Minggu, 28 Juni 2015

Memanusiakan Binatang

Diposting oleh Rumah Kopi di 17.04
                 (ilustrasi dari internet) 

Siapa yang tidak mengenal anjing ras yang penampakannya hampir mirip serigala ini? Jadi ingat sama musuhnya Edward Cullin. Si Jacob Black yang tak lain adalah bangsa Quileute Wolfpack. 


Menurut saya, Siberian Husky merupakan anjing ras keren yang memang patut dijadikan peliharaan (meskipun saya tidak punya niatan memelihara anjing sih, dekat-dekat sama binatang inj aja takut). Selain penampakannya yang elegan, anjing ras yang dikembangkan oleh masyarakat Chukchi di daerah Asia Timur tersebut, juga dikenal sebagai anjing penarik beban. Kelamahan dari anjing ras adalah daya tahan tubuhnya yang lemah.

Semua orang pasti tahu dong, segerombol anjing jenis ini pernah mendapat penghargaan nasional karena berjasa menyelamatkan penduduk di suatu tempat? Yap! Pada tahun 1925 ketika demam DIPTHERIA melanda kota Nome, daerah terpencil di Alaska, tim astafet anjing Siberian Husky tersebut membawa serum penyelamat dari daerah Naena yang jaraknya cukup jauh. 




Selain si keren Siberian Husky masih banyak sekali jenis anjing peliharaan yang tentu saja harganya cukup fantastis. Dewasa ini, di negara yang notabene non muslim tempat saya tinggal, menurut survei di internet kebanyakan orang lebih memilih anjing sebagai sahabat sekaligus dijadikan keluarga dekatnya (baca: anak asuh) dari pada mengasuh bayi. Padahal, perawatan anjing ini sungguh bukan hal mudah dan tidak murah. 


Dimulai dari melatihnya ketika baru pertama kali sampai di rumah, karena anjing tidak terlahir dalam ke adaan terlatih. Hal ini tentu saja, bermaksud supaya dia paham dengan apa yang diharapkan majikan. 

Anjing juga membutuhkan nutrisi seimbang. Lemak, protein, vitamin, dan mineral harus diberikan dalam jumlah yang benar. Konsentrat dianjurkan sebagai pilihan utama. Sebab dalam konsentrat terdapat semua nutrisi yang tidak memberatkan pencernaannya.

Selain itu, anak anjing perlu di grooming bertujuan supaya lebih tenang. Perawatan gigi, cek kesehatan secara teratur, membawa jalan-jalan supaya dia berolah raga, serta masih banyak sederet hal lain yang merupakan ritual wajib demi memiliki anjing sehat dan pintar.

Sebaiknya, sampai di sini saja pembahasan saya tentang pemeliharaan anjing. Sebab saya benar-benar tidak menyukai binatang ini meskipun sebagian besar dari mereka amat menurut pada majikannya. Dan saya rasa, saya adalah salah satu majikan yang baik. Hihi. Tetapi, tetap saja saya tidak suka dengan binatang ini.

***

"Buruan, Sayang. Mommy udah pegel ini betisnya. Nungguin Chow-chow sih, dari tadi cuma pipis doang. Nggak lekas pup!"

Waktu itu saya berada di teras belakang. Lantai dua tempat saya tinggal. Malam sudah mulai tua ketika mendengar suara wanita berbicara entah dengan siapa? Ia berdiri di bawah teras.

Saya tak melihat siapa-siapa selain dirinya. Ia terus berbicara. Merinding? Tentu saja tidak. Mengingat apa yang baru saja disampaikannya tadi, saya langsung mengarah pada seekor binatang peliharaan. 

Di negara tempat saya tinggal, mekanisme memelihara anjing tercantum pada pasal 31 (perlindungan binatang). Bagi pemilik anjing yang tidak mendaftarkan binatang peliharaannya tersebut, akan dikenakan denda sebesar $ 3000 NT- $ 15000NT. Selain itu, bagi pemilik yang membiarkan binatang itu pup sembarangan di luar rumah, juga dikenakan sangsi. Oleh sebab itu, mereka yang membawa anjingnya jalan-jalan ke luar, tentu saja mesti membawa kantong plastik serta koran bekas, demi memungut kotoran dan membuangnya ke tempat sampah. Atau kalau tidak, denda sebesar $ 6000 NT yang kalau dirupiahkan sekita Rp 2.4 juta, dikenakan bagi majikan para anjing yang tidak mematuhi peraturan pemerintah.


MIRIS

Miris sekali. Bagaimana tidak? Saya sering menemui manusia yang notabene sudah berusia matang baik laki-laki maupun perempuan, begitu luwesnya memungut kotoran binatang peliharaannya, di sepanjang jalan di mana mereka berada. Tanpa merasa jijik. Apalagi malu. 

Padahal beberapa dari mereka, memiliki orangtua usia lanjut yang perawatannya justru diserahkan pada orang lain alias Care Taker. 

Bagaimanalah pula, mereka tahu berapa tensi darah mama atau papa yang telah mati-matian menjadikan mereka seperti sekarang ini, dari mana pula mereka tahu obat apa yang harus dikonsumsi mama-papa setelah makan malam dan satu jam menjelang tidur? Sementara di luar jam kerja, malah menggunakan waktu luangnya bermain bersama anjing. Manusia yang memanusiakan binatang. Miris.

Membayar gaji pada seorang Care Taker   adalah berarti menyerahkan seluruh tanggung jawab orangtua yang sudah berusia lanjut. Jangankan membersihkan kotoran orangtuanya, bagi mereka yang tidak tinggal satu atap dengan orangtua, kadang hanya berkunjung saat jadwal periksa ke dokter tiba. Menunggu di luar ketika dokter rutin mengecek kesehatan mama atau papa, karena sejumlah uang yang dibayarkan pada Care Taker dirasai lebih dari cukup mewakili keberadaanya. Tidak semua sih, tetapi kebanyakan memang begitu.

Beda halnya jika anjing peliharaan yang sakit, manusia-manusia itu tergopoh dengan raut muka panik seperti dihadapkan pada situasi eropsi Gunung Sinabung, membawa si kaki empat periksa ke dokter. Ketika berada di luar negeri, melesat pulang dengan pesawat super pagi manakala mendengar berita buruk anjing kesayangannya sakit keras. Sungguh saya pernah menjumpai situasi seperti ini.

Selain perawatannnya yang menghabiskan biaya kurang lebih $ 500 NT setiap hari (ya ampun hampir sama dengan gajinya akooh sehari) koleksi baju yang dimiliki oleh anjing peliharaan pun selalu up to date. 

Begitu tidak pedulinya dengan orang terdekat dan lebih memilih binatang menjadi sahabat. Padahal, jika mereka (manusia) itu meninggal kerabatlah yang mengurusi. Bukan binatang itu. Apa salahnya, memberikan sedikit waktu menunjukkan kepedulian pada orang di sekitarnya sebelum benar-benar saling berpisah karena maut telah menjemput dari salah satunya.

Manusia memiliki kecenderungan kemunduran pola pikir dan perilaku. Memanusiakan binatang. Dan tak jarang, malah berperilaku layaknya binatang. 

Semoga kita tidak termasuk golongan manusia seperti itu.

Taipe, 28 Juni 2015

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting