Selasa, 02 Februari 2016

KARENA HIDUP BEGITU BERHARGA

Diposting oleh Rumah Kopi di 11.06
Dragon Ball saja, berjuang agar hidupnya lebih baik. Masa aku kalah sih. :D 

Aku dan mungkin juga pekerja lainnya, tidak bisa mengelak atas sebuah tekanan. Tekanan dari pekerjaan. Terkadang bukan pekerjaan itu yang membuat rumit. Melainkan perilaku sok kuasa 'ia' yang adalah pemilik atas kebebasan para pekerja, membuat semuanya terasa menyebalkan.

Tolong jangan menghakimi bahwa aku dan mungkin juga mereka yang hidupnya di bawah tekanan, berhati lembek. Manja, lebih tepatnya, sehingga mengkambing hitamkan tekanan-tekanan itu sebagai sesuatu yang patut ditakuti. 

Takut sih tidak. Mungkin hanya kesal. Betapa pun pandainya seseorang menahan emosi, adakalanya kondisi fisik yang lelah, dengan emosi yang menggunung, sama halnya menggenggam bom yang suatu saat, menunggu waktu, meledak.

Kadang-kadang aku kehabisan cara menyemangati diri sendiri. Bahwa aku punya motifasi besar atas apa yang sedang kupertahankan saat ini. Bertahan pada masa-masa menyebalkan, hidup bersama dengan orang asing yang menganggap dirinya adalah bebas menyuruhku lompat dari ketinggian lantai 7, tentu saja bukan hal mudah. 

Aku hanya bisa berkata dalam hati, ayolah ... Ini hanya sementara. Segala sesuatu, apa pun itu, diawali dari yang sulit dulu. Bahkan di sela hari-hari sulit ini, aku bisa melanjutkan pendidikan. Lagi pula, dari sini aku mendapatkan banyak kesempatan yang barangkali luput jika aku tetap bernaung di bawah lindungan orangtua. 

Untuk mendapatkan sesuatu yang besar, tentu saja mesti ditukar dengan hal yang besarnya sebanding. Pengorbanan, entahlah jika aku menyebut ini pengorbanan, semoga tidak terlalu mendramatisir. Yang jelas, semua rasa lelah hati dan fisik, terbayar lunas dengan apa yang kuperoleh. Menjadi tulang punggung keluarga, meskipun orangtua tidak menuntut atas hal itu, namun sumpah hal ini membuat hidupku lebih berarti. Ya, paling tidak, tak sia-sialah mereka memiliki anak sepertiku. Hehe 

Bukan hanya senyum bangga dari orangtua, gelar sarjanan ekonomi yang akan kubawa pulang ke tanah air kelak, adalah bukti bahwa kesulitan seperti apa pun tidak lantas menyurutkan niatku dan berhenti di tengah jalan sebelum tujuanku tercapai. 

Prinsip hidupku, akan kuupayakan apa pun itu semaksimal mungkin. Ngeyel barangkali. Aku akan menyerah jika semua jalan, tertutup. 

Aku lelah. Tapi hidupku bukan melulu menperjuangkan kebahagiaan atau masa depanku sendiri. Ada banyak tanggung jawab yang menuntunku untuk tetap tegak meskipun nyeri itu membuatku meradang. Hidup terlalu berharga jika hanya diawali dari turun ranjang dan kembali ke ranjang, tanpa melakulan sesutau yang hebat. 

 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting