Senin, 13 April 2015

When You Love Someone

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.23



Hai, Lalaland. Apa kabar? Sudah lama ya, nggak sempat curhat sama kamu. Aku pikir, manusia mesti butuh waktu menyendiri untuk berpikir, serta merenungkan kembali hal apa saja yang sudah dilakukannya. Jadi, meskipun nggak sempat menorehkan semua kisahku padamu tentang keseharianku, kuharap kamu bisa mengerti.

Lalaland ... Bicara soal hati dan masa depan itu, perkara yang sensitif serta ngambang, ya! Kita kan nggak tahu bagaimana jalan hidup kita kelak. Untuk urusan hati, hanya Tuhan dan siempunya raga yang tahu.


Lalaland ... Hati, semangat, serta pikiran manusia itu seperti gelombang. Nggak akan sama setiap detiknya. Beberapa waktu lalu bisa saja perasaan ini berbunga-bunga, tiba-tiba semangat hilang begitu saja, kemudian pikiran mulai nggak karuan.


Kautahu, kata bapak aku terlalu lama memendam kesedihan, dalam diam menelan sendiri asam garam kehidupan. Jadi, ketika semua sudah terungkap hatiku sudah terlanjur hancur. Luka-luka itu bukan luka biasa sehingga nggak akan pernah sembuh. 

Mungkin aku mengalami trauma yang terlalu hebat, Lalaland. Rasa ketakutanku lebih besar dibandingkan siapa pun. Aku selalu berlebihan. Aku takut kembali ke masa-masa itu. Sungguh. 

Apa kamu bisa membayangkan, saat puluhan pasang mata menyaksikanmu ditampar seseorang di pinggir jalan, setelah sebelumnya dia mencarimu di kantor dengan membawa botol beer kosong? Seperti itukah perilaku mencintai?

Omong kosong tentang cinta. Dan laki-laki di dunia ini yang mengaku memujamu, kurasa nggak akan pernah memperlakukan kita dengan kasar kan, Lalaland?

Terkutuklah manusia-manusia seperti itu. Aku sudah nggak ingin mengingatnya tapi kenangan nggak akan pernah terhapus digerus masa. Kauharus tahu itu. 

Aku benci pernikahan. Paling nggak, untuk saat ini. Terkadang, aku ingin sendiri saja supaya hatiku nggak terluka dengan rentetan kekecewaan. 

Manusia itu seperti pasukan pengibar bendera. Dikumpulkan dalam suatu gerombolan. Mematuhi semua aturan. Diperintah maju, belok kanan-kiri, jalan di tempat, demi sebuah tujuan yaitu pengibaran bendera tadi. Setelah tujuan terlaksana maka pasukan dibubarkan. Nggak dibutuhkan. Terlupakan.


Sepertinya, nggak ada yang benar-benar mencintaiku. Rela melakukan apa saja untukku. Nggak ada. 

Aku bukan benalu yang hidupnya bergantung dari orang lain. Bukan pula si manja yang senantiasa meminta-minta. Pengorbanan pasangan kita adalah wujud cintanya.

Barangkali aku lupa, cinta bukan perkara menuntut mendapatkan yang terbaik melainkan memberikan yang terbaik buat kesayangan. Namun, sama sepertinya aku juga ingin sekali saja dituruti supaya aku tahu, aku nggak salah memilih orang yang kujadikan sandaran kelak.

Entahlah! Cinta dan penyatuan jiwa itu butuh proses panjang. Bahkan sampai seumur hidup.

Barangkali, tiga hal ini perlu diaplikasikan bagi pasangan yang hendak memutuskan menikah dengan pasangannya.

1. Komunikasi yang baik

Salah satu rahasia pernikahan yang langgeng adalah komunikasi yang lancar antar suami dan istri. Sebelum memutuskan untuk menikah, tanyakan pada diri sendiri, apakah Anda bisa berkomunikasi dengan lancar tentang segala sesuatunya? Sebab, banyak kasus perceraian disebabkan oleh karena salah satu pihak merasa sulit berbicara atau menyampaikan hal yang ingin diungkapkan. 

2. Apakah keluarga besar si dia tulus menerima Anda?

Ketika menikah, Anda tak hanya menikah dengan pasangan. Lebih dalam dari itu, Anda "menikah" juga dengan keluarga besarnya. Setelah menikah, keluarga si dia pun akan menjadi keluarga kedua Anda. Jika mertua dan keluarga besar si dia jelas-jelas tidak menyukai Anda, maka pikir-pikir lagi.

3. Bisakah suami menjadi teman?

Kalau Anda bertanya kepada pasangan yang sudah menikah lama tentang rahasia langgengnya pernikahan, Anda pasti akan mendengar banyak jawaban. Selain komunikasi, kebanyakan pasangan akan menjawab, "Saya menikah dengan teman baik saya." 

Sebaliknya, ketika bertanya kepada orang yang gagal dalam pernikahannya, mereka akan menjawab, "Kami adalah pecinta dan pasangan yang hebat, namun kami tidak pernah belajar bagaimana caranya untuk menjadi teman."

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting