Rabu, 22 Januari 2014

Aku Memang Manusia Biasa

Diposting oleh Rumah Kopi di 16.52


Dear My Lalaland ... Apa kabar? Udah beberapa hari ini aku melupakanmu. Maafkan ya! Kesibukanku di dunia nyata menyita waktu sehingga aku lupa mengukir cerita di tubuhmu. Oh, iya, bulan ini banyak event, lo ... Tapi sayangnya aku tak kunjung sembuh dari sakit. Meskipun ringan tetapi flu ini menggangguku. Eng ... Kebanyakan minum obat sampe nge-blank. Otakku terasa ringan sehingga nggak bisa mikir apapun.

Emmm! Kau mau tau cerita hatiku juga ’kan, Lalaland? Mari duduklah mendekat, akan aku ceritakan semuanya. Kau tak perlu berkomentar. Cukup dengarkan dengan baik. Semua cerita ini.



Baiklah, aku akan memulai dari cerita sahabat.


Aku ... Emmmm! Jujur aku bingung. Sebagai sahabat yang notabene seorang manusia biasa, tentu saja aku jauh dari sempurna. Tetapi aku berusaha menutup kekuranganku kemudian menempatkan diri sebagai mana mestinya. Aku siap menjadi tisue untuk menghapus air matamu. Aku juga menjadi tong sampah yang menampung keluh kesah. Dan terkadang aku menjadi mentor bergaya seperti intelek yang tak lelah memberi motivasi agar dirinya sadar dan mampu menghargai diri sendiri.
Sejenak dia tampak terharu dengan ketulusanku. Dan berterima kasih padaku meskipun aku tak mengharapkannya. Tetapi, aneh! Tiba-tiba dia berubah. Sikapnya dingin. Aku jadi serba salah. Ya, tentu saja aku bingung. Kehangatan dan keceriaan itu hilang. Aku mencoba mengklarifikasi agar aku tidak salah paham. Dia hanya membalas seperlunya.
Awalnya aku ngerasa nggak enak. Tapi, ngapain juga aku berpikir seperti itu? Toh! Aku nggak ngerasa menjahati dia. Menyebarkan masalahnya, atau menjadikan masalahnya sebagai bahan ejekanku. Tidak! Sama sekali tak pernh aku lakukan. Maka aku tak ingin membebani pikiranku dengan masalah yang nggak penting.


Kali ini cerita tentang bersosalisasi di dunia maya.


Harus hati-hati. Memilah dan memilih teman. Bagaimanapun kita tak pernah tau latar belakang hidupnya. Sebenarnya sih, nggak penting ya! Tapi, jika sudah menyangkut teman dekat, mau tidak mau kau harus belajar berpikir kritis dan sedikit berburuk sangka untuk berjaga-jaga. Intinya jangan terlalu percaya dan mudah terpedaya.

Oh, iya. Ada yang menggelitik pikiranku. Sesorang berupaya menjadikan dirinya intelek dan berwawasan luas dengan melahap banyak buku. Ternyata kecerdasannya dijadikan modus mengelabuhi cewek. Yang lebih menjijikkan, sampai menciptkan cerita palsu demi menarik simpatik. Jika kau benar-benar memiliki jiwa besar. Penolong, bisa jadi kau mudah masuk dan terjebak dalam permainannya.
Ayolah, teman ... Apa kau lupa akan adanya Tuhan? Jangan terlalu sering mengadukan kepenatan hati dan kegelisahanmu pada orang lain. Mending menghadap dan minta tolong saja pada-Nya.


Aku sempat nggak enak hati kemarin. Tentang isi chatt itu. Seolah aku lebay terlalu lunak dan seperti memberi harapan. Huaaaaaaaaa apa kau tau, saat aku menulis kata demi kata itu, sejujurnya aku muak. Mengerikan sekali jika itu terjadi. Apa iya aku jatuh cinta sama penerjemah satwa itu. Oh, tidak! Tidak! Meskipun aku juga bukan manusia sempurna tetpi orang itu jauh dari apa yang aku harapkan. Moralnya hancur! Lantas, apa lagi yang dibanggakan? Dari awal aku tau siapa dia? Jika aku masih berteman, bukan berarti aku tak menjaga jarak dan bersikap sewajarnya sahabat.
Aku tidak membedakan teman, siapapun dia, tetap berhak menjadi temanku. Manusia samanderajatnya dihadapan Tuhan. Meskipun dia gigolo, aku tidak menjauhinya. Itu ’kan urusan mereka? Yang penting tidak merugikanku, bagiku semua sudah tepat. Tetapi, ketika aku sudah berada pada posisi yang bahaya, maka aku harus bertindak. Menjauh dan jaga jarak.
Chatting itu! Hhmm! Aku hanya ingin memancing keluar apa yang terselinap di hati dan pikirannya? Sesaat aku tau dia ingin memanfaatkanku. Ya, sudah! Aku harus menutup buku tentang dirinya. Aku nggak sebodoh itu mengeluarkan biaya operasi puluhan juta demi pembohong sepertimu. Enyahlah kau ke neraka bersama para hewan itu.

Jangankan cemburu, naksir aja kagak! Ayolah ... Bodoh sekali dirimu? Bahkan aku tak pernah menggubrismu! Kenapa bisa kau berpikiran kayak gitu?

Tutup buku bergambar pandora.



Cerita terakhir tentang diriku.

Aku seorang yang idealis dan perfecsionis. Bukan tentang fisik. Melainkan totalitas mengekplor hati. Selalu ingin memberikan yang terbaik, sehingga akunsering mengabaikan diriku. Aku, mungkin pantas dijuliki lilin. Mampu menerangi sekitar tapi aku sendiri meleleh.
Kau tau? Aku juga manusia biasa. Aku punya air mata, luka, marah, sam seperti yang lainnya. Tetapi, aku tak ingin menunjukkan penderitaanku pada orang lain. Tidak! Aku tak ingin menebarkan aura hitam pada orang yang kusayang. Maka dari itu, aku selalu ceria!

Taukah kau? Aku meringkuk sakit sendirian. Jika sakit kepala dan mual itu sudah datang, aku tak nyaman lagi untuk beraktivitas. Namun begitu, aku masih memaksa diriku menyelesaiakan tugasku.

Aku percaya bahwa tak selamanya aku berada di zona nyaman. Pun aku juga tau kesedihan itu pasti berlalu. Oleh karena itu, aku harus tetap optimis menjalani hidup. Aku tau bagaimana membahagiakan hatiku. Memikirkan hal sederhana pun sudah bisa membuatku bahagia. Bukannya tak butuh orang lain, tapi aku tidak ingin menggantungkan semangat dan kebahagiaanku pada siapapun. Jika ada, mereka adalah pelengkap bukan pemberi kebahagiaan.

***

Taipe 22, Januari, 2014

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting