Rabu, 06 Agustus 2014

Ceritaku Pagi Ini

Diposting oleh Rumah Kopi di 10.27

Selamat pagi, Dunia. Eh, udah jam 11 ding, mana bisa disebut pagi! What ever lah. Selamat menjalankan aktivitas, deh ... Semoga hari ini membawa berkah untuk kita semua. Aamiin.

Hei, Lalaland. Bagaimana kabarmu? Sudah berapa lama ya, aku tidak pernah menyapamu, mengukir cerita di sini. Sibuk dengan urusan yang sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan. Lalaland, aku ingin mengungkap suatu kejujuran padamu. Hanya kamu yang bisa kujadikan tumpahan segala penat di hati.

Lalaland, aku jenuh. Sebenarnya hatiku nyeri. Aku sungguh ingin menghapus hal bodoh yang masih saja mengganggu pikiranku. Tentang Dia! Dia! Dia!
Aku masih menyimpan sebuah pertanyaan. Sejujurnya hatiku tidak bisa semudah itu melupakan. Hanya berusaha membuat keadaan jauh lebih aman. Maka aku memilih diam.

Hati tidak bisa dibohongi. Ucapan yang lembut mendayu sekalipun tidak mampu membuatku tenang. Aku butuh waktu. Ingin mencari kedamaian sendiri. Biar detik yang terus berlalu menguraikan semua rasa. Mempersatukan kembali hati yang memang saling menyayangi. Aku tidak boleh egois karena masalaluku juga tidak lebih baik darinya. Hanya saja, aku belum bisa menerima semuanya. Ini menyedihkan.

Ah, aku memang egois. Tidak bercermin betapa diriku ini penuh bercak dosa. Betapa pun dia salah, tetapi kesalahan itu tidak terlepas dariku yang menyebakannya seperti itu. Aku tidak bisa menjaganya dengan baik. Aku tidak bisa membuatnya nyaman, barangkali.

Tetapi dari sini aku bisa belajar untuk lebih berhati-hati. Selama ini aku lengah. Gampang sekali tenggelam dalam dunia yang membuatku tersenyum merona sepanjang hari. Hanyut dalam kasih sayang yang menurutku begitu sempurna. Aku benar-benar mempercayainya waktu itu. Aku begitu sempurna. Itulah pemikiranku tempo hari. Dia membuatku begitu. Tak pernah terpikir bahwa sebenarnya ada hitam di antara warna putih dalam hubungan ini.

Yang patut disalahkan adalah aku. Aku memang pembuat onar. Siapa yang tidak bosan jika setiap hari selalu bertengkar. Aku wanita yang menyebalkan. Ya, barangkali memang benar adanya. Seharusnya dia mengingatkanku. Bukan membiarkan diri ini larut sendiri tanpa merasa bersalah telah membuat dia tidak bahagia.

Maafkan aku, ya!

Oh, iya! Untuk kamu ’wanita masa lalu’ jika kamu masih berminat dengan kekasihku, cobalah kembali masuk dari celah mana pun. Pakailah jubah Malaikat itu. Tawar, rayu, curilah hati kekasihku itu dengan kebaikanmu, perhatianmu, kedewasaanmu, tutur sapamu yang halus. Jika dia tergoda dan berpaling dariku, aku akan berterima kasih karena kautelah menunjukkan pdaku sebuah kenyataan bahwa lelaki itu tidak bisa dijadikan sandaran hidup.

Tetapi sebaliknya, jika kautelah mempertaruhkan segalanya untuk memasuki kehidupan kami namun jika kekasihku tetap berdiri tegak di sampingku aku juga harus berterima kasih padamu karenamu aku semakin yakin bahwa dialah tempatku menggantungkan seluruh duniaku. Kekasihku sudah menyerahkan seluruh hatinya padaku. Dan tugasku menjaganya dengan mempertaruhkan seluruh hidupku.

Akhirnya happy ending.

Taipe 6 Agustus 2014

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting