Kamis, 18 Juni 2015

Oh My God! Aku Disuapin Nenek Pas Lagi puasa

Diposting oleh Rumah Kopi di 05.55



Selamat pagi, Lalaland. Selamat menjalankan ibadah puasa di hari pertama. 

Banyak cerita menarik seputar perjalanan puasa yang mesti dijalani di tengah masyarakat yang notabene non muslim. Untuk saya pribadi, hal ini tidak berpengaruh apa-apa, ya! Justru di sini tantangannya. Ada bisikan-bisikan yang ganjil. "Eh, di sini kan tidak ada yang tahu kamu puasa atau tidak, gih makan. Toh kamu kan ke sini kerja bukan bermain. Perlu tenaga lho." Selain itu ada yang berbisik seperti ini, "Keimanan seseorang terletak dalam hati. Sama halnya bersetia yang meskipun tidak ada yang tahu kecuranganmu, tetapi Allah melihatnya." Terus begitu. Mengganggu.


Puasa itu menahan hawa nafsu. Nah, yang namanya godaan, pengaruh itu seperti jamur yang muncul di musim hujan. Kalau di Indonesia pada meributkan perihal bagaimana mekanisme warung yang tetap beroperasi selama bulan puasa, sementara itu di Formosa justru ke mana kaki melangkah, di situ mudah sekali menjumpai penjual makanan yang beroperasi hampir 24 jam.

Kembali pada si empunya niat. Yang puasa kan saya, jadi yang harus menahan godaan dan juga hawa nafsu ya saya juga dong! Lha ngapain saya mesti mencak-mencak saat melihat penjual sarapan yang menawarkan aneka kudapan lezat. Alih-alih puasa saya bakal hangus pahalanya karena tidak lulus memerangi hawa nafsu. 


Seperti biasa, setiap menjalankan ibadah puasa saya tidak pernah bilang pada nenek yang saya rawat. Birokrasinya rumit. Harus menjalaskan panjang kali lebar kali tinggi kali ini saya tetap memilih diam. Mereka yang bukan non muslim, merasa ganjil jika melihat orang seharian tidak makan. Takut mati, katanya. Saat disuruh makan, saya selalu mengiyakan. 

Tetapi sialnya, terkadang nenek menyuapi saya ketika ia makan sesuatu yang dirasainya enak banget. Di situ kadang saya merasa ingin berteriak 'oh My God'. Dengan terpaksa saya menerima suapan itu. Mengunyahnya dengan tampang yang aduh cengengesan tak jelas. Setelah itu, saya buru-buru lari ke kamar mandi. Karena makanan itu masih ada di mulut saya, segera saya muntahkan. Kumur secukupnya. 


Kembali lagi saya sampaikan, puasa di negeri orang itu selain banyak tantangan juga banyak ratapan. Bukan ratapan anak tiri melainkan ratapan harus mandiri. Bagaimana tidak? Karena saya orang yang susah bangun pas tengah malam, maka sebelum berangkat tidur terlebih dulu makan sahur dengan santapan ala kadarnya.

Tentu saja jauh berbeda dengan ke adaan di rumah sendiri. Tahun demi tahun ritualnya sama. Saya masih terlelap ketika ibu dan nenek sibuk mempersiapkan makanan. Dan yang jelas menunya disesuaikan dengan selera saya. Ketika semua hidangan sudah rampung, ibu membangunkan saya. Itu pun susahnya minta ampun. Keluar kamar jalan sempoyongan. Pindah ke sofa dan saya tidur lagi. Alhasil, ibu ngomel-ngomel. Dan omelannya mirip sekali dengan petasan. Baiklah! Akhirnya saya pun patah-patah berjalan ke kamar mandi. 

Betapa bahagianya berada di tengah keluarga. Tidak perlu susah payah. Berjejer gelas berisi susu hangat sudah tersedia di atas meja. Tinggal minum, eh terkadang malah saya tumpahkan karena mata ini masih amat ngantuk. Dan akhirnya, ibu mengalah. Meberikan jatah susunya pada saya. Uhhh i love my momm!

Keep spirit!






2 komentar:

Lina Astuti on 18 Juni 2015 pukul 13.03 mengatakan...

subhanallah, semoga diberu kekuatan untuk menjalani puasa di sana ya, Mba Key..
btw, Formosa itu di negara mana ya, mba? akakkk...norak bgt saya.. maaf ya.. :D XD :P

Rumah Kopi on 18 Juni 2015 pukul 23.39 mengatakan...

Aamiin ya rabbal alamin, Mbak Lin. Semoga Mbak Lina juga, ya. ^_^

Terima kasih sudah mampir di blogg-ku :*

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting