Minggu, 23 November 2014

Diposting oleh Rumah Kopi di 11.09
                                       KITA

Kita adalah bara api yang sama-sama memiliki kekuatan besar untuk saling menghanguskan. Karaktermu begitu kuat. Sedangkan mungkin daya tarik yang ada padaku (bukan fisik) mampu mengikatmu lama bertahan. 

Kita saling …. Ah! Kurasa kita tidak saling mencintai. Hanya pernah jatuh hati saat awal bertemu. Kau begitu menggebu-gebu. Dan aku sempat risih atas perilakumu itu. Aku bukannya menyombongkan diri tetapi aku mengenali diriku. Aku tahu ada benteng yang menjulang tinggi—kau tidak mampu memanjatnya, menurutku. Maka dari itu aku meragu. Membatasi diriku. Dan ternyata kau memang memiliki karakter begitu kuat terus meringsek merobohkan pertahananku.
Sialnya ketika kau sampai pada puncak tertinggi dan mendapatkan hatiku seluruhnya, justru kau sudah kehabisan tenaga. Kau yang dulu aku kagumi pergi entah kemana? Perlahan aku hanya mendapati ruang kosong. Gelap. Pengap. Kau yang dulu penuh warna dan selalu hadir dengan kesejukan itu lesap. Lenyap. Bisa jadi hal tersebut aku yang menyebabkanny. Entah?! Aku seperti setan kelaparan mencari-cari sumber kehidupan tetapi benar-hbenar tak kudapati darimu. Kau sudah lebih dulu mati. Mati. Mati. Hatimu mati.

Kau tersiksa dan aku terluka. Kita sudah lama tidak saling cinta, namun kita memaksa bertahan. Bukan demi sesuatu tetapi mungkin saja menyayangkan kebersamaan yang telah kita lewati selama setahun ini hilang begitu saja.
Kau dan aku tidak bahagia. Kau berusa namun upayamu tidak diikuti niat yang sungguh. Maka yang ada sehari kita adem ayem—enam hari kita berantem. Dan apa kau lupa dari dulu aku memang type orang yang tidak menyukai keramaian. Dunia kita berbeda.

Aku merindukanmu yang dulu. Aku terus berusaha bertahan dan mencoba menemukan. Kautahu itu menyakitkan. Aku lelah. Lagi pula kautidak pernah benar-benar memahamiku. Aku tidak menyalahkanmu. Yang aku tahu kau type orang “malas” ribet—tentu saja itu wajar. Hidupmu seperti jarum jam yang bergerak dengan tempo sama pada tempat yang sama pula. Kau bilang bosan dengan keadaan. Kau saja bosan dengan keadaanmu bagaimana dengan orang-orang di sekitarmu, aku? Kau sendiri tidak beritikad keluar dari lingkaran itu. Maka dari situ aku turut lelah bersamamu. Usahaku kau abaikan. Niatku tidak kau hiraukan. Kau menuntut untuk dimengerti tanpa memahami apa yang dibutuhkan untuk mempertahankan hubungan ini. 

Berakhirlah jika memang jalannya begini. Aku mengiklaskan atas apa yang terjadi di antara kita. Aku memaafkan atas perlakuan burukmu terhadapku. Begitu pula maafkan atas kesalahanku. 


0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting