Senin, 26 Mei 2014

Tips Menulis Dan Menyiasati Redaksi

Diposting oleh Rumah Kopi di 10.49

Rainif Venesa menulis catatan baru: Menulis dan Menyiasati Redaksi by Donatus A. Nugroho.

8 Mei Tadinya pengen inbox ini materi ke teman yang memerlukan materi ini karena kebingungan bagaimana cara menyiasati redaksi. Berhubung inbox/obrolan lagi gak bisa dibuka, jadi pakai catatan saja. Sekalian di share ke kalian. Materi ini pernah dibahas di workshop kepenulisan yang diadakan CRAFF(Cendolers Rafflesia) pada tanggal 11-11-2012 di Bengkulu. Ini makalah asli, tanpa ada mengurangi dan menambah isi dari pembahasan. Semoga bermanfaat. Note: Menulis dengan baik dan benar itu dimulai dari menulis tanpa menyingkat kata dan 4l4y, menggunakan huruf besar pada awal kalimat, nama tempat dan nama orang. Penulis yang keren itu, enggak pakai nama alay pada facebooknya. Misal, R41nif V3n3sa / NeSa. =========================================== 

Donatus A. Nugroho MENULIS DAN MENYIASATI REDAKSI 

Mungkin kamu sudah banyak melahirkan cerpen. Belasan bahkan puluhan judul. Tapi berapa banyak cerpen-cerpenmu yang lolos dan kemudian mucul di media massa? Apakah sudah 3 bulan lebih naskahmu nggak ketahuan nasibnya? Berapa naskahmu yang dikembalikan karena nggak layak muat? Kamu selalu memantau majalah dan tabloid, tapi nggak satu pun cerpenmu dimuat disitu? Atau cerpenmu cuma pernah dimuat sekali dan setelah itu nggak ada lagi? Kamu gagal? Belum! Tidak! Teman, banyak penulis mengalami nasib sepertimu, bahkan penulis-penulis yang kini namanya telah berkibar. Mereka juga sepertimu. Saya pun juga pernah mengalami hal serupa. Naskah entah dimana, naskah dikembalikan dengan coretan-coretan yang nggak berarti. Banyak menulis tapi banyak pula yang nggak dimuat. Tapi pernahkah kamu membayangkan yang ini? 

Faktanya ... Sebagai contoh: Di redaksi majalah Gadis ada sekitar 100 naskah cerpen yang masuk setiap bulannya. Jika Gadis terbit 3 kali dalam sebulan dan setiap kali terbit hanya menampilkan 1 cerpen, berarti hanya 3 cerpen yang berhak lolos seleksi. Selebihnya kemana? Situasi di setiap ruang redaksi pasti berbeda, tapi situasi di redaksi Gadis memberikan gambaran nyata ke kamu bahwa persaingan untuk meloloskan cerpen kita amatlah ketat. Butuh perjuangan ekstra keras, butuh strategi khusus. Tapi perjuanganmu belum berakhir! Ingat, bahwa kamu sudah memiliki jurus-jurus yang handal, bekal untuk menjadi jagoan nulis cerpen. Kamu sudah mampu melahirkan cerpen-cerpen yang bagus dan benar. Jika ternyata naskahmu masih juga belum dimuat, pasti ada sesuatu yang keliru di luar naskahmu. Ada cara-cara lain yang harus ditempuh untuk memuluskan perjuanganmu untuk menjadi seorang jagoan nulis cerpen yang karyanya tersebar dimana-mana. Mari kita telusuri. Menyiasati redaksi Ya, suka nggak suka, manusia dengan jabatan redaksi ini memang menjadi penentu lolos dan tidaknya cerpen kamu. Tapi redaksi itu juga manusia. Dia punya rasa suka dan nggak suka. Dia bisa membenci dan mencintai. Bagaimana caranya kamu bisa memperoleh perasaan suka dan cintanya? Bagaimana kamu mengalahkan ‘keangkuhannya’ sehingga mau berpaling dan peduli dengan cerpenmu? 

Ini adalah bocoran untuk merampas perhatian redaksi: • Penuhi semua aturan tentang kriteria naskah yang telah mereka tetapkan.
 • Pertama kali dan mutlak harus adalah kamu mengirimkan naskah yang betul-betul baik, dari format penulisan sampai isinya.
 • Jika naskahmu dikirim dalam bentuk print-out, usahakan kamu mengirim lembar-lembar yang rapi, bersih dan mudah dibaca. Saya bahkan sering mengirim naskah dengan kertas warna-warni dan amplop surat yang mencolok yang amat berbeda dengan amplop kebanyakan untuk menarik perhatian. • Curi perhatiannya dengan judul dan awal cerpen yang menteror sehingga dia tegerak untuk membaca cerpenmu sampai habis. 
• Perhatikan misi dan visi media yang bersangkutan. Misalnya saja Hai adalah bacaan remaja cowok, sedangkan Gadis adalah bacaan untuk remaja cewek usia 13-17 tahun. Jadi percuma saja jika kamu mengirimkan cerpen bagus yang tokoh utamanya sudah mahasiswi atau wanita karir ke majalah Gadis. • Sodorkan tema-tema yang unik, yang jarang atau bahkan belum pernah diangkat oleh penulis lain. Kalau cuma cinta-cintaan melulu redaksi sudah mabok, karena kebanyakan cerpen remaja yang diterima mengangkat tema pacaran. Cobalah mengupas sisi remaja yang lain. Pertemanan, ilmu pengetahuan, cinta alam, kepedulian sosial dan tema-tema lain yang jarang tergarap. 
• Kamu boleh menelpon redaksi dan berbincang dengannya untuk menanyakan nasib cerpenmu atau meminta advisnya. Jangan sungkan. Toh redaksi dan medianya sebenarnya juga sangat membutuhkan kamu sebagai kontributor naskah demi kepentingan dan kelangsungan media mereka juga. Dalam hal ini kamu bukanlah pelengkap penderita semata. Ajaklah ia berteman sehingga dia punya perhatian lebih pada naskah-naskahmu. Kalau bisa mendapat nomor telepon pribadinya, kamu bisa kirim salam dan menanyakan kabar cerpenmu via SMS. Lebih bagus lagi kalau kamu diperkenankan mengirim naskah ke e-mail pribadinya dan dengan begitu kirimanmu segera dibaca.
 • Tapi sedekat dan semesra apapun hubunganmu dengan redaksi, kalau cerpenmu buruk ya sama saja bohong. Jadi yang utama dan terpenting adalah: cerpenmu harus ‘benar’ dan ‘bagus’! Cerpen tematik Salah satu strategi agar cerpenmu lebih cepat dimuat dan segera pula ketahuan nasibnya adalah menyodorkan cerpen-cerpen tematik. Tahu dong kamu bahwa media cetak selalu punya edisi khusus untuk menyambut hari-hari tertentu. Misalnya edisi ulang tahun, edisi Hari Kartini, edisi 17 Agustus, edisi liburan, edisi Lebaran, edisi Natal dll. Manfaatkan momen-momen khusus itu dengan menembakkan cerpen yang tematik. Caranya, kamu harus menulis cerpen tema tertentu jauh hari sebelum moment-nya berlangsung. Amannya adalah 3 bulan sebelum hari H. Jadi misalnya kamu tahu bahwa majalah Story berulang tahun pada bulan Juli, maka pada bulan April kamu sudah mengirimkan cerpen bertema ulang tahun ke redaksi Story. Cantumkan tulisan “Cerpen Ulang Tahun” di sudut kiri halaman pertama cerpenmu sehingga redaksi langsung tahu bahwa cerpenmu adalah cerpen khusus untuk edisi ulang tahun. Buka majalah Story edisi ulang tahun di bulan Juli dan kamu akan segera tahu nasib cerpenmu. 

Kuantitas menurunkan kualitas? Kamu memang harus ngotot. Seperti halnya kalau kamu sudah ngebet sama seseorang, kamu pun pasti akan ngotot dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hatinya. Kamu juga harus ngebet agar cerpenmu lolos dan muncul di media. Dan salah satu caranya adalah memberondongkan cerpen-cerpen kamu. Nggak cukup satu, tapi harus dua atau sepuluh! Semakin banyak mengirim semakin besar kans untuk dimuat. Dengan semakin banyak mengirim, namamu otomatis akan sering terbaca oleh redaksi dan akhirnya redaksi sadar akan keseriusanmu dalam menulis cerpen. Percayalah, setidaknya dia akan merasa respek dengan perjuanganmu. 

Menulis cerpen sebanyak mungkin dan menjadi amat produktif bahkan sebelum satu cerpen pun dimuat adalah permulaan yang amat bagus untuk nantinya menjadi penulis yang produktif sekaligus berkualitas. 

Banyak anggapan keliru bahwa produktifitas menulis akan membuat kita kehabisan ide, melakukan pengulangan dan lain-lain yang berakibat pada menurunnya kualitas tulisan. Ini jelas keliru! Kenyataan yang terjadi dari pengalaman dan pengamatan saya, yang terjadi justru sebaliknya. Kuantitas tulisan bisa berkembang berbarengan dengan kualitas tulisan. Ibarat mata pisau, semakin sering dipakai justru akan semakin tajam, dan sebaliknya pisau yang nggak pernah dipakai akan tumpul dan karatan. Nah, daripada tumpul dan karatan mendingan pisaumu dipakai terus biar semakin tajam. Saya amat produktif menulis bahkan saking produktifnya saya terpaksa menggunakan banyak nama samaran agar produktifitas saya nggak mubazir. Nama samaran ini saya gunakan untuk menghindari kejenuhan pembaca yang setiap saat menemukan nama saya di majalah atau tabloid atau koran. Satu atau dua nama samaran yang sering saya pakai akhirnya menjadi sama bekennya dengan nama asli saya. Jangan iri, ya. Kelak kamu juga bisa seperti saya, bahkan lebih. 

Belajar terus, terus belajar Produktifitas menulis harus diimbangi dengan kemauan untuk tetap belajar. Cerpen juga tumbuh dan berkembang seiring kemajuan jaman. Dari waktu ke waktu cerpen mucul dengan tren-tren yang sesuai tuntutan jaman. Sebagai jagoan nulis cerpen kamu pun harus menyadari hal ini. Membaca tren, memasukkan hal-hal dan pengetahuan baru untuk memperkaya cerpenmu. Banyak belajar, belajar sebanyak-banyaknya. Penulis yang cerdas dan mau belajar tercermin lewat karyanya. Penulis yang cuma menulis begitu-begitu saja akan segera tersingkir oleh persaingan.

Agar nggak kehabisan ide, kamu harus belajar banyak hal. Kamu harus paham banyak hal. Kamu harus tahu tentang tren film, musik dan gaya hidup kekinian. Kamu juga kudu memahami perkembangan teknologi, mengetahui situasi politik yang tengah berkembang, bahkan gejolak yang tengah terjadi di belahan dunia lain. Dengan memahami atau paling tidak mengetahui banyak hal, cerpen-cerpenmu pun akan semakin beragam dan bernas. 

D i s i p l i n 

Jika kamu sudah berkomitmen untuk menjadi seorang penulis atau cerpenis (ingat terus komitmen awalmu!) kamu dituntut untuk setia dengan pilihanmu. Dan pilihanmu mengandung konsekuensi yang harus kamu penuhi. Seperti juga pada kegiatan dan profesi yang lain, menulis pun menuntut tanggung jawab profesi dan kedisplinanmu. Kini setelah kamu semakin mahir menulis cerpen, kamu harus pastikan jadwal menulismu. Atur waktu secara teratur kapan kamu HARUS menulis. Keteraturan yang kamu ciptakan akan menimbulkan kebiasaan bagus, sehingga ketika tiba waktunya kamu berhadapan dengan komputermu, sadar atau nggak sadar kamu sudah siap untuk menulis. 

Perasaan bersalah! 

Munculkan perasaan bersalah jika kamu mengingkari komitmenmu. Serang perasaanmu ketika terlalu lama kamu nggak menulis dan nggak melakukan apa-apa untuk tujuan menulis cerpen. Saya selalu merasa bersalah ketika terlalu lama nggak menulis. Saya merasa seperti seorang pegawai yang membolos dari jam kerja dan karenanya saya harus siap menghadapi sanksi dari atasan saya. Saya malu jika banyak hari yang bolong tanpa sebuah tulisan. Saya merasa dikejar-kejar oleh sesuatu. Bisakah kamu menyalahkan dan menghukum dirimu sendiri ketika kamu lama nggak menulis? Kamu harus! Berdiskusi dengan komunitas Untuk lebih mengasah kemampuan menulismu bergaullah dengan orang-orang yang seminat dan setujuan. Jika di kotamu ada komunitas penulis, bergabunglah dengan mereka. Jika nggak ada, carilah satu atau dua penulis dan membentuk kelompok diskusi. Atau kamu bisa nimbrung di milis-milis penulis cerpen di internet. Dari diskusi dan obrolan nggak tertutup kemungkinan kalian bisa nulis bareng. Menyatukan ide dan gagasan lalu mewujudkannya dalam sebuah cerpen. Kolaborasi dalam menulis cerpen itu sah dan sudah sering dilakukan oleh banyak penulis. Biasanya ini terjadi pada penulis yunior yang ingin karyanya disempurnakan oleh penulis senior. Selain untuk bertukar pengalaman dan memperluas wawasan, kalian juga bisa saling berbagi peluang. Mungkin temanmu menyimpan alamat-alamat redaksi yang selama ini kamu abaikan. Mungkin temanmu punya ‘hubungan khusus’ dengan redaksi majalah tertentu. Manfaatkan akses yang dimiliki untuk memperlancar upayamu menembus media sebanyak-banyaknya.

 ***

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting