Senin, 11 Januari 2016

TERSESAT MERUPAKAN CARA TUHAN MENUNJUKKAN TEMPAT BARU YANG BELUM PERNAH KUKETAHUI SEBELUMNYA

Diposting oleh Rumah Kopi di 11.17


Ah, ya! Demi sesuatu yang dituju, terlebih dahulu, Tuhan menguji dengan membuatku tersesat. Jauh. Lelah sudah pasti. Lantas seberapa besar keyakinan, kesungguhan yang kumiliki untuk mencapai tujuan itu, tetap ada pilihan, menyerah atau melanjutkan. Semua pilihan ada padaku. Dan aku memilih melanjutkan sebab dengan begitu aku bisa menemukan kebahagiaan, kepuasan, yang tersembunyi dibalik kesulitan. Siapa bilang aku tidak mandiri. Aku berani mengambil resiko. Apa pun itu. 

*

Seharusnya memang tidak ada yang perlu ditakuti, kecuali Dia. Sebab, setiap langkah yang kutempuh, tak luput dari campur tangan-Nya. Dia tahu perihal apa saja yang terjadi padaku. Dan Dia akan memelihara hal-hal baik yang memang sejak awal disiapkan untukku.

Berbicara tentang langkah, kemarin pertama kalinya aku pergi ke Daan Park. Salah satu taman terbesar berada di wilayah Taipe, seorang diri. Aku melangkah ragu begitu keluar dari kereta bawah tanah, menuju 台北市大安區和平東路二段 24 號 6F. Sebab, seperti yang aku tahu, setiap stasiun kereta bawah tanah memiliki banyak pintu keluar. Dan setiap pintu memiliki akses berbeda. 

Sempat mondar-mandir mencari pintu yang tepat. Oh iya, tentu saja banyak informasi di sana. Semacam peta wilayah di sekitar stasiun. Menggunakan dua bahasa; Inggris dan Mandarin. Ah sialnya, alamat yang kucari tidak tertera pada peta wilayah tersebut.

Akhirnya, aku bertanya pada seorang, katakan saja tante baik. Sebenarnya, dia juga tidak tahu alamat yang aku perlihatkan. Lalu, dengan gadjet-nya dia membantuku menemukan jalan. Tetapi, dia tidak membantu banyak. Hanya menunjukkan letak tempat yang kucari. Jauh sekali, katanya. 

Aku nekat keluar dari pintu, sembarang. Sampai di luar stasiun aku bertanya pada petugas barangkali dia satpam stasiun, tapi entahlah, toh dia juga tidak banyak membantu. Lupakan.

Menyebalkan ketika google map ini juga tidak banyak membantu. Malahan, menyesatkan. Sialan. Katanya, aku disuruh belok kanan dan jalan lurus sejauh 3 km. What! Padahal, aku sudah jalan selama 20 menit dan hanya muter-muter di tempat yang itu-itu juga. 

Rasanya pengen menyerah. Aku capek. Dan waktu pun sudah terbuang banyak. Telat masuk kelas pertama yang aku ikuti. Tetapi, sayang sekali bukan, jika aku menyerah begitu saja! Sudah kepalang capek. Gagal pula, masa. Bukankah itu terdengar kurang cerdas. 


By: taipe.travel

Oh iya, dari dulu aku meyakini bahwa tersesat merupakan salah satu cara Tuhan, menunjukkan tempat baru yang belum pernah aku lihat secara langsung, sebelumnya. Kejadian kemarin, membawaku sampai di Masjid Daan. 

Masjid Agung Taipei (Mandarin: 臺北清真大寺; Hanyu Pinyin: Táiběi Qīngzhēn Dàsì) adalah masjid terbesar dan termasyhur di Taiwan dengan jumlah wilayah keseluruhan 2.747 meter persegi. Mesjid ini terletak di distrikDaanKota Taipei. Mesjid ini adalah bangunan Islam terpenting di Taiwan dan dicatat sebagai landmarkbersejarah pada tanggal 26 Juni 1999oleh pemerintahan kota Taipei[2].

Masjid ini dibangun didanai bersama oleh pemerintah Taiwan dan pemerintahArab Saudi selesai pada tanggal 13 April 1960 didesain oleh arsitek ternamaYang Cho-cheng, yang juga membangun Hotel Yuanshan dan Balai Peringatan Chiang Kai-shek. (Sumber: wikipedia)

Tentu saja, aku tidak sempat mengambil gambar masjid itu. Aku panik. Waktu izinku hanya sampai pukul 3 sore.


Tak terhitung jumlah orang yang kutanyai perihal alamat yang kucari itu. Sampai akhirnya, aku bertanya kembali pada seorang berusia 40 tahunan. Baik sekali. Orang itu mengantarkanku ke alamat yang kucari. Berlawanan arah dari petunjuk yang tertera di google map

Lega meskipun harus kambali jalan kaki yang amat jauh. Oh iya, orang itu tidak mengenali bahwa aku bukan penduduk Taiwan. Sempat dia bilang: bahasa mandarinku bagus, dan tampangku tidak jauh beda dengan orang Taiwan. Dalam hati sempat aku berkata; Kalau aku orang Taiwan, mana mungkin aku kesulitan mencari alamat ini. Setidaknya, mudah saja bagiku membaca tulisan mandarin di setiap sudut jalan. Tetapi, aku harus berterima kasih padanya. Jika tidak ada dia, barangkali aku hanya muter-muter disesatin google map si doraka. 

Akhirnya aku sampai di kelas, pukul 2:30. Haha sial. Sial yang manis. Setidaknya, kelak aku tidak perlu muter-muter lagi, tersesat, niat nyerah, nangis, dan segala macam. Untungnya, seperti pada kelas-kelas pertemuan pertama umumnya, acaranya hanya perkenalan diri dan sedikit mengenal huruf mandarin. 

Sempat nyengir sih, ya ketika Laushi memanggilku Gigi. Wajahku lucu, gemesin, katanya. Ha? Aku pikir itu karena susunan gigiku yang berantakan sehingga guru cantik itu menyebutku demikian. Ternyata, Gigi yang dimaksud, istrinya si Raffi. Nyengir. 

Dari pengalaman kemarin, dapat kutarik kesimpulan, bahwa tak ada jalan yang tidak berujung. Tak ada kesulitan yang abadi. Tak ada yang perlu ditakuti sebab, semua ketidaknyamanan atau apalah itu, berlaku sementara. Dan jika kita mencari, apa pun itu, pasti bisa ditemukan selagi aku tidak menyerah ditengah jalan. 

Ah, ya! Demi sesuatu yang dituju, terlebih dahulu, Tuhan menguji dengan membuatku tersesat. Jauh. Lelah sudah pasti. Lantas seberapa besar keyakinan, kesungguhan yang kumiliki untuk mencapai tujuan itu, tetap ada pilihan, menyerah atau melanjutkan. Semua pilihan ada padaku. Dan aku memilih melanjutkan sebab dengan begitu aku bisa menemukan kebahagiaan, kepuasan, yang tersembunyi dibalik kesulitan. :D

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting