Minggu, 01 Desember 2013

Catatan Kecil Awal Desember

Diposting oleh Rumah Kopi di 21.52

Hy Lalaland, apa kabar?

Embusan angin di musim dingin membuatku sering menggigil. Padahal berlapis baju serta jaket sudah membalut badanku. Aku yang masih muda saja sampa berkali-kali ambruk, lantas bagaimana dengan lelaki tua itu? Lelaki yang aku temui kemarin lusa di perempatan dekat 7-11. Kakek berudia 75tahun yang tak punya gigi, menunggui gerobak reotnya dengan beberapa lonjor tebu serta beberapa butir jeruk di atasnya. Wajah lusuhnya dipenuhi lipatan di sana-sini, tubuhnya tak mampu berdiri tegak. Mungkin tulangnya lapuk dimakan usia atau dia memang punya penyakit osteoporosis. Entahlah! Jika aku amati lebih dalam sepertinya dia tak pernah cukup makan, selain membungkuk dia tetlihat kurus. Sungguh aku iba melihatnya. Bajunya lusuh, apalagi dia hanya beralaskan sendal jepit yang tipis. Mungkin dia juga kedinginan? Bahkan pasti lebih dingin dariku. Yang membuat aku semakin miris manakala aku ingat tumpukan sepatuku yang sekoper gede itu. Tumpukan pakaianku yang bahkan aku tak ingat kapan belinya? Huft, semakin jengkel karena di dalam almari tak juga kutemukaan jaket yang bisa dipakai Kakek itu. Apa lagi sepatu?
Maafkan aku ya, Pak Tua. Aku hanya bisa membelikanmu makan siang dan mengalungkan syal di lehermu, yang kemarin aku beli. Do’aku kau sehat selalu karena aku tau itulah modal satu-satunya bagimu, untuk bertahan hidup di dunia ini.

***

Kemarin berkoar-koar untuk berhati-hati di musim dingin. Ah! Ternyata aku malah sudah berkali-kali tumbang karenanya. Huaaaaaaa! Gimana bisa jadi perawat yang hebat kalau diri sendiri kedodoran. Paling tidak aku bisa merasakan lega setiap mampu melewati satu masa sulit.
Oh, tidak! Bahkan aku pernah hampir meregang nyawa dalm keadaan sendiri meringkuk di atas kasur yang tipis ini. Bersyukurlah, Key! Masih ada, bahkan lebih banyak yang lebih tidak beruntung darimu. Kamu masih lebih enak dengan apa yang ada pada dirimu. Tengoklah sekelilingmu yang kesulitan secara ekonomi, dan lain sebagainya.
Semangat key, kamu tidak harus meratapi dirimu. Bukankah tahu, semua itu justru akan membuatmu sakit untuk yang ke dua kalinya, sakit jiwa serta raga.
Jika menangis bisa mengurangi beban dan meratap adalah solusi dari sebuah masalah, maka semua orang akan menangis dan meratap. Ini konsekuensi yang pasti sudah harus kamu.pertimbangkan jauh hari sebelum kamu menginjakkan kaki di sini.

Kenapa aku menangis dan iba terhadap nasip orang lain? Dan berpikir aku tidak boleh berpangku tangan! Perasaanku begitu sensitif dan jika bisa, aku ingin menolong semua orang yang membutuhkanku supaya sisa waktuku berguna.
Biarlah jika mereka yang dulu memanfatkan kenaifanku, mungkin memang jaannya begitiu agar aku bisa begini.

Yang jelas aku banyak bertemu orang hebat akhir-akhir ini! Orang hebat yang merangkulku dan menguatkan tanpa memandang siapa dan apa yang ada di diriku. Sayang sekali, semua datang di saat segalanya sudah sampai di penghujung. Ah, sudahlah! Semua adalah rahasia dan kuasa Tuhan untuk membuka hati dan jalan pikiranku agar  bersyukur atas apa yang terjadi di diriku

Kau bukan santa clause yang membagikan permen dan coklat pada semua orang supaya bisa ikut mengecap manisnya. Kau tidak lebih dari lilin yang berusaha menyinari sekitar sehingga diri sendiri meleleh. Setidaknya berdo’alah agar mereka diberi kekuatan dan mampu menjalani semua ini dengan baik. Termasuk juga kamu.

Kau cukup bersyukur dan bahagia karena tawa Bunda di rumah selalu menjadi penyemangatmu, Key. Bunda, Anakmu akan selalu baik-baik saja, dan kau akan bangga pada gadismu ini!


0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting