Jumat, 23 Oktober 2015

LOST IN TAIPE

Diposting oleh Rumah Kopi di 16.49
    Kenangan saat ngopi-ngopi cantik :D



Untung ya, rindu itu cuma setengah mati. Jadi yang setengahnya, bisa dipake menulis di blog seperti ini. Terima kasih De Masive, udah nyiptain lagi itu. 
(Peyuk-Peyuk :D )

Sebelum membahas tentang rindu serta saudara-saudaranya yang akhir-akhir ini sering mendatangiku layaknya depkolektor yang menggedor pintu hati, yang sering membuatku beringsut menahan nyeri, aku mau bercerita tentang pengalaman seru. Yap! Kesasar.

Uh! Sudah lima tahun lebih tinggal di Taiwan, masih saja aku tidak hapal jalan. Apalah aku ini? Naik bus nyasar, naik taxi kebablasan, naik sepeda tersesat di asrama polisi, sampai-sampai jalan kaki pun pernah hilang. Oh iya, tak ketinggalan ketika naik kereta bawah tanah, juga nyasar. Bukan bangga. Bukan .... Tetapi sebenarnya, kesasar itu aku memaknainya begini: Itulah cara Allah menunjukkan tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Keren, bukan? (Blushing haha

Kemarin, sepulang dari tugas negara, di bawah lindungan payung hitam (udah kek lagunya Tante Iis Dahlia) pokoknya aku menerobos hujan yang amat lebat. Pertama kalinya, pulang dari tempat itu naik bus. Si bos memberitahuku, bahwa bus nomer 212 lah yang bisa membawaku pulang (eitz jadi keingat sama kapaknya Akang Wiro Sableng 212 juga kan? :D )

Sebagai anak buah yang baik, maka menurutlah diriku mengikuti petunjuknya. Ketika dari jauh melintas bus dengan nomer 212 aku pun tersenyum senang. Berarti halte yang aku cari, tidak jauh dari tempatku berdiri. Nah, tanpa babibu, aku lari-lari kecil menuju ke sana. Tanpa berpikir panjang, bahwa bus yang membawaku pulang, seharusnya ada di jalur kanan, persis seperti tempatku berada saat itu. Tetapi, entah karena dorongan lapar atau apa, malahan menyeberang. Mengambil jalur kiri kemudian pulang.

Setelah lampu merah, bak anak panah dilepas dari busur, aku berhambur menuju halte. Selang beberapa menit, bus yang kutunggu menampakkan mukanya yang persegi panjang seperti bus-bus pada umunya. :D 

Sejam lebih berada di bus, aku merasakan ada yang aneh. Sedari awal, aku benar-benar tidak mengenali setiap sudut kota Taipe yang menjadi rute bus itu. Uh! Baru sadar jika aku salah jalur, setelah sampai di tempat praktir dokter, di sector 3, nomer 250, Zhong Shau West rd. Sial! Sejauh itu rupanya aku kesasar. Akhirnya, aku memutuskan untuk turun di halte berikutnya. Kemudian mencari bus nomer 270 yang biasa aku tumpangi, ketika membantu nenek mengambil obat. 

Perjalanan yang harusnya memakan waktu 15-20 menit, harus aku lalui selama 2 jam. Uh! Kalau saja, aku tidak tergesa-gesa, memakai logika bahwa arah jalan pulang itu tentu saja di jalur kanan, sekiranya aku tidak perlu kesasar sambil menahan lapar.

Emmm! Sejauh apapun langkah ini menyesatkanku, namun begitu akhirnya aku berhasil menemukan jalan pulang. Tetapi, ketika aku nyasar di hatimu, aku tidak pernah ingin tahu bagaimana caranya keluar. Malahan, semakin hari kian masuk ke dalam dan rindu ini kian liar. (Eaaaa blushing again) 

Ketika terpisah jarak, entah kenapa orang-orang lebih suka mendatangi tempat-tempat yang dulu pernah dikunjungi bersama pasangannya! Hal itu tidak berlaku olehku. Bagiku, akan lebih menyakitkan jika aku berada di tempat yang mana gelak tawa, serta senyummu yang kaku, pernah membaur dengan senyumku yang malu-malu sambil mencuri pandang binar matamu yang terik. Aku tidak mau membeku di tempat yang mana, kamu lebih banyak bicara, lepas, bercerita apa saja semisal, tentang  kucing yang dilempar ke sumur oleh keponakanmu, keempat sahabatmu yang sudah beristri, tentang Ibu-Bapak, Kakekmu yang berdarah batak.

Ketika rindu, aku hanya menulisnya menjadi sebuah cerita, yang kelak ketika semesta berbaik hati mempersatukan kita, akan kubaca ulang perihal cerita rindu ini sambil tertawa-tawa bahwa aku pernah senaif ini saat masih muda. 

Demikian nyinyir hari ini, besok disambung lagi. :D

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting