Senin, 08 Desember 2014

Desember Rain

Diposting oleh Rumah Kopi di 14.21

Hai, Lalaland! Ketemu lagi di musim dingin. Oh iya, ada banyak hal yang ingin kuceritakan padamu. Banyak sekali, kautahu! Sebelumnya, aku akan menceritakan suasana kotaku siang ini. Matahari bersembunyi di balik awan. Tentu saja begitu, sebab sedari pagi gerimis tipis mengungkung kota. Musim dingin yang lengkap. Kotaku muram. Semoga hatimu dan hatiku tidak begitu.

Lalaland, di awal bulan november, tepatnya tanggal 7 hubungan yang telah aku jalin setahun ini kandas. Banyak hal yang menjadi pemicu. Kurasa semuanya tidak perlu dibahas. Saat ini yang terpenting adalah bagaimana bertahan lalu bangkit dari keterpurukan. Luka ini terjadi di hatiku. Sudah jelas, hanya aku yang bisa mengobatinya.

Awalnya aku tidak mampu berpikir jernih. Sejak kejadian itu air mata berderai-derai, kautahu? Dan itu adalah gambaran perasaanku yang tengah terluka. Dalam sekali. Ah, mungkin juga tidak terlalu dalam.

Tuhan telah mengambil seseorang yang datang padaku tanpa kuundang. Lalu, atas kuasaNya seseorang itu pergi. Dia tidak menyakitiku. Kami memang tidak bia menyatu. Dan aku terus merangkak naik kepermukaan setelah air mata yang tertumpah, hampir saja menenggelamkan diriku.

Aku mencari makna atas apa yang sebenarnya terjadi? Hal buruk apa yang akan menimpa ketika memaksa bersama? Kebahagiaan seperti apa yang akan menghampiri ketika aku berani melepas rasa sakit yang membelitku! Ya, tentu saja aku sakit sebab aku terlalu banyak berharap. Mimpiku terlalu jauh. Dan ketika semua musnah, aku hampir saja linglung.

Lalaland, Tuhan selalu baik. Ketika Dia mengambil seseorang itu, segera Dia menggantikannya dengan orang baru. Tentu saja dia tak kalah hebat dengan orang yang telah keluar dari hatiku. Bahkan lebih hebat. Kemarin, tepat pasca satu bulan aku berpisah dengan mantan kekasih itu, kami bertemu. Maksudku aku bertemu dengan Mase. Sebut saja begitu.

Dia bukan sosok sederhana. Dia pribadi yang emm ... Sulit dijelaskan. Aku rasa, dia sangat menikmati hidupnya. Seleranya tinggi. Wawasan dan pengalamannya luas. Usianya terpaut beberapa tahun diatasku. Dia humoris. Kadang bercandanya membuatku kesal. Tetap saja itu menenangkan. Dihadapannya, sungguh aku tidak memiliki kesempatan untuk merajuk. Marah. Lebay. Dia mampu membuatku takluk. Dalam artian, sekali dia berucap aku lekas mematuhinya. Dia seseorang yang sangat perhatian. Pengertian. Tapi, moody. Oh, tidak! Ini PR terberat yang harus aku selesaikan. Aku juga moody. Dan bagaimana jadinya jika kami berdua berada dalam titik itu.

Ayolah! Jalani saja dulu. Kali ini aku tidak berani berharap banyak. Biarkan saja semuanya mengalir seperti air yang pasti akan bermuara nantinya. Aku tidak mampu membatasi seberapa besarkah aku menaruh hati padanya? Tetapi aku harus bisa mengedalikan sikapku yang tidak perlu selalu tergantung padanya.

Aku harus terus bersemangat! Aku harus bahagia dengan atau tanpa seseorang yang spesial. Jodoh itu sudah diatur. Dan usahaku mendekatkan diri denganNya dengan Mase, bukankah itu suatu bentuk usaha menjemput jodoh?

Laland, perjalananku masih panjang. Menyelesaikan kuliah. Membahagiakan orangtua. Menabung. Sementara tujuan hidupku hanya itu. Tentang pendampingku kelak, aku pasrahkan pada Dzat Yang Maha membolak balikkan hati.

Saat ini sementara seperti ini saja dulu. Aku tidak mau terjatuh terlalu dalam. Saat ini biarkan saja semua seperti ini karena hatiku juga butuh istirahat. Eh, apakah ini perasaanku saja atau memang beginilah yang terjadi? Kurasa setelah pertemuan kemarin, Mase berubah. Ah! Tidak! Aku terlalu sensitif. Sikapnya bukankah sama seperti biasa? Emmm .... Tetapi, biasanya dia hangat memanggilku ‘sayang’! Kenapa hari ini sama sekali tidak kudengar panggilan itu?

Oh, semoga ini hanya perasaanku saja. Semoga dia tidak berubah. Sama seperti yang kukenal dulu. Semoga.

Taipe, 8 Desember 2014

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting