Senin, 15 Juni 2015

Pendidikan Adalah Kesempatan

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.53




Sebelum membahas lebih luas tentang pendidikan, saya akan bercerita sedikit mengenai betapa pentingnya pendidikan bagi saya pribadi. Saat mendaftarkan diri masuk ke Universitas Terbuka di Taiwan, jujur saja saya tidak memiliki passion secara spesifik apa yang menjadi tujuan saya melanjutkan kuliah? Yang jelas, saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang belum tentu didapati oleh orang lain.

Apa sih, tujuan saya mendaftar menjadi mahasiswi? Apa sekadar untuk gaya-gayaan agar dibilang intelek dan terpelajar? Atau hanya mengejar gelar yang nantinya bisa dibanggakan di hadapan dunia?

Seiring berjalannya waktu, semua pertanyaan itu terjawab. Saya ingin kembali belajar setelah vacum beberapa tahun, bukan atas dasar seperti yang saya sampaikan tadi di atas. Universitas Terbuka sangat membantu saya yang notabene tinggal di luar negeri dengan segala keterbatasan ruang gerak serta kendala lainnya. Tetapi dengan adanya sistem belajar jarak jauh keterbatasan itu terbantahkan. Bagi saya yang kelak menjadi seorang ibu rumah tangga dan menjadi seorang ibu bagi anak-anak, adalah penting sekali mencerdaskan otak saya, merangsang motorik syaraf untuk selalu beripikir secara sistemastis, berwawasan luas, sebab nantinya saya akan menjadi guru utama untuk anak-anak saya. Maka pilihan untuk melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi di Universitas Terbuka adalah pilihan yang tepat. Di jepang, adalah hal mahfum tujuan utama, seorang wanita menempuh pendidikan lebih tinggi hanya untuk mempersiapkan diri mendidik anak-anaknya, nanti.

Berbicara tentang pendidikan tentu akan terpecah menjadi beberapa bagian. Akan tetapai, lebih dari itu semua yang jelas pendidikan sangatlah penting bagi kelangsungan hidup. Kemajuan teknologi yang terus berkembang tentu hal itu berkaitan erat dengan pendidikan. Betapa pentingnya pendidikan untuk manusia. Pendidikan adalah kesempatan. Hal itu berarti, jika kita terdidik untuk mempelajari banyak hal maka kesempatan baik akan menghampiri.

Dahulu, pemerintah mewajibkan program pendidikan yang dipatok sampai 9  tahun. Menurut saya pribadi, tanpa harus diwajibkan sekali pun seharusnya orangtua menyadari bahwa pendidikan itu kebutuhan bagi generasi penerus bangsa. Sehingga, tanpa diwajibkan sekali pun, sudah seharusnya orangtua menyekolahkan anak-anaknya demi menimba ilmu yang kelak bisa dipakai saat terjun ke masyarakat umum. 

Dewasa ini, beberapa negara maju seperti Singapura, Malaysia, serta Taiwan pendidikan masuk dalam prioritas program kerja pemerintah yang mana, pendidikan itu sendiri nantinya memiliki andil besar dalam mengembangkan serta memajukan negaranya. Pendidikan yang cukup, skill yang memadai, serta modal yang mendukung menjadikan suatu negara, melesat maju dengan cepat. 

Sementara itu, di indonesia sendiri selain pendidikan yang sampai saat ini kurang merata serta minimnya kesadaran dari orangtua untuk menyekolahkan anak-anak generasi penerus bangsa, sehingga jumlah tenaga ahli demi mengolah hasil bumi yang melimpah pun sedikit.

Minimnya tenaga kerja ahli menjadikan kita tamu di negara sendiri. Bagaimana tidak? Sumber daya mentah diekspor ke luar negeri. Lalu kembali diimpor demi memenuhi kebutuhan kelangsungan kegiatan perekonomian di Indonesia, tentu harga yang ditawarkan beberapa kali lipat. Mau tidak mau karena butuh, terpaksa tetap dibeli. 

Mahalnya biaya pendidikan di negara kita, menjadi salah satu faktor penyebab terhambatnya generasi penerus mendapatkan pendidikan yang layak. Sebagian besar orangtua, yang berada pada perekonomian menengah ke bawah--enggan merogoh kocek demi membayar biaya sekolah. Bagaimana tidak? Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja kurang, lebih baik uang yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan perut. 

Lagi pula, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi toh bisa bekerja. Ungkapan itu benar adanya. Namun, tanpa skill dan pengetahuan yang cukup, maka pekerjaan yang didapat akan mengahasilkan pendapatan yang minim, bukan?

                                                                  (keakraban kebersamaan)

Universitas Terbuka mencetak generasi mandiri, berprestasi yang ingin maju. Di Universitas Terbuka, tentu saja mahasiswa dituntut lebih aktif, mengingat mahasiswa jarang bertatap muka dengan dosen secara langsung. Pendidikan yang ditempuh dengan sistem jarak jauh berbekal modul saja tentu tidak cukup. Beruntunglah seiring kemajuan teknologi, sangat membantu saya. Oleh karena itu berburu materi di internet menjadi salah satu alternatif untuk memperdalam pelajaran.

Antusiasme teman-teman seangkatan, menambah semangat dalam belajar. Berlomba memperbaiki prestasi. Saling menyemangati. Dari hal tersebut, kekraban antara satu dan yang lainnya mulai terjalin, layaknya keluarga besar. Kuliah di sela-sela kerja, tentu memiliki banyak kendala. Terkadang kesibukan dari aktivitas seharian menguras tenaga. Meskipun begitu, mulai dari tugas yang menumpuk, harus mengikuti kelas tetap muka oline, mengikuti diskusi di forum, tidak bisa dikesampingkan karena hal itu juga tidak kalah penting. Saya sendiri menyadari bahwa demi memperoleh sesuatu yang sangat bermanfaat, saya harus berkorban tenaga dan juga pikiran.

                 (berapa pun usia Anda bukan penghalang untuk belajar di Univeritas Terbuka)
    
Ada lagi yang menarik dari Universitas Terbuka ialah tidak adanya batasan usia bagi calon mahasiswa. Benar-benar memberikesempatan bagi siapa saja yang memenuhi persyaratan demi menjadi mahasiswa. Dalam angkatan saya, ada beberapa ibu-ibu yang usianya sudah berkepala empat, namun semangat belajarnya tidak kalah dari kami yang masih muda. Dan hal itu bisa menjadi contoh nyata bahwa tidak ada kata terlambat dalam belajar. Selalu ada wadah untuk menampung setiap keinginan baik. Terima kasih Universitas Terbuka. Saya bangga menjadi bagian dari sana.

                                                                              ***

"Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog Universitas Terbuka dalam rangka memperingati HUT Universitas Terbuka ke-31. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan."




5 komentar:

kokonata on 15 Juni 2015 pukul 21.21 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
kokonata on 15 Juni 2015 pukul 21.21 mengatakan...

Setuju. Pendidikan itu buat bekal diri kita mengasuh anak cucu kelak. Bukan gaya-gayaan atau sekadar untuk mencari pekerjaan aja

Rumah Kopi on 16 Juni 2015 pukul 16.47 mengatakan...

Terima kasih apresiasinya, Mas Koko. Iya, kuliah itu bukan sekadar ngejar titel. Kalau ada yang getol nanya, kadang saya jawab; kuliah buat mempersiapkan diri menjadi guru bagi anak-anak saya kelak. ^_^

Unknown on 16 Juni 2015 pukul 19.12 mengatakan...

Betuuuul. Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun bangsa
https://rihanualifa.wordpress.com/2015/06/16/kai-pau-dan-pria-penggoda/

Rumah Kopi on 17 Juni 2015 pukul 14.04 mengatakan...

Setuju, Mbak Riha. Pendidikan itu sebenarnya kebutuhan pribadi.

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting