Kamis, 23 April 2015

Life Is Miracle

Diposting oleh Rumah Kopi di 07.28


Ketika membuka mata, kulihat segalanya baik-baik saja. Entahlah, apakah ini perasaan terbaik? 

Yang pertama kali terlintas dipikiranku ialah, tentang rutinitas sepanjang hari yang terkadang sedikit membosankan. Tentang tugas-tugas itu yang seolah menyedot seluruh perhatian. Tentang tanggungan yang entah kapan selesainya? Tentang perselisihan kecil yang disertai caci maki tingkah dungu, mengganggu.

Seolah hidup ini seperti rumus pasti yang jika satu ditambah satu sama dengan dua. Sama halnya kita sering berpikir bahwa manusia selalu dihadapkan dengan persoalan pelik saja. Kita sering lupa tentang hal lain yang juga merupakan bagian dari kehidupan.

Sepagian ini, sudahkah kita, tepatnya aku bersyukur masih bisa menyesap segelas kopi kental yang tersaji dengan selembar roti panggang? 

Mungkin, akan terasa basi ketika kutulis bahwa bersyukur adalah salah satu cara menikmati hidup. Tapi nyatanya memang demikian. 

Bahagia bukan perkara apa yang kita inginkan dapat terwujud. Lebih dari itu jika kita bisa menerima apa yang saat ini dimiliki, belum tentu orang lain mendapat kesempatan serupa.

Jadi begini. Kuberikan gambaran kecil yang sering terjadi. Setiap saat ketika kita berselisih dengan pasangan, rasa sebal luar biasa enggan pergi meskipun sudah lebih dari satu atau dua hari. Kita terlalu fokus dengan sifat dan juga sikapnya yang membuat feeling menjadi buruk seketika. Lantas, kita menyikapinya dengan kelakuan yang serupa. Pernahkah kita berpikir, dengan demikian kita ini tak lebih baik dari pasangan yang digadang-gadang sering menyulut pertengkaran? Pernahkah kita mencoba untuk sedikit melunak, supaya segalanya menjadi lebih baik. Pernahkah terlintas dibenak, jika besi dilalap api hasilnya adalah bara panas.

Mengalah bukan berarti kalah. Lebih dari itu, mengalah berarti kemenangan kecil atas emosi yang telah menguasai hati. Mengalah berarti memberi kesempatan bagi kita untuk membuka pintu supaya angin segar mampu memadamkan bara api tersebut.

Aku pikir, tidak bijak menyalahkan orang lain atas setiap ketidaknyamanan. Jika hidup hanyalah putaran waktu, bukankah apa yang kita dapati hari ini merupakan investasi dari tempo hari? 

Cobalah meraba kembali. Ia yang kau gadang-gadang selalu menghadirkan percikan pertikaian, bukankah ia juga yang senantiasa menghadirkan keceriaan serta serentetan gelak tawa di hari-harimu yang tengik itu? Ia yang kau anggap menyebalkan, apakah jika ia tiba-tiba menghilang senyum bahagiamu masih menghiasi bibirmu. Ia yang selalu meributkan semua hal, bukankah ia juga yang selalu khawatir akan keadaanmu?

Coba renungkan hal apa yang sekiranya sudah kita berikan pada pasangan sehingga kita menginginkan hal-hal terbaik saja darinya dan membenci tingkah buruknya yang merupakan sisi lain manusia.

KISAH SETITIK TERANG DIBALIK SETIAP KESULITAN


Suatu kala, ada seorang yang cukup terkenal akan kepintarannya dalam membantu orang mengatasi masalah. Meskipun usianya sudah cukup tua, namun kebijaksanaannya luar biasa luas. Karena itulah, orang berbondong-bondong ingin bertemu dengannya dengan harapan agar masalah mereka bisa diselesaikan.

Setiap hari, ada saja orang yang datang bertemu dengannya. Mereka sangat mengharapkan jawaban yang kiranya dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dan hebatnya, rata-rata dari mereka puas akan jawaban yang diberikan. Tidak heran, kepiawaiannya dalam mengatasi masalah membuat namanya begitu tersohor.

Suatu hari, seorang pemuda mendengar pembicaraan orang-orang di sekitar yang bercerita tentang orang tua tersebut. Ia pun menjadi penasaran dan berusaha mencari tahu keberadaannya. Ia juga ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang sedang mengganjal di hatinya dan ia masih belum mendapatkan jawaban. Ia berharap mendapatkan jawaban dari orang tua tersebut.

Setelah berhasil mendapatkan lokasi tempat tinggal orang tua itu, ia bergegas menuju ke sana. Tempat tinggal orang tua tersebut dari luar terlihat sangat luas bagai istana.

Setelah masuk ke dalam rumah, ia akhirnya bertemu dengan orang tua bijaksana tersebut. Ia bertanya, "Apakah Anda orang yang terkenal yang sering dibicarakan orang-orang mampu mengatasi berbagai masalah?"

Orang tua itu menjawab dengan rendah hati, "Ah, orang-orang terlalu melebih-lebihkan. Saya hanya berusaha sebaik mungkin membantu mereka. Ada yang bisa saya bantu, anak muda? Kalau memang memungkinkan, saya akan membantu kamu dengan senang hati."

"Mudah saja. Saya hanya ingin tahu apa rahasia hidup bahagia? Sampai saat ini saya masih belum menemukan jawabannya. Jika Anda mampu memberi jawaban yang memuaskan, saya akan memberi hormat dan dua jempol kepada Anda serta menceritakan kehebatan Anda pada orang-orang," balas pemuda itu.

Orang tua itu berkata, "Saya tidak bisa menjawab sekarang."

Pemuda itu merengut, berkata, "Kenapa? Apakah Anda juga tidak tahu jawabannya?"

"Bukan tidak bisa. Saya ada sedikit urusan mendadak," balas orang tua itu. Setelah berpikir sebentar, ia melanjutkan, "Begini saja, kamu tunggu sebentar."

Orang tua itu pergi ke ruangan lain mengambil sesuatu. Sesaat kemudian, ia kembali dengan membawa sebuah sendok dan sebotol tinta. Sambil menuangkan tinta ke sendok, ia berkata, "Saya ada urusan yang harus diselesaikan. Tidak lama, hanya setengah jam. Selagi menunggu, saya ingin kamu berjalan dan melihat-lihat keindahan rumah dan halaman di luar sambil membawa sendok ini."

"Untuk apa?" tanya pemuda itu dengan penasaran.

"Sudah, jangan banyak tanya. Lakukan saja. Saya akan kembali setengah jam lagi," kata orang tua itu seraya menyodorkan sendok pada pemuda itu dan kemudian pergi.

Setengah jam berlalu, dan orang tua bijak itu pun kembali dan segera menemui pemuda itu.

Ia bertanya pada pemuda itu, "Kamu sudah mengelilingi seisi rumah dan halaman di luar?"

Pemuda itu menganggukkan kepala sambil berkata, "Sudah."

Orang tua itu lanjut bertanya, "Kalau begitu, apa yang sudah kamu lihat? Tolong beritahu saya."

Pemuda itu hanya diam tanpa menjawab.

Orang tua itu bertanya lagi, "Kenapa diam? Rumah dan halaman begitu luas, banyak sekali yang bisa dilihat. Apa saja yang telah kamu lihat?"

Pemuda itu mulai bicara, "Saya tidak melihat apa pun. Kalau pun melihat, itu hanya sekilas saja. Saya tidak bisa ingat sepenuhnya."

"Mengapa bisa begitu?" tanya orang tua itu.

Sang pemuda dengan malu menjawab, "Karena saat berjalan, saya terus memperhatikan sendok ini, takut tinta jatuh dan mengotori rumah Anda."

Dengan senyum, orang tua bijak itu berseru, "Nah, itulah jawaban yang kamu cari-cari selama ini. Kamu telah mengorbankan keindahan rumah yang seharusnya bisa kamu nikmati hanya untuk memerhatikan sendok berisi tinta ini. Karena terus mengkhawatirkan tinta ini, kamu tidak sempat melihat rumah dan halaman yang begitu indah. Rumah ini ada begitu banyak patung, ukiran, lukisan, hiasan dan ornamen yang cantik. Begitu juga dengan halaman rumah yang berhiaskan bunga-bunga warna-warni yang bermekaran. Kamu tidak bisa melihatnya karena kamu terus melihat sendok ini."

Ia melanjutkan, "Jika kamu selalu melihat kejelekan di balik tumpukan keindahan, hidup kamu akan dipenuhi penderitaan dan kesengsaraan. Sebaliknya, jika kamu selalu mampu melihat keindahan di balik tumpukan kejelekan, maka hidup kamu akan lebih indah. Itulah rahasia dari kebahagiaan. Apakah sekarang sudah mengerti, anak muda?"

Pemuda itu benar-benar salut atas kebijaksaan dari orang tua itu. Ia sungguh puas dengan jawabannya. Akhirnya ia menemukan jawaban yang selama ini ia cari. Sebelum pergi, ia menepati janjinya dengan memberi hormat dan dua jempol kepada orang tua tersebut.

RENUNGAN : Dalam hidup ini, alangkah baiknya kita tidak menjerumuskan diri kita ke dalam keterpurukan. Selalu ada hal positif yang bisa kita ambil. Jangan mengorbankan keindahan hidup hanya untuk melihat sisi jeleknya. Jadilah orang yang senantiasa melihat setitik terang di dalam gelap.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting