Jumat, 23 Mei 2014

Mengapa Harus Menulis?

Diposting oleh Rumah Kopi di 18.41

Menulis itu bukan seperti kau memburu baju yang telah lama kauidamkan. Ada uang di dompet lalu bergegas membelinya--mengenakannya di depan banyak orang supaya mendapat pujian. Bukan seperti itu. Menulis itu terapi jiwa. Pikiran dan hati yang saling memanggil untuk memadukan langkah. Menyampaikan perasaan yang tak terungkap lewat lisan. Mengenal, mempelajari hal dasar tentang tata cara ejaan yang disesuaikan. Perlahan mencoba mengaplikasikan teori yang pernah dilahap sebelumnya. Mengeksplor daya tangkap terhadap rangsangan yang kau dapat di sekitar. Merangkumnya untuk diceritakan kembali menjadi sebuah suguhan apik. Layak dinikmati. Kalau sekedar menulis saja, anak SD juga bisa. Kalau hanya bercerita mengenai pengalaman liburan tempo hari anak TK pasti lebih ahli. 

Intinya menulis itu butuh proses yang tentu saja tidak secepat saat kau memakai bulu mata palsu. 

Dalam dunia literasi, berlaku hukum rimba. Siapa yang kuat dia layak terus bertahan, berjalan. Dunia menulis itu keras. Kejam. Ibarat sabetan pedang yang menembus kulit bisa diobati dalam waktu beberapa hari atau bulan, tetapi sabetan kata-kata yang kau terima dan terlanjur mengendap dalam palung hati tentu lebih sulit diobati.

Menulis itu dunia mereka orang-orang yang otaknya penuh dengan materi. Tak terhitung berapa banyak tumpukan buku yang telah dibaca. Di luar pengetahuan ilmu yang diterima dari internet serta langsung dari para ahli.

Tapi, kembali lagi pada niat awal. Untuk apa menulis? Apa yang menjadi motifasi menulis? Saya sendiri, jujur saja menulis untuk bersenang-senang. Membangkitkan sisi lain dari apa yang sudah saya bangun. Di samping karir serta masa depan yang sudah saya rintis jauh sebelumnya. Menulis untuk berbagi cerita. Dari pada bergumul dengan orang-orang yang akhirnya menggunting dalam lipatan, lebih baik menulis sehingga tidak perlu susah payah mencari teman untuk curhatan.

Menulis bagi saya bukan ajang keren-kerenan. Gaya-gayaan. Lebih dari itu. Yang jelas saya malah takut terkenal. Saya tidak dan belum siap jika kehidupan pribadi saya terusik. Bukankah orang kebanyakan sibuk mencari tahu masa lalu serta celah buruk yang digunkan senjata menjatuhkan lawannya. Saya menulis karena hal itu menyenangkan.

Menulislah supaya selalu ingat hal apa saja yang telah kau alami. Perasaan yang bagaimana--menyapa hidupmu. Menulislah supaya dunia tahu bahwa di dunia ini adalah dirimu salah satu milyatan penduduk bumi. :D

Taipe, 22 Mei 2014

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting