Jumat, 27 Maret 2015

Have Something Merry, Please!

Diposting oleh Rumah Kopi di 08.56


Selamat pagi. Jumat yang basah. Membuatku rindu akan kenangan yang tertinggal di rumah. Pagi ini apakah kamu masih semangat seperti biasanya, Lalaland?

Kalau aku sendiri, emmm entahlah! Hari ini ingin bercerita apa, ya? Aku seperti orang linglung. Mungkin karena kurang tidur. Atau kebanyakan minum obat. :(

Lalaland, untuk kedepannya harapan apa yang masih bercokol di benakmu?

Aku! Harapan, ya? Jika membicarakan harapan, terkadang membuatku takut. Kautahu? Sebab, manusia sering dikecewakan oleh harapannya sendiri yang terlampau tinggi itu sehingga ketika yang terjadi tidak sesuai dengan yang dicitakan, rasanya seperti terlempar ke jurang. Dalam sekali. Untuk kembali kepermukaan, tentu saja butuh kekuatan yang lebih-lebih. Tersebab saat itu jiwa kita terlanjur rapuh.

Mungkin itu sementara. Tetapi, di situlah letak dari perjuangan. Berjuang untuk meraih kembali impian yang telah hilang. Kadang semangatku seperti laju metro mini yang membelah jalanan ibu kota--gas pol, dan terkadang rem mendadak.

Aku harus lebih berhati-hati dan selalu berdamai dengan keadaan sebab dalam hidup ini tidak pernah ada jaminan kepastian selain kelaparan ketika tidak makan, mati jika sudah waktunya.

Oh, iya. Untuk meminimalisir rasa kecewa, sebaiknya tidak perlu terlalu berharap pada orang lain. Maksudku begini, boleh saja kita memupuk impian tentang banyak hal namun yang harus diingat, kunci dari keberhasilan itu ada pada kita. Orang lain kebagian peran untuk menyemangati. Bukan didapuk sebagai juru kunci meraih mimpi.

Terlalu berharap, siap-siap menerima kecewa. Ini bukan membahas masalah perasaan atau cinta apalah itu! Bukan. Kita berfokus pada hal umum saja. 

Jadi begini, segala hal berasal dari Tuhan. Bukan dari orang lain. Kesialan itu! Kesedihan itu! Semuanya. Jadi, untuk apa menyalahkan sekitarku? Bukankah malah akan membentuk jarak sehingga saat-saat rapuh, ketika butuh seseorang untuk mengeluh, yang tertinggal hanya perasaan angkuh. 

Manusia butuh manusia. Manusia selayaknya memanusiakan sesama manusia. Iya, iya, aku akan lebih lentur lagi dari sebelumnya. Jika kemarin, setiap kekecewaan, kegelisahan, selalu disikapi dengan emosi, justru disitulah aku kehabisan tenaga untuk hal sia-sia. Marah. Untuk apa? Marah itu perkara paling gampang dilakukan. Tapi, bisakah marah dengan cara yang benar di saat yang tepat?

untuk hal itu aku angkat tangan sebab rasa marahku melesat jauh lebih cepat dari kedipan mata saat kelopaknya mengering. 

Hidup ini menawarkan dua hal, bukan? Kita bisa jadi bajingan, atau jadi manusia baik yang mengikuti aturan Tuhan semua tergantung diri sendiri. Oh, bukan. Tergantung lingkungan juga. Banyak manusia baik yang ketika dicemplungkan dalam gerombolan manusia layaknya binatang, lambat laun ia juga akan berperilaku serupa. 

Kadang, hati nurani diabaikan karena dianggap paling menyesatkan. Ketika manusia sudah banyak memamah luka, hatinya tidak akan lagi peka. Sewaktu manusia sering tertipu oleh perkiraannya sendiri yang keliru, pikirannya pun terkadang keras seperti batu.

Kembali pada niat awal. Untuk apa berbuat baik? Jika semata demi memperoleh pujian, semua akan menguap pelan-pelan. Tetapi jika kebaikan itu terlahir untuk memperbaiki diri sendiri maka apa pun perlakuan orang lain, selalu ada seribu maaf untuk mereka. 

Lagi pula, aku juga banyak melakukan kesalahan. Aku juga minta maaf pada diriku sendiri yang selama ini sibuk, tapi entah sibuk apa? Setiap memejamkan mata, ada perasaan menyesal jika satu hari kemarin hanya terlewati dengan begitu saja.


Aku harus belajar. Aku harus belajar. Jika mereka bisa, mengapa aku tidak! Belajar apa saja yang penting satu hari berikutnya tidak hanya dijalani dari turun ranjang dan kembali ke ranjang dengan sia-sia.

Ada banyak cinta untukku! Mengapa hari ini sendu? 

wake-up and smile, please! :)




0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting