu realitasnya.

Kepribadian yang temperamental juga bukan kepribadian yang sensitif. Dan, bagi setiap kepribadian ada ciri-ciri tertentu dan sisi-sisi tertentu yang membedakannya dengan kepribadian yang lain. Kepribadian yang temperamental adalah kepribadian yang ketika kita berinteraksi dengannya kita harus bersikap hati-hati. Orang yang temperamental bisa menjadi orang yang mudah marah, tidak sabar, emosional, dan sensitif, mempunyai hati yang keras, perasaannya kering, keras kepala, mudah meledakkan amarahnya karena hal yang sepele. Sikap temperamentalnya muncul tanpa dikehendaki, karena temperamental bersambung dengan aliran emosi yang mengeluarkan cairan saraf yang berada di otak bagian tengah. Lalu manakala otak menangkap pengaruh tertentu, maka pengaruhnya itu berjalan di dalam tubuh melalui aliran emosi dengan cara yang tidak dapat dikendalikan melalui gerakan yang cepat atau melalui perasaan. Dalam realitasnya, temperamen dapat dikategorikan sebagai sebuah ungkapan perasaan. Kami tegaskan bahwa orang yang mempunyai sifat temperamental tentu saja mempunyai jiwa yang sensitif, tetapi orang yang sensitif tidak mesti temperamental. Hal ini menegaskan adanya perbedaan kedua sifat tersebut.

Orang yang memiliki kepribadian temperamental dapat dikenali dengan mengetahui ciri-ciri utamanya. Ciri-ciri paling utama adalah mereka lebih mudah terpancing dengan segala sesuatu, bahkan hal-hal yang sepele. Mereka langsung gelisah ketika menghadapi sesuatu yang sebenarnya mereka ketahui bahwa itu tidak ada kepentingannya sama sekali. Mereka selalu menggunakan ungkapan-ungkapan yang keras seperti mengerikan, menakutkan, luar biasa, aku benci, aku cinta, aku melakukan, dengan dibarengi semangat tinggi.

Bisa jadi kita saksikan mereka meloncat secara tiba-tiba ketika mendengar suara yang tidak biasa atau jika mendengar ada orang yang memanggil mereka dengan suara yang mengagetkan (termasuk suara petir, gemuruh, dll yang mengagetkan). Ketika mereka sedang benar-benar marah, terkadang mereka merasakan sedikit kelumpuhan yang menjadikan mereka tidak mampu untuk  mengetahui apa yang mereka katakan dan mereka lakukan. Dan,mood mereka selalu berubah dengan cepat bahkan tanpa adanya sebab, berubah dari keadaan gembira kepada keadaan sedih/depresi, atau sebaliknya. Pikiran mereka selalu disibukkan dengan berbagai perkara yang tidak ada manfaatnya dan dengan berbagai kecurigaan dan ketakutan yang menyebabkan mereka tidak tenang.

Kata-kata yang dapat mewakili sifat-sifat orang yang temperamental adalah mudah marah, cepat terpancing, egois, tidak sabar, mempunyai mood yang selalu berubah, juga selalu gelisah dan selalu berimajinasi. Mereka menginginkan mempunyai sikap yang stabil akibat apa yang mereka rasakan (–> jadi orang temperamen itu capek, sudah tau nggak baik tetap tanpa sadar seperti itu, ingin berubah, menahan diri tapi kalau sedang lupa ya selalu berulang…. T.T). Mereka merasa gelisah dan tidak tenang dengan berbagai perasaan yang mereka alami, meskipun perubahan tersebut berupa berubahnya tempat kerja karena naik jabatan, atau pindah ke tempat yang lebih bagus, prestasi dan atau yang semisalnya.

Orang yang mempunyai jiwa temperamental juga cepat berubah warna  mukanya. Apabila mereka menghadapi sesuatu persoalan yang membuat mereka tidak tenang, maka secara tiba-tiba wajah orang-orang ini berubah dari putih menjadi merah secara tiba-tiba. Tangan mereka menjadi dingin atau berkeringat. Mereka mudah merasa jengkel dan terpengaruh jika mendapatkan kritikan atau teguran yang negatif. Mereka selalu tidak merasa sabar dan mudah terpancing. Berdasarkan pengetahuan tentang dimensi kepribadian orang-orang temperamental, maka kita harus berinteraksi secara hati-hati dan sensitif dengan mereka. Jangan sampai kita melontarkan kritikan atau membuat mereka terluka, bahkan jangan sampai memberikan teguran secara frontal pada mereka.

Jangan sampai kita mengejutkan mereka meskipun itu kabar gembira. Kita harus menggunakan cara yang bertahap dalam memberikan informasi kepada mereka tentang suatu perkara, betapapun kecilnya informasi tersebut. Kita harus memperkirakan reaksi mereka yang cepat pada suatu perkara yang sebenarnya tidak pantas untuk mendapatkan reaksi. Dan, kita biarkan mereka mengungkapkan pendapat mereka dengan metode dan cara mereka tanpa kita berikan interupsi atau kita tunjukkan ketidakpedulian kita terhadap pendapat mereka. Bahkan sebaliknya, kita harusmembuat mereka merasa bahwa kita menghargai diri dan keberadaan mereka.

Kita jauhkan mereka dari berbagai faktor yang sensitif, baik yang positif maupun yang negatif. Kita harus menghormati ketika mereka marah, bagaimanapun konyolnya bentuk kemarahan itu. Jika kita terpaksa harus meluruskan mereka, maka kita harus melakukannya dengan cara yang tenang yang berlandaskan dengan metode yang meyakinkan (misalnya berulang kali menyatakan bahwa kita menyayangi mereka, kita peduli akan mereka. Meski hal ini sangat melelahkan dan tidak penting buat kita) . Jika tidak begitu, maka persoalan ini akan berakhir pada perseteruan yang terjadi lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Oleh karena kepribadian yang temperamental ini dalam kebanyakan kondisi tidak dapat menyadari apa yang harus dia katakan dan dia lakukan.

Dibuka Biar Pada Tahu

Diposting oleh Rumah Kopi di 07.13 0 komentar

Sengaja nampang pakai kaos ini. Seingat saya kemarin ada yang nanya apa lanjutan tulisan di kaos saya. Saya menyimpulkan bahwa pertanyaan itu muncul dari pikiran yang mengarah negatif. Kalau salah ya, minta maaf. Mungkin ada yang mengira lanjutan di bawahnya *asu*. Yeee Anda keliru. Lanjutannya sih begitu. Yang setengah-setengah malah bikin penasaran, memang. 


LGBT apaan sih? Jujur saja pertama kali  saya menemukan postingan Mas Arman Dhani di salah satu sosmed waktu itu, tanpa membacanya lebih lanjut, dengan rasa PD tingkat halilintar saya menyimpulkan bahwa LGBT itu singkatan dari lagi bete! *Omaigat tutup muka pake duit seratus ribu*

Eh, tapi mungkin mereka yang penyuka sesama jenis, memang lagi bete gitu dengan kehidupannya selama ini. Sakit hati karena diselingkuhi lawan jenis, misalnya--akhirnya memutuskan pindah jalur. Memilih berpasangan dengan kaum sejenis. *ngawur*

Saya memang rada-rada kurang up date tentang berita yang lagi hangat dibicarakan di sosial media. Maklum sebagai tenaga kerja, tentu saja saya musti profesional dengan tugas-tugas saya karena dari situlah saya digaji. Jadi, sedikit ketinggalan berita yang tidak penting amat, ya tak apalah. *ngeles padahal biasanya kerja sambil baca novel haha*

Saya sih tidak ambil pusing dengan apa yang dilakukan orang lain, selagi hal itu tidak merugikan saya. Mereka mau jungkir balik dari menara juga terserah. Mau LGBT disahkan atau dilarang, tetap saja Ibu-Bapak saya kelaparan kalau saya tidak bekerja. yawes kono kono.

Eh tetapi ada banyak hal yang mengusik tentang pemberitaan itu. Ya, tentang si lagi bete tadi. Salah satunya; Kecelakaan yang terjadi baru-baru ini malah dikait-kaitkan dengan pengesahan kaum lagi bete

Sempat geram juga sih, membaca postingan ngawir ngawur yang betebaran di beranda saya. *siapa suruh baca kek begituan. aduh* 


Pasti pada tahu kan berita ini? Yap! Musibah yang terjadi pada pesta tahunan yang diadakan pada musim panas ini pun, tak luput menjadi sesuatu yang menghebohkan. 'RATUSAN ORANG TERPANGGANG SAAT PERAYAAN PESTA GAY'.

Berita Hoax

Sejumlah media online yang melaporkan berita kebakaran ini juga banyak yang menyebutkan bahwa acara pesta “Color Play Asia” ini merupakan pesta gay. Sejumlah media luar negeri seperti Natural News, WND.com, ChristianSingapore.com, hingga media online dalam negeri turut menyebut kebakaran terjadi pada acara pesta gay.

Padahal, sejatinya Color Play Asia adalah sebuah perayaan yang terinspirasi oleh festival agama Hindu. Seperti dikutip dari Wikipedia, acara ini juga biasa disebut ‘Holi’ atau ‘Festival Warna’ yang kerap dirayakan di Nepal dan India.

Perayaan “Color Play Asia” di Taiwan dirayakan pertama kalinya pada bulan Agustus 2013 di Sizihwan, Kaohsiung City.

Ditengarai, dugaan bahwa Color Play Asia ini merupakan pesta gay karena mirip dengan simbol kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) berupa pelangi. 

(Sumber: Dailynews)


Dan yang paling menyebalkan, salah seorang facebooker yang saya kenal dari salah satu group kepenulisan (kami sama-sama member) yang notabene lulusan Sarjana Sastra Inggris, ikut-ikutan menyebarkan berita bodoh ini. 

Orang bodoh yang taat pada Allah tidak masuk neraka sih, katanya. Orang pinter akan terlihat bodoh jika menyebarkan suatu hal yang keliru. Kenapa tidak mengecek kebenarannya? Apa kalau menemukan salah satu judul artikel heboh seperti itu langsung ditelan mentah-mentah ya? Buru-buru dibagikan pada seluruh alam supaya dia terlihat up to date.

Filosofi Matematika

Pernah tudak, Anda berpikir ....
1. Mengapa PLUS di kali PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali PLUS atau sebaliknya
PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali MINUS hasilnya PLUS?

Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH

1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
+ x + = +

2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya :
+ x – = –
– x + = –

3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
– x – = +

*seperti itu* 

Diam bukan berarti tidak tahu apa-apa? Malah aman lho menurut saya begitu.Daripada ikut-ikutan menyebarkan berita salah justru kelihatan begonya tahu.








Rabu, 01 Juli 2015

Akhirnya Aku Melepasmu

Diposting oleh Rumah Kopi di 11.23 0 komentar





"Aku pergi ke gunung," pamitnya.


"Hati-hati. Dan ingat, harus pulang dengan selamat," balasku dengan senyum penuh keiklasan melepasnya tanpa beban.


Aku pikir, manusia tidak bisa dikatakan mencintai dengan tulus jika hatinya masih dipenuhi dengan prasangka buruk. Seperti dengung nyamuk yang mencari darah segar di antara bau keringat, suaranya lebih mengganggu dari pada hisapan itu. Begitu pula, tuduhan yang tidak beralasan dan teriakan caci maki ketika emosi, sesungguhnya bisa mematikan ikatan hati. Maka melepas kepergianmu adalah wujud dari rasa cinta.

Bintang-bintang dalam suatu rasi sebenarnya tidak terletak berdekatan seperti yang kita lihat dari bumi. Satu bintang dengan bintang lainnya dalam suatu rasi dapat terpisah jutaan tahun cahaya dan sebenarnya tidak punya urusan antara satu dengan yang lainnya.

Sebagian bintang tidak dapat dilihat oleh sebagian orang di wilayah tertentu di bumi ini. Polaris yang letaknya dekat dengan kutub utara contohnya, tidak dapat dilihat oleh orang-orang di benua Australia. Crux atau bintang salib selatan adalah satu contoh bintang di belahan langit selatan yang tidak dapat dilihat dari Inggris di belahan bumi utara. Langit malam dengan rasi-rasi bintangnya yang kita lihat dari tempat kita di Indonesia tentunya berbeda dengan langit malam yang dilihat di Belanda.

Tiap bintang memiliki karakteristik masing-masing walau berada di kelompok rasi yang sama. Dapat berupa bintang tunggal, ganda, bahkan majemuk. Sama dengan manusia, bintang-bintang pun berevolusi. Bintang yang kita lihat tidak kita sadari tengah mengalami proses evolusi, misalnya pada tahap awal hidupnya.

Sebenarnya aku tidak sedang ingin membahas tentang rasi bintang. Hanya saja, sedikit gambaran bahwa setiap manusia sama dengan bintang-bintang tersebut, memiliki keunikan masing-masing. Kelebihan atau kekurangan pasangan, hanya bisa dipahami oleh orang terdekatnya. 

Hidup itu berproses. Kita tidak bisa memfonis seseorang dengan dalih apa pun hanya lantaran satu atau dua kesalahan. Misalnya, sekali orang itu tertangkap tangan sedang mengambil sesuatu milik orang lain, bukan berarti selamanya ia bisa disebut sebagai maling. 

Apa yang lebih menyebalkan dari pada dicurigai oleh pasangan? Dan siapa yang lebih mengerti keluh kesahnya jika bukan seseorang yang setiap hari mengenalnya secara dekat lewat komunikasi yang baik. Kepercayaan adalah harga mati dari sebuah hubungan. Kekhawatiran itu hanya ada pada orang yang pesimis akan kelebihan dalam dirinya. Bahwa ia layak dipertahankan. Bahwa ia layak dijaga dengan baik dengan begitu ia percaya bahwa tidak ada yang bisa merebut posisinya jika memang seseorang itu ditakdirkan untuknya. Sesederhana itu.

Polaris. Aku mengenalnya sebagai bintang harapan. Bintang yang memiliki kekuatan cahaya 6 kali lebih terang dari matahari. Sementara, Orion atau bintang barat. Bintang pemburu yang kemunculannya dimaknai sebagai penanda musim panen tiba. 

Selain keunikan masing-masing, setiap manusia juga memiliki jalan hidup yang tidak pernah sama. Cerita serupa pun belum tentu memiliki akhir yang sama. Ayolah! Tidak perlu mencampuri urusan hidup orang lain yang toh tidak merugikan siapa-siapa jika hal itu dijalani. 

*

Manusia sering kali mempersulit dirinya dengan hal-hal yang absurd. Seperti, memaksa pasangan mengingat hari jadian. Hari ulang tahun. Hari di mana gigi sedang tumbuh. Dan entah apa lagi? 


"Ulangtahun besok, belikan aku hadiah," pintaku suatu hari. 

Oh! Ayolah! Aku pikir, adalah hal konyol jika untuk memaknai hari jadian atau peristiwa ulang tahun, serta sederetan peristiwa lainnya, seseorang meminta ini itu. Bukankah keberadaannya setiap hari, dengan ketulusan dalam menyayangi, mensuport, memperhatikan, serta usaha mati-matian yang lainnya demi menjaga perasaan orang terdekatnya itu, merupakan hadiah yang tidak bisa ditukar dengan benda apa pun? 

Lain halanya jika ia berinisiatif memberikannya tanpa dipaksa. Diminta.

Barangkali kalian mentertawakan hal ini. Atau kamu pun mecibirnya dan malah berpikir aneh. Munafik. Tetapi, coba saja berpikir dewasa, bagaimana bisa memperingati hari jadian tanpa adanya kebersamaan yang menyenangkan setiap hari? Bagaimana bisa merayakan ulang tahun berdua, jika kita tidak pernah bersama sebelumnya? Masih bingung dengan penjelasan itu? Oh, ayolah sedikit berpikir kritis. 

Kebahagiaan yang dirasai setiap hari, itulah hadiah terindah yang lebih disyukuri. Atau kalian mau barter? Menerima hadiah di hari istimewa, tetapi hari-hari dipenuhi ribut tanpa henti? Oh, tidak! Tidak! 

Tidak mudah membuang kebiasaan buruk. Tetapi, demi kenyamanan dalam menjalani suatu hubungan, sedikit demi sedikit keegoisan itu luluh. Melebur. Karena cinta  seharusnya bukan menuntut mendapatkan perlakuan terbaik, melainkan memberikan perlakuan yang terbaik. Jika tidak seperti itu, berarti sebenarnya bukan sedang mencintai. Melainkan terobsesi.


Aku pikir, tidak perlu minum minyak hati ikan hiu supaya setaminaku bisa bertahan lebih lama beberapa jam dari biasa. Bawa Yiruma kemari. Suruh dia memainkan lagu 'Kiss The Rain' atau 'River Flows In You' kesukaanku. Mungkin setelah ketukan ke enam, perasaanku lebih tenang.

Tak ada yang perlu dikhawtirkan. Meskipun jantungku tidak sehebat jantung penyu hijau yang masih dan terus berdetak hingga empat jam setelah tubuhnya dicincang, setidaknya aku juga lebih baik dari momisa pudica atau biasa dikenal dengan sebutan putri malu. Aku tahu ini dan kau harus paham itu. 

Semesta lebih tahu apa yang paling tepat bagi anak-anak ibu. Kita dihadapkan pada satu titik masa sulit dari berbagai hal baik, di situlah letak penyeimbang, harmonisasi kehidupan supaya aku dan juga kau tidak lupa adanya Tuhan.

Kita tidak akan pulang dengan mamanggul kekalahan. Menertawakan nasib yang gagal diperjuangkan. Pada dasarnya kopi itu pahit, bukan? Tetapi semua menjadi berbeda ketika aku mencampurnya dengan susu segar yang yang baru dikeluarkan dari kulkas, ke dalam kopi mendidih dengan sedikit karamel yang mampu menghadirkan sensasi legit pada setiap tegukannya. 

Hidup ini hanyalah perkara bagaimana menyikapinya. Kita akan dihadapkan pada berbagai persoalan pelik menguras emosi, supaya hati menjadi lebih lembut. Terampil meluruskan benang kusut kemudian perlahan dirajut sehingga purnalah menjadi sesuatu yang lebih berguna.

Taipe, 1 Juli 2015

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting