Selasa, 05 Mei 2015

Tuhan Kemana?

Diposting oleh Rumah Kopi di 07.18


Apa kaupernah mengalami hal ini? 

Menyebalkan itu ialah ketika sedang sakit tetapi pura-pura tidak sedang terjadi apa-apa? Saat tubuh menolak bergerak tetapi kewajiban menunggu untuk diselesaikan. Sewaktu otak mengisyaratkan untuk berhenti berpikir tetapi justru alam bawah sadar gentayangan kemana-mana!

Kiri kanan kulihat saja hanya jurang yang menganga. Sial. Apa gunanya berbagi cerita dengan seseorang, misalnya. Paling banter hal ini yang akan didapatkan: "Sabar, ya. Jaga kesehatan." 

Sabar ialah ucapan terbrengsek, menurutku begitu. Kebanyakan orang-orang fasih mengucapkan tapi prakteknya nol gede. Segede kandang gajah. 

Untuk frasa selanjutnya: ..., jaga kesehatan. Memangnya, selama ini apa aku menyia-nyiakan kesehatan, kurang berhati-hati dalam menjaga kesehatan? Gila apa? Kepala nyut-nyutan seperti saat ini, menyiksa! Sumpah. Jika tidak terpaksa, tentu saja aku tidak akan bergadang, misalnya. 

Ah! Sudahlah! Orang lain itu kebanyakan hanya mementingkan diri sendiri. Termasuk aku yang tidak pernah peduli dengan tetangga atau teman yang sekadar kenal biasa. Aku tidak perlu show up supaya eksistensiku diakui. Aku tidak harus begitu. ((OOT -_- ))

Sebenarnya, Tuhan kemana saat salah satu ciptaan-Nya sedang tak berdaya?

Apa aku selemah itu? Tunggu dulu. Kupikir, salah besar jika menganggapku lemah. Tak berdaya. Hah! Bedebah! Bukankah aku pernah mengalami hal buruk berkali-kali. Lebih dari ini tentu saja.

Sakit itu tidak masalah. Paling cuma sementara. Setelah itu, semua kembali baik-baik saja. Yang menyebalkan itu ketika sakit dan tidak punya uang. Dan jikalaupun ada, uang itu sudah bukan milikku sebab, beberapa keperluan sudah menunggu untuk dipenuhi. Demi mereka, demi kebahagiaan mereka yang telah menjadi bagian hidupku.

Apa kau pikir aku naif? Mungkin saja begitu. Tetapi dari pada melihat mereka menekuk wajah, mengulum senyum dipaksakan, sumpah demi apapun aku tidak mau melihat itu semua.

Aku akan baik-baik saja. Kauharus percaya itu. Mereka yang tidak ada saat aku terpuruk, mereka harus ada saat aku kembali bersinar, kelak. Supaya tahu bahwa tanpa bantuan siapa pun, aku bisa mengupayakan kesejahteraan untuk deretan orang-orang yang kusayang dan juga untuk diriku sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting