Sabtu, 07 Maret 2015

SESUATU TENTANG PAGI INI

Diposting oleh Rumah Kopi di 09.01

Ketika aku membuka mata kulihat segalanya baik-baik saja. Berpikir tentang hal sederhana agar hidupku menjadi lebih baik.

Lalaland, Tuhan selalu baik. Ketika Dia mengambil seseorang itu, segera Dia menggantikannya dengan orang baru. Bahkan lebih hebat.

Dia bukan sosok sederhana. Dia pribadi yang emm ... Sulit dijelaskan. Aku pernah berpikir, dia sangat menikmati hidupnya. Seleranya tinggi. Wawasan dan pengalamannya luas. Usianya terpaut beberapa tahun diatasku. Dia humoris. Kadang bercandanya membuatku kesal. Tetap saja itu menyenangkan. Dihadapannya, sungguh aku tidak memiliki kesempatan untuk merajuk. Marah. Lebay. Dia mampu membuatku takluk. Dalam artian, sekali dia berucap aku lekas mematuhinya. Dia seseorang yang sangat perhatian. Pengertian. Tapi, moody. Oh, tidak! Ini PR terberat yang harus aku selesaikan. Aku juga moody. Dan bagaimana jadinya jika kami berdua berada dalam titik itu.

Manusia tidak akan pernah mendapatkan pasangan yang sesuai dengan kehendaknya. Tetapi manusia bisa mengupayakan sesuatu dengan belajar menerima.

Ayolah! Jalani saja dulu. Kali ini aku tidak berani berharap banyak. Biarkan saja semuanya mengalir seperti air yang pasti akan bermuara nantinya. Aku tidak mampu membatasi seberapa besarkah aku menaruh hati padanya? Tetapi aku harus bisa mengedalikan sikapku yang tidak perlu selalu tergantung padanya.

Aku harus terus bersemangat!
Laland, perjalananku masih panjang. Menyelesaikan kuliah. Membahagiakan orangtua. Menabung. Sementara tujuan hidupku hanya itu. Tentang pendampingku kelak, aku pasrahkan pada Dzat Yang Maha membolak balikkan hati.

Hidup ini keras! Nggak ada yang gratis di dunia ini. Segala hal harus diupayakan secara maksimal. Tanpa harus membabani orang lain. Setidaknya itu lah salah satu bentuk kedewasaan. Dewasa berarti bertanggung jawab atas kelangsungan hidup. Mengupayakan sampai maksimal supaya bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk itu, perlu kerja keras. Ketekunan. Dan nggak boleh ketinggalan adalah pantang menyerah. Mengeluh sih, boleh saja! Secara sebagai manusia, aku juga pasti memiliki keterbatasan. Nggak terkecuali semangat. Tapi juga harus diingat. Nggak semua orang memiliki kesempatan untuk mengejar mimpi-mimpinya.

Bahagia. Kebahagiaan itu bukan yang selalu dalam bentuk mewah. Indah. Tetapi, bahagia bisa tercipta dari hal kecil di sekeliling. Terkadang lupa bagaimana berterima kasih pada Robb-ku sehingga selalu merasa kurang dan kurang.

Kebahagiaan itu letaknya di hati. Dia muncul atau tenggelam lantaran diri sendiri yang mengupayakan. Apa sih, yang telah diperbuat orang lain untukku? Nggak ada yang istimewa. Mereka berbicara seperti bapak-ibu berbicara padaku. Orang-orang itu memberikan perhatian, layaknya perhatian yang bapak-ibu berikan padaku. Kurang lebih begitu. Bedanya intensitasnya lebih banyak. Dan aku menerimanya dengan hati senang.

Mudah sekali menyalahkan orang lain, ya! Ini karena aku mencari-cari pelampiasan atas kekecewaan. Aku lupa kalau rentetan kejadian tersebut sudah ada yang mengatur. Allah penentu segalanya. Terlepas aku sendiri sudah mengupayakan kebaikan. Melakukan apa yang menjadi tugasku sepenuh hati, jika akhirnya seperti ini pasti Allah memiliki rencana lain. Yang terbaik. Harus berpikir positip.

Oh, iya. Lagipula jika pekerjaanku berkurang, setidaknya ada banyak waktu untuk belajar. Kuliahku harus selesai. Ini bukan untuk orang lain. Melainkan demi kepuasaanku sendiri. Bertambahnya ilmu harusnya kelak aku lebih pandai membawa diri.

Lalaland .... Kembali bicara soal perasaan.

Nggak ada cinta tanpa air mata. Bukankah kautahu hal itu? Cinta itu pengorbanan. Pengabdian. Kesabaran. Tindakan. Pokoknya begitulah. Aku nggak ingin kehidupan percintaanku mengacaukan semua-muanya. Tujuanku bukan itu saja. Harusnya lebih menyadari hal ini: karena aku sudah mendapatkan cinta yang benar-benar kuinginkan, cinta itu seharusnya mampu mengantarkanku pada tujuan memperbaiki keadaan--mempersiapkan masa depan. Ya, harusnya begitu.

Lalaland ...

Jika aku bisa membuang jauh segala resah ini, akan kulakukan dari dulu. Apa? Kaupikir aku nyaman dengan hal ini? Pribadi sensi itu nggak selamanya buruk, sih. Tetapi masalahnya segala hal yang berlebihan itu memuakkan. Aku tersiksa oleh perasaanku sendiri. Aku menderita oleh hal-hal negatip yang rajin bertandang ke alam bawah sadarku. Aku bertindak menggunakan emosi, Lalaland ....

Jika ada kalimat seperti ini: TAK TERASA, LUKA ITU HILANG DENGAN SENDIRINYA. Aku kurang setuju dengan hal itu. Bagaimana mungkin luka bisa hilang dengan sendirinya? Pasti ada upaya dari si empunya raga yang berusaha memahami bahwa duka lara memang bagian dari kehidupan. Atas dasar pemahaman itu, lalu mengolahnya sedemikian agar duka nggak menjadi penghalang untuk terus bertindak demi terciptanya impian. Jangan sampai luka-luka itu menganak pinak menjadi titik di mana keinginan menyerah akhirnya muncul. Waktu yang membantuku memulihkan goresan-goresan tersebut. Sayatan yang nggak terlihat namun sakitnya membuatku sekarat. Kenapa? Karena aku memang berlebihan. Maksudku, rajin membesar-besarkan masalah yang sebenarnya biasa saja.

Menurutku, waktu memang obat mujarab penyembuh segala luka. Semangat merupakan infus yang menggelontor kekuatan--bagaimana pun keadaannya aku bisa bertahan. Impian-impian yang menumpuk itu tak lain memiliki peran sebagi motorik yang menuntun langkah membelah jalan masa depan.

Nggak bisa dihindari, memang. Jatuh-bangun itu bagian dari hidup. Masalahnya ketika terjatuh sudahkah Anda [aku] berhenti sejenak untuk berpikir, bagaimaa aku bisa jatuh, tadi? Apa yang membuatku terjatuh? Hal apa yang harus aku lakukan supaya nggak kembali jatuh? Selama ini seringnya aku menyalahkan orang lain atas kesialan yang kuterima. Benar-benar lupa bahwa apa yang aku dapati hari ini, adalah investasi dari tempo hari. Bahwa cerita yang terjadi dalam hidupku terus berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya.

Berpikir tentang hal sederhana yang bisa membuat hidupku jadi bermakna. Aku bahagia pagi ini. Terima kasih ya, Allah. Tidak akan kunistakan nikmat yang telah Kauberikan. Aamiin.

Taipe, 7 Maret 2015

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting