Jumat, 11 Desember 2015

MISUNDERSTANDING

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.26


Waktu begitu cepat berlalu. Meninggalkan berbagai cerita di masa itu. Cerita yang bisa jadi paling pelik, paling kejam, paling buruk, paling manis. Semua tersimpan rapi dalam kotak kenangan. Cerita kejam dari sebuah ketidak beruntungan. Cerita buruk atas kegagalan yang suatu hari bisa dijadikan bahan evaluasi. Cerita manis yang semoga saja masih bisa merasainya di tahun-tahun berikutnya.

Tahun 2015 segera berlalu dengan berakhirnya penanggalan di bulan Desember. Cepat sekali. Oh iya. Aku lupa, tahun ini natal ke berapa? 

Kurasa, tidak penting berapa lama aku tinggal di negara ini, yang paling penting, apa saja yang sudah aku dapatkan selama ini. 

Banyak pengalaman telah kurasakan. Pahit, manis, asem, asin. Untuk rasa pedas, aku hanya menemukannya dari sambel terasi kesukaan. Bukan dari pengalaman. Tentu saja. Hihi. 

Dari semua rasa yang sudah kukecap, akhirnya membentuk pribadi yang .... kuat. Kuat dalam beragumen doang. Kuat dalam berdebat. Bukan tanpa alasan sih! Aku tidak ingin merasakan hal-hal buruk yang pernah menemani hariku. Aku hanya ingin memertahankan apa yang sudah aku perjuangkan. -_- 

                     [Natal tahun lalu]

Omong-omong tentang salah paham, hal itu merupakan momok paling mengerikan dibanding sejumlah kesalahan yang pernah dilakukan. Aku pikir, lebih mudah meminta maaf atas sebuah kesalahan 'biasa' dari pada kesalahan yang disebabkan perbedaan pemahaman. 

Yang paling sering menyebabkan salah paham adalah cara komunikasi yang disampaikan lewat tulisan. Menurutku begitu. Sebab, kita masing-masing memiliki argumen atas sebuah kalimat yang tertera pada layar ponsel. Tiap orang memiliki intonasti berbeda saat menyampaikan ucapan lewat tulisan. Ketika aku mengucapkan suatu permohonan, bisa jadi pihak lain mengartikan itu sebagai ancaman. 

Lewat bahasa tulis tentu kita tidak dapat membaca mimik muka lawan bicara. Bisa jadi, saat itu aku tidak sedang marah. Sebaliknya. Aku lagi bercanda. Hanya saja kalimatku lumayan 'sengit' tetapi sialnya, yang bersangkutan tidak mampu menangkap sinyal 'lelucon' atas apa yang aku tulis tadi. Dari sana buncahlah kesalah pahaman tadi. 

"Ayo makan anak-anak"

Dari kalimat ini saja, tanpa adanya (,) di antaranya, bisa timbul berbagai arti:

1. Ajakan memakan anak-anak. (Ih serem)
2. Mengajak anak-anak makan. (Asyik

Nah, itu sebabnya aku lebih suka berbicara langsung lewat telpon dari pada menulis pesan kalau memang keadaanya memungkinkan. Meskipun tidak dapat melihat ekspresi, paling tidak, aku bisa mendengar intonasi dari kalimat yang disampaikan. Bukan mengartikan sendiri atas apa yang tertulis di layar. 










0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting