Sabtu, 06 Juni 2015

SEMACAM CATATAN HUTANG PIUTANG

Diposting oleh Rumah Kopi di 21.19




Lass, love doesn’t kill. It hangs people between life and death. Just like this. 


Cinta itu tidak ribet. Cinta itu simpel. Ketika semua menjadi rumit, mungkin ada mekanisme yang salah tetapi kau dan seseorang itu memaksanya menjadi benar. 


Seharusnya penjabaran dari mana diperoleh angka dua itu tinggal menjumlahkan dari kedua angka satu. Tapi, kau justru menambahkan rumus integral, mengalikannya dengan sederet angka majemuk, membaginya dengan akar kuadrat, atau entah bagaimana lagi sehingga kautidak kunjung menemukan jawaban. Kau mengutuki hidupmu yang tengik. Menyumpah-nyumpah bahwa alam serta penghuninya bersekutu mempersulitmu. 


Lelakimu itu surga imitasi sebelum dia mengambil alih tanggung jawab terhadap dirimu, dari bapak. Sedangkan ibumulah sebenar-benarnya surga itu. 



Ketika semua orang meludah kearahmu, menghinkanmu atas sederet kekhilafanmu, tidak dengan ibumu. Bersamamu ia rela memamah luka-luka. Sementara itu, pada malam yang kian tua, dimana seharusnya ia menebus rasa lelah dengan tidur pulas, justru saat itu ia mengadu peruntungan--menggetarkan langit melalui doa yang dirapalkannya demi kebaikanmu.


Cintamu boleh besar pada lelakimu, tapi seharusnya tidak melebihi cinta yang kaulabuhkan pada ibumu. Ia adalah wujud cinta tanpa syarat. Bahkan saat kaulupa dengannya, ia selalu mengingatmu. Sesekali tanpa sadar, saat bercakap dengan sesiapa, namamu disebutnya. Kebaikanmu diingatnya. Bukankah perilaku orang jatuh cinta memang begitu? Iklasnya merupakan ridho Tuhan. Itu tiketmu memperoleh kebahagiaan. Catet.


Bedebahlah gumpalan darah yang kini telah menjelma menjadi daging, bentuk tubuh yang utuh--mulut mungil yang lincah menyesap asi kini mahir menyampaikan caci maki. 


Bukankah mengerikan ketika jasadnya sudah menyatu dengan tanah, tiba-tiba ia menghampirimu lewat mimpi dengan air mata yang terpaksa jatuh, sementara kau ingin menghapusnya namun jemarimu tak dapat menyentuhnya! 


Di tubuhku mengalir darah yang sama denganmu, tapi kita manusia yang masing-masing berdiri pada kutub berlawanan. Barangkali, aku belum bisa menjadi contoh yang baik untukmu. Setidaknya, kau pun tahu bagaimana memulyakan orangtua yang setiap tetes keringatnya dipertaruhkan untuk kelangsungan hidup kita. 




0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting