Jumat, 07 Februari 2014

Sakura Drop

Diposting oleh Rumah Kopi di 17.25

Apa yang menarik dari sini?

Sakura mendadak jadi primadona. Bagaimana tidak? Keberadaannya yang sangat terbatas tentu dielu-elukan berbagai pihak. Sekonyong-konyong banyak potografer yang ingin mengabadikannya.

Apa hubungannya dengan tema tulisan yang akan aku usung kali ini?

Hemm. Sebenarnya nggak ada, sih, hanya saja aku ingin menjadi sakura. Ekseklusiv dan disukai banyak orang. Tanpa cacat. Sakura tumbuh begitu sempurna. Sayangnya semua hanya sementara. Keindahan sakura tak bisa bertahan lama. Ketika hujan mengguyur kelopaknya yang indah, sakura pun tak lagi merekah. Tak jarang banyak yang berguguran di tanah. Persis dengan apa yang terjadi dalam hidup ini. Hal baik atau buruk, semua hanya sementara terjadinya. Maka harus dinikmati dan dijalani sebaik-baikknya.

Sayang sekali, itu hanya ucapan. Kenyataannya, menjalani tak semudah itu. Hati adalah bagian paling sensitif dari manusia. Mobilitas penggerak. Jika hati sedang tidak merasa nyaman, kegiatan yang dilakukan pun juga berantakan.

Hati.

Oh, ada apa dengan hatiku? Ingin rasanya aku menangis. Tapi, air mata tak dapat keluar. Gelisah. Jika sakura riskan terhadap guyuran air hujan, maka hati, rentan dengan keadaan yang tak nyaman. Nggak betah. Ingin pergi. Namun, semua juga harus dipertimbangkan lagi. Tak boleh gegabah. Ikuti saja aturan mainnya. Toh, semua hanya sementara.

Kamu, key, tidak akan tau bagaimana menjaga dan berhati-hati, sebelum terbentur dengan masalah yang seperti ini. Aku bingung. Sungguh. Ya ampun, padahal baru beberapa hari menikmati kehidupan baruku. Semua sudah berlalu. Cepat sekali.

Kali ini aku tak ingin berbagi. Kusimpan semuanya sendiri. Di sini. Barangkali meskipun hatiku penuh sesak dan tak kuat menampung sekali pun, aku tak ingin bercerita dan membaginya.

Aku benci aturanmu. Aku tak tahan. Tapi, Semua sudah terlanjur. Sialnya aku tak punya pilihan. Yah! Mau nggak mau, harus maju. Semoga kamu berubah.

Kau munafik. Baik jika dikasih sesuatu. Padahal aku sudah mati-matian, profesional kerja. Namun, di depanmu aku selalu saja keliru.

Biarin deh! Jalani saja. Jika hidup itu asem manis. Pasti ngga selamanya kan, kamu membuatku tertekan.

Pasrah pada-Mu Tuhan. Lindungi aku.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting